16

58 13 0
                                    

"Kenapa kau selalu menjadi yang terakhir?" suara itu mengejutkan Rose.

Ah lagi lagi June, pikirnya. Kenapa idol YG sering datang ke cafe ini, padahal ada cafe yang lebih dekat dari YG? Rose benar benar tidak mengerti kenapa idol idol YG sering datang ke cafe ini.

"Pulanglah, ini sudah tutup" gumam Rose yang masih sibuk mencuci cangkir cangkir kotor.

June melirik ke arah pintu melihat tulisan "Close" ada disana, kemudian duduk disalah satu kursi untuk melihat Rose dibalik meja.

"Dimana teman temanmu? Tidak ada yang membantu?" tanya June. Tapi Rose tetap diam mengabaikan pria itu. "Dimana Siyeon noona?"

"Pulang"

"Bisakah kau menjawab pertanyaanku menjadi sedikit lebih panjang?"

"Tidak"

"Kenapa kau besikap sangat dingin?"

"Entahlah"

"Kau juga seperti itu dengan teman temanmu?"

"Aku tidak punya teman"

"Baiklah kalau begitu ayo menjadi temanku?"

"Oh ayolah" keluh Rose dengan nada kesalnya. "Bisakah kau pergi dari sini? Kau sangat mengagguku. Kau hanya orang asing yang berpura pura peduli padaku. Kau hanya mengasihaniku, aku tidak perlu menjadi temanmu-"

"Oh- maaf menyela. Eonni aku pulang dulu, annyeong" sela Jinny dan Hanna—dua pegawai disana—berpamitan pada Rose dan June. "Ya...apa mereka berkencan?" bisik Jinny pada Hanna.

"Beruntung kalau Rose eonni berkencan dengan June oppa" balas Hanna ikut berbisik.

"Kurasa mereka hanya berteman. Tidak cocok kalau mereka berkencan"

"Ah ya, benar juga. June oppa baru putus dengan Saeron eonni. Tidak mungkin secepat itu kan?" balas Hanna kemudian mereka keluar dari cafe itu.

"Kau dengar mereka?" ucap Rose ketus, pada June yang masih melihat Jinny dan Hanna berjalan di balik dinding kaca. Saat Jinny dan Hanna berbisik, June dan Rose diam sehingga bisa mendengar keduanya. "Kau yang membuatku tidak punya teman. Kau membuatku risih, pergilah"

"Tidak perlu mengusirku seperti itu. Salah sendiri kau tidak punya teman" gerutu June.

"Begitukah? Bagus. Kalau begitu pergilah"

"Aku akan mengantarmu pulang"

"Kau sangat menyukaiku huh?" sinis Rose. "Tidak perlu. Pergilah kau tidak perlu tahu urusanku"

"Ya! Kau masih punya hutang jawaban padaku"

Ahh, sial! Rose melupakannya. Kenapa juga waktu itu Rose harus menjawab pertanyaan pertanyaan June?! Ini semua karna Sehun, menyebalkan.

Mereka sampai di apartemen Rose. June memaksa untuk bicara di apartemen Rose agar ia lebih bisa berlama lama disana. Untung saja Jimin dan anak buahnya tidak datang kesana, jadi Rose tidak perlu menjelaskan apa apa pada June.

"Perlu ku taruh dimana ini?" tanya June yang sempat mengajak Rose berbelanja di toserba tadi.

"Terserah" jawab Rose singkat kemudian masuk kedalam kamarnya, untuk mandi.

Hanya butuh waktu 10 menit Rose mandi, kini, gadis itu sudah duduk bersama June dengan sepanci ramyun dan juga beer di atas meja.

"Oh, wajahmu- sudah di obati?" tanya June begitu Rose keluar dari kamarnya. Diarea matanya terlihat lebam dan mengihitam, dan bagian bibirnya sedikit luka yang kemarin belum sembuh.

"Tidak perlu khawatir"

"Kau baik baik saja?" tanya June dan Rose mengagguk.

"Jadi, bagaimana aku harus memulainya?" tanya June ditengah makan malamnya dengan Rose.

"Tanyakan saja apa yang ada didalam pikirikanmu" balas Rose membuat June lantas mengagguk.

"Sebenarnya aku penasaran dengan pria yang kemarin. Siapa mereka?"

"Park Jimin. Aku pernah meminjam uang darinya" jawab Rose.

"Berapa sisa hutangmu?"

"Aku tidak tau"

"Mwo? Bagaimana bisa kau- hh… arraseo, jangan membicarakan pria pria kemarin." ucap June yang semula ingin protes, tapi setelah melihat tatapan tajam Rose, pria itu mengurungkan niatnya. "Aku punya banyak sekali pertanyaan sampai aku bingung mana yang akan ku tanyakan"

"Kau masih penasaran dengan Sehun dan kenapa aku hujan hujanan dan menangis?"

"Tidak hanya itu"

"Baiklah mana yang ingin kau tanyakan, lebih dulu"

"Apa kau menyukai hujan?"

"Tidak"

"Kau tidak punya air sampai kau mandi hujan waktu itu?"

"Ya"

"Heish…bisakah kau menjawabku dengan jawaban yang benar?"

"Kau benar benar ingin menjadi temanku?"

"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?" tanya June pada Rose. Pria itu berjalan mengikuti Rose yang kini berdiri di balkon.

"Apa kau hanya ingin tahu hidupku, lalu setelah itu kau meninggalkanku? Kau hanya pura pura peduli, kan? "

"Tidak. Sungguhan, aku tidak pura pura peduli padamu. Sebenarnya, kau terus muncul di dalam pikiranku setelah aku melihatmu menangis waktu itu"

"Apa yang kau pikirkan pertama kali, saat itu?"

"Kau seperti gadis hujan dalam sebuah film yang pernah ku tonton" jawab June membuat Rose terdiam. "Lalu aku semakin penasaran denganmu kenapa kau mau dibantu Raesung, padahal kau juga tidak mengenalnya"



RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang