Justin berjalan melalui koridor, ada beberapa cewek yang melihat kearahnya.
Tetapi, Justin merasa tidak tertarik kepada satu cewek pun disana, yang dia ingin sekarang hanyalah kerumah sakit.
Tiba-tiba Lita datang kepada Justin yang sedang duduk dihalaman belakang sekolah.
"Justin? Assalamualaikum?" sebut Lita sambil duduk disebelah Justin.
"Apaan?" ketus Justin.
"Lagi ngapain? Sendirian aja, aku temenin ya?" tawar Lita sambil menunjukkan senyum memelas.
Jijik sih sebenarnya, tapi ya susah. Dianya nanti bilang ke Bunda, batin Justin.
"Duduk disini aja, jangan dekat-dekat, nanti ada yang liat. Masuk ruang BK baru tau rasa!" tegas Justin sambil mengarahkan dagunya kebangku yang ada di sebelahnya.
"Justin?" panggil Lita lagi.
"Apa lagi?" jawab Justin dengan malas.
"Kamu ganteng" puji Lita dengan senyuman manis, maybe?
"Oh" ketus Justin. Sangat tidak penting menurutnya.
"Kok gitu sih?" tanya Lita dengan cemberut. Sungguh menjijikan pemandangan ini.
"Gak papa" ujar Justin.
"Aku sayang sama kamu" tutur Lita.
"Bodo!" menurut Justin, Lita hanya ingin mendapatkan fisik dan rupa nya saja, bukan untuk mencintainya.
"Iiih, beneran" ujarnya tak mau kalah.
"Gue bilang Bodo, ya bodo! Gak penting juga!" ucapan Justin kali ini cukup pedas ditelingan Lita. Namun, tetap saja Lita bebal tak mau mendengarkan pendapat Justin.
"Kok kamu jahat sih?" tanya nya dengan manja.
"Ya gue emang gini sama orang aneh" cibir Justin.
"Jadi, maksud kamu aku aneh?" ucapnya dengan lesu.
"Iyalah! Aku-Kamu an segala! Muak gua!" bentak Justin.
"Kok, kamu gitu?" Lita bacot.
"Busyet, ya gue emang gini!" celutuk Justin dengan malas.
"Aku ke kelas ya?" pamit Lita.
"Hidih! pergi aja sono! Gue kagak butuh elo! Kalo bisa kagak usah balik! Kalo lo balik, gue tonjok lo!" usir Justin dengan tak sudi.
"Kamu kok gitu Justin?" Lita lesu.
"Ya terserah gue lah! Pergi sono!" usir Justin.
Akhirnya, Lita pergi menjauh dari Justin. Lita merasa malu, setelah dibentak dan dipermalukan oleh Justin, dan langsung berlari menuju kelasnya.
Bel pulang berbunyi. Justin langsung membereskan barang-barang yang ada diatas meja.
Setelah selesai Justin pun bersalaman dengan Ustadz Zaini, dan langsung berlari menuju keparkiran.
Belum sampai diparkiran, ada seseorang yang memanggil nama Justin dari belakang.
Justin pun menoleh ke seorang cowok yang sedari tadi memanggilnya. Dan, Justin langsung berjalan menuju cowok itu.
"Ada apa Nas?" tanya Justin. "Mau ikut main bola gak? Kurang 1 pemain nih!" ajak Nastiar.
"Sorry, gue gak bisa. Mungkin lain kali ya," tolak Justin.
"Lah, emang kenapa gak bisa?" tanya Nastiar.
"Gak papa" jawab Justin sambil memperbaiki letak tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry [END]
Подростковая литература"Lo...masih suka sama Justin?" tanya Alex dengan sedikit ragu-ragu. Diana ingin terbahak mendengar suara Alex yang saat ragu sangat lucu. "Gak tau," jawab Diana dengan santainya. "Kalo sama Nastiar?" tanya Alex lagi, masih dengan nada ragu dan tegan...