"Kok ada notif dari Kevin sih?" ucap Diana yang mencek ponselnya, dan terlihat dari screenlock diponsel itu bahwa Kevin mengirimi nya pesan suara.
Diana membuka aplikasi chat, lalu mendengarkan isi pada pesan suara itu.Kevin:
'Diana?! Lo kok gak ngerti perasaan gue? Kok lo lebih ngerti Alex?! Gue sayang sama lo! Tapi belum cinta, hehe. Tapi gue tetep gak bisa jauh dari lo! Dan lo malah ngehindar? Tega lo Ian! Kamu gak ngerti ya perasaan aku? Makanya kamu belajar dong!'Kevin:
•Diana?
•Itu rekaman tadi malam pas Justin diclub. Dia frustasi banget. Sampe 6 botol, Ian!
•Lo ada masalah ya sama Justin?Diana:
•Biarin argh
•Dia juga gak dengerin ucapan gueMood Diana seketika hancur, wajah Diana pucat, terutama bibirnya.
Diana baru selesai mandi, dan langsung memakai seragam sekolah.
Diana menuruni anak tangga, untuk menuju ke ruang makan.
"Mah? Zena pamit ya?" ujar Diana, berpamitan kepada Nadiya dan Adrian.
"Lo berangkat sama siapa?" tanya Adrian sebelum adiknya keluar.
"Sendirian bang. Zena pake Ninja, yang punya Zena sendiri aja" kata Diana lalu segera meninggalkan rumah.Amarah Diana memuncak jika mengingat dirinya dan Justin adalah sahabat. Dan, Diana pun langsung menancap gas, yang nelebihi rata-rata.
Bugh!
Banyak orang disekeliling Diana, tapi mata Diana sudah tidak mampu membuka lagi. Terakhir dia hanya melihat Revan....
'Adrian?'
"Apa Rev?"
'Adek lo'
"Kenapa dia?!"
'Rumah Sakit Pelita, no. 14'
"Otw!"Setelah memutuskan telepon dari Revan, Adrian langsung meminta izin kepada Ustadz Jack.
"Tadz? Saya izin dulu ya? Adek saya masuk rumah sakit" izin Adrian.
Nastiar yang mendengar itu, sontak kaget dan langsung menghampiri Adrian.
"Diana kenapa? Gue ikut!" ujar Nastiar lalu dibalas anggukan kepala oleh Adrian. Sebelum keparkiran, Adrian menemui Justin."Assalamualaikum?" ucap Adrian sambil mengetuk pintu kelas Justin.
"Ada apa Adrian?" tanya Ustadz Zaini.
"Saya mau bicara sama Justin" ujar Adrian. Justin yang merasa namanya disebut pun langsung keluar menemui Adrian.
"Puas lo? Bikin pikiran Diana kacau?! Sampe dia kecelakaan kayak gini?! Hah?!" rahang Nastiar mengeras, lalu meninju perut Justin. Adrian yang melihat itu langsung mengerai mereka.
"Udah, lo harus ikut kami ke Rumah Sakit. Lo harus minta maaf sekarang juga ke dia" tanpa babibu Adrian menarik tangan Justin dengan kasar, lalu menyuruh Justin dan Nastiar untuk masuk ke mobilnya....
Mereka bertiga berlari kearah ruang VIP no. 14
Pikiran Justin kacau, ia tak tau harus berbuat apa. Kevin ngasih tau kalo gue ke club kemarin malam? Tapi, Kevin gak salah. Gue sendiri yang maksa Kevin buat temenin gue ke club. Gue bodoh! Bego!, teriak Justin didalam hati.Tiga cowok tadi, telah sampai diruang VIP no. 14
Disana Justin melihat Diana sedang terbaring lemas, dan belum sadarkan diri.
"Justin lo tega" lirih Diana, semua orang yang ada disana langsung melihat kearah Justin, dan Adrian menyuruh untuk Justin masuk dan menemui Diana.Diana mencium aroma parfum khas Justin, maskulin. Diana membuka paksa matanya perlahan, dan saat membuka matanya, Diana mendapati Justin yang tengah duduk disampingnya.
"Ngapain lo disini?" ujar Diana yang sedang terbaring lemas.
"Aku mau minta maaf"
"Gak ada gunanya lo minta maaf, kalo lo udah bahagia sama yang lain."
"Beneran ya, aku gak nganggap dia siapa-siapa"Diana belum menjawab, tetapi Adrian, Nastiar dan Reva masuk lalu menghampiri mereka berdua.
"Maafin Zen" wajah datar Adrian membuat Diana takut, dan akhirnya memaafkan Justin."Huftt, iya deh gue maafin. Kalian gak sekolah?" tanya Diana dengan wajah polosnya.
"Kami sekolah dek, cuma Adrian ditelpon Revan, kalo kamu disini. Jadi kami izin kesini" ujar Nastiar sambil tersenyum manis pada Diana.
"Maaf" kata Diana dengan wajah memohon. Tidak ada yang tahan melihat wajah memohonnya Diana.
"Ga papa Zen. Udah kamu istirahat ya? Mamah udah tau belum?" Adrian sambil memandang lembut kearah adek kesayangannya.
"Belum bang" jawab Diana, lalu berusaha duduk, baru ingin membantu Diana duduk, Justin sudah didahului oleh Revan.
Revan membantu Diana duduk.
"Makasih Rev" ujar Diana yang tersenyum kepada Revan."Kok gak pake abang kayak Adrian? Atau pake kakak kayak Nastiar? Akutu gak bisa diginiin" kata Revan dengan senyum semringah ala dirinya. Tawa seisi ruangan pecah, kecuali Justin yang hanya tersenyum tipis, itu pun tidak ada yang menyadari.
Justin berlari keluar, dan menuju kantin rumah sakit. Revan dan Adrian mengejar Justin. Sedangkan, Nastiar tetap diruangan untuk menemani Diana.
Wajah Diana semakin pucat ketika Justin keluar dari ruangan, dan Nastiar yang mengerti hal itu pun langsung menghampiri Diana.
"Dek? Udah ya? Kakak temenin disini ya?" ujar Nastiar, lalu mengelus lembut kepala Diana. Diana tersenyum simpul mendengar ucapan Nastiar.Pendek dulu ya guys....
Sorry:'(
Give me vote......

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry [END]
Teen Fiction"Lo...masih suka sama Justin?" tanya Alex dengan sedikit ragu-ragu. Diana ingin terbahak mendengar suara Alex yang saat ragu sangat lucu. "Gak tau," jawab Diana dengan santainya. "Kalo sama Nastiar?" tanya Alex lagi, masih dengan nada ragu dan tegan...