Hujan pertama di bulan Juni yang dingin. Bau tanah basah terasa segar di indra penciumannya.
Lagi lagi gadis itu. Di malam sedingin dan selarut ini, pasti orang orang memilih istirahat dan tidur dengan selimut hangat, atau berkumpul dengan keluarga ditemani camilan dan kopi. Tapi tidak dengan gadis yang hanya berdiri di halte bus malam ini. Tubuh kurusnya, di tutupi dengan mantel coklat sebatas lutut dengan celana olahraga murah yang hanya di jual pasaran.
Sudah tidak ada bus di malam selarut ini, tapi gadis itu masih berdiri disana sejak satu jam yang lalu. Jalanan sudah sepi, tidak ada mobil satupun yang lewat disana. Tidak banyak orang malam itu, hanya beberapa orang memang terlihat masih memakai baju kerja mereka, mungkin sepulang lembur, karna malam ini sudah larut.
Gadis itu mengamati hujan yang terdengar sangat merdu di telinganya. Ia mengulurkan tangannya, ke arah hujan. Dan membiarkan air dingin yang jatuh dari langit itu membasahi tangannya.
Tik Tik Tik
Rambut coklatnya, berterbangan ketika angin bertiup. Ditambah lagi cahaya lampu jalan remang remang yang sedikit menyinarinya, membuat gadis itu terlihat sangat cantik.
"Kenapa harus sekarang?" gumam nya. Seketika kejadian lima tahun yang lalu berputar seperti kaset dalam pikirannya.
~•~
Kamera menyorot wajah cantiknya. Beberapa jepretan dan… selesai. Setelah dua jam pemotretan akhirnya berakhir juga. Gadis itu mengganti pakaian nya dengan, dress berwana biru sebatas lutut. Cantik, anggun, dan menawan, gadis itu cocok dengan sebutan sebutan itu.
"Hey sexy ladies!" seru seorang pria 3 tahun lebih tua dari gadis itu, kemudian merangkul pinggangnya.
"Ha ha ha oppa yang terbaik aku menyukai dress nya" balas gadis itu kemudian mencium singkat bibir kekasihnya. Keduanya terkekeh kemudian, mobil itu melaju.
"Kemana kita akan pergi, oppa?" tanya gadis itu masih dengan senyumannya yang mengembang.
"Ke tempat yang mengejutkan. Kau tidak akan pernah menduga sebelumnya" jawabnya dengan senyuman yang di paksakan. Pria itu, mengalihkan pandangannya berusaha fokus pada jalanan.
"Aku yakin oppa tidak akan mengecewakan" kekeh gadis itu.
Ocehan ocehan tentang pekerjaannya, di selingi tawa renyah di setiap candaannya, seperti radio yang berputar sepanjang perjalanan. Pria itu senang mendengarnya.
Mungkinkah aku akan melihatnya seperti ini selamanya? Hari ini aku akan memberimu kejutan yang mengecewakan.
Gadis itu turun dari mobil dan pemandangan yang menyambut nya. Pohon pohon menjulang tinggi, gazebo di ujung jalan, dengan bunga mawar yang belum sepenuhnya mekar di sekitar jalanan itu. Sepi, dengan suasanya romatis, cocok untuk mereka yang berkencan. Hanya satu yang kurang mendukung, awan mendung, pertanda akan hujan. Ah, akan menyenangkan kalau hujan turun sekarang. Batin gadis itu.
Gadis itu memang menyukai hujan. Dimana orang orang selalu mengeluh karna hujan selalu mempersulit mereka, tapi tidak dengan gadis itu.
"Darimana oppa tau tempat ini?" tanya nya sembari tersenyum kemudian melirik ke sekelilingnya.
"Entahlah" jawab pria itu setelah menarik panjang nafasnya, seakan ia tidak akan menghirup udara lagi, besok. "Kau menyukainya?"
"Tentu" Gadis itu berjalan setelahnya. Mengamati bunga bunga mawar yang tertanam disana. "Kupikir oppa sengaja mengajaku kemari karna banyak bunga mawar disini"
Pria itu terkekeh mendengarnya, kemudian mengacak lembut rambut sang gadis. "Hanya karna namamu Rose, kau pikir aku mau repot repot menanam bunga mawar sebanyak ini? Disepanjang jalan ini? Dan membuatkan mu gazebo di ujung jalan?"
"Wae? Oppa tidak mau membuatkannya untuk ku?" rajuknya dengan bibir yang di kerucutkan.
"Haha tentu saja tidak. Itu melelahkan"
"Ya! Oppa menyebalkan" teriaknya kemudian berlari menjauh. Berharap pria itu mengejarnya dan bermain bersama sampai hujan turun. Tapi ternyata tidak. Pria itu membiarkan gadisnya tertawa menikmati permainannya sendiri. Berlari kecil sampai gadis itu menyadari kalau kekasihnya tidak akan mengejarnya.
"Duduklah, Rosie-ya. Kau sudah lelah kan?" ledeknya.
"Hhh… aku harap oppa bisa sedikit romantis. Anggaplah aku sebagai fansmu" gerutu Rose tapi gadis itu tetap berdiri. Menikmati hujan yang lambat laun turun, membasahi tangannya.
"Apa kau akan meneriakan namaku ketika kau melihat ku?"
"Tentu saja"
"Lalu kenapa kau tidak berteriak?"
"Kau ingin aku meneriakan namamu?" tanya Rose dan pria itu mengagguk dengan kekehannya. "Chanyeol oppa aku mencintaimu! Chanyeol- ahh! Aku mencintaimu!" teriaknya seperti seorang fans sungguhan, kemudian mencipratkan air hujan yang mengumpul ditangan nya kemudian tertawa.
"Ya!" teriak Chanyeol saat wajahnya basah karna cipratan air itu. "Kau mau mati huh?!"
"Kau mau membunuhku huh?!" balas Rose mengikuti suara Chanyeol yang sedang kesal. "Akan menyenangkan kalau kita bisa berlarian ditengah hujan, seperti malam itu" gumam Rose membuat kekesalan Chanyeol seakan terlupakan. Pria itu berubah menjadi serius.
"Tapi kita tidak bisa"
"Kenapa? Aku tau oppa menyukai hujan, sama sepertiku. Oppa yang membuatku menyukainya."
"Hm, tapi untuk saat ini tidak bisa" ucap pria itu mengelus rambut panjang milik Rose. Setidaknya pria itu sudah melupakan kekesalannya. "Akan ada saatnya kau tidak akan menyukai hujan lagi"
Gadis itu mengerutkan keningnya, menatap Chanyeol. "Kenapa oppa bicara seperti itu? Aku akan menyukai hujan selama oppa menyukainya. Oppa alasan kenapa aku menyukai hujan. Sampai saat ini" bisik gadis itu membuat Chanyeol memaksakan senyumannya.
"Bisakah aku menciummu?" bisik Chanyeol membuat Rose tersenyum heran. Tidak biasanya pria ini meminta izin.
"Oppa sudah tau jawababnnya" balas Rose berbisik kemudian Chanyeol menempelkan dahi nya pada milik Rose. Hingga hembusan nafas keduanya terasa diwajah masing masing. Chanyeol menempelkan bibirnya pada bibir Rose kemudian mencium nya lembut. Sangat lembut dari biasanya, sangaaat lembut dan terasa lama seakan Rose tidak akan bisa menciumnya lagi setelah ini. Ciuman itu seperti candu.
"Aku mencintaimu" bisik Chanyeol pada Rose kemudian memeluknya.
"Oppa terasa berbeda saat ini" balas Rose berbisik ditengah pelukan mereka. "Ada apa?"
"Sesuatu yang mengejutkan yang tidak pernah kau duga sebelumnya"
"Katakan, apa itu?"
"Ayo putus"
~•~
Sebenernya aku kebih suka chanyeol rose, tapi gimana dong, konsepnya dari awal junros hehe. Jangan hujat karna aku memang labil 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
FanfictionSatu hari yang mengubah segalanya. Dia, si gadis pelayan, yang meninggalkan sejuta kemewahan hanya karna satu alasan. Pria itu adalah alasannya menyukai hujan, "ada masanya kau tidak akan menyukai hujan lagi" pria itu mengatakan hal yang tak terduga...