2

73 14 6
                                    

"Aku ingin mengakhiri hubungan kita" ucap Saeron datar setelah setengah jam menahan dirinya untuk terlihat baik baik saja di depan Hanbin dan Raesung. Sampai akhirnya kedua orang itu pulang, dan disinilah Saeron sekarang. Bersama June yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kenapa?"

Gadis itu terkekeh pelan mendengarnya. Jadi pria bodoh ini tidak menyadarinya? Hh… Untuk apa aku bertahan?

"Tidak kah kau sadar kalau aku memperlukan waktumu? Aku hanya ingin kita menghabiskan waktu berdua. Kita sudah merencanakan liburan setelah kau merilis album mu. Tapi sekarang? Kau bahkan akan merilis album baru. Aku sudah bersabar, tapi kau yang membuatku kehilangan kesabaran"

"Hanya kali ini. Aku meminta waktu mu, sesekali berikan waktu mu untuku" balas June memohon.

"Waktu ku terbuang sia sia untuk menunggumu, dan itu sudah habis. Jadi maaf aku tidak bisa memberikannya"

"Sayang-"

"Kecuali kalau aku mencari waktu ku yang baru. Waktu yang tidak akan pernah ku sia siakan, waktu yang baru untuk hidup ku yang baru"

"Saeron- ah, kumohon dengarkan-"

"Hetikan. Berhentilah membual! Kau ke kanak kanakan dan kau tidak pernah melihat ku, aku lelah. Ayo hentikan semuanya sekarang dan hiduplah dengan baik!" ucap Saeron kemudian berlari tanpa membiarkan June mencegah nya.

June dan Saeron sudah berkencan selama, hampir empat tahun. June yang saat itu belum meliris album solo nya selalu menghabiskan waktu bersama dengan Saeron. Saeron yang membantunya. Jatuh bangun, Saeron selalu mendukung nya, sampai gadis itu tidak fokus pada karirnya sendiri. Semakin turun popularitasnya, semakin Saeron kehilangan kepercayaan dirinya.

Semakin karir June naik, semakin Saeron merasa kehilangan banyak hal. Waktu, kebersamaan, kasih sayang, bahkan karir nya sendiri, semuanya seperti menghilang seiring berjalan nya waktu. Bukan sepenuhnya salah June memang, jadi karna itu Saeron ingin menghentikan kebodohannya. Saeron ingin di hargai, ingin di lihat dan ingin seperti June yang terus naik menjadi bintang yang bersinar.

"Saeron, maaf- maaf kalau aku kekanak kanakan. Aku mencintai mu, jangan tinggalkan aku kumohon" bujuk June sekali lagi menahan Saeron yang hendak keluar dari cafe itu. Akan sangat memalukan kalau Saeron sampai berani berteriak atau memukul June disana.

"Kalau kau mencintaiku, buktikan! Jangan hanya membual" balas Saeron dengan penuh penekanan membuat June membeku. Ucapan Saeron tidak akan bisa di buktikan nya sekarang. Tentu saja karna itu akan merusak segalanya.

Malam itu, Saeron pergi dan June kembali masuk untuk menenangkan dirinya. Setidaknya sebentar saja, June ingin merasa tenang.

Jujur saja, June tidak tau apa kesalahan nya sebenarnya. Beberapa hari ini, June memang sibuk dan Saeron juga sibuk untuk pemotretan nya, tapi mereka tetap berkomunikasi. June pikir hubungan mereka baik baik saja. June sudah melakukan bagiannya. Dan menurutnya, Saeron juga melakukan bagiannya. Tidak ada yang salah, tapi kenapa hubungan mereka selama empat tahun harus berakhir begitu saja?

"Permisi. Maaf aku menganggu, tapi ini sudah larut dan akan segera tutup" tegur seorang pelayan yang sudah memakai baju santai nya, bersiap untuk pulang.

"Oh, maaf" balas June bangkit dari duduk nya, meraih mantel nya dan keluar. Tidak benar benar pergi. Pria itu masih duduk di kursi yang ada di luar sembari mengecek handphone nya, tanpa peduli para pelayan yang satu persatu sudah mulai pergi dari cafe itu.

June kembali meletakan handphone nya dan kembali memejamkan matanya. Dadanya sangat sesak tapi air matanya seakan kering begitu saja. Pria itu masih mencari apa kesalahan sebenarnya. Sampai suara langkah kaki itu membuat lamunan nya mengilang, karna terkejut.

"Kupikir sudah pergi semuanya" gumam June tapi masih bisa terdengar di telinga gadis itu. Gadis itu— Rose, hanya melirik June dan pergi setelah nya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Gadis yang aneh, pikir June. Pria itu memutuskan untuk kembali ke agensi untuk mengambil mobil nya sebelum hujan benar benar turun. Saat datang bersama Hanbin dan Raesung tadi, June memang hanya berjalan bersama dua orang itu, meninggalkan mobilnya di parkiran agensi.

Butuh waktu 10 menit June berjalan sampai ke agensi. Namun belum sampai 3 menit berjalan hujan sudah turun membuat June mau tidak mau harus berteduh. "Sialan" gerutunya ketika hujan tiba tiba turun. Sangat cepat, padahal dari cafe yang tadi masih rintik rintik, begitu pikir June.

"Kau juga tidak bisa pulang?" tanya June setelah menyadari ada seorang gadis yang berdiri disana. Gadis cantik, yang sayangnya memikiki wajah datar, dan ia adalah pelayan cafe— Rose.

Rose. Gadis itu hanya diam, tanpa berniat menjawab pertanyaan June. Ia bahkan tidak terlihat kedinginan, hanya memakai mantel coklat nya, dan memasukan tangannya kedalam saku mantel. Wajahnya masih tetap datar, walaupun rambutnya tertiup angin bercampur hujan.

"Merasa kedinginan?" tanya June yang entah kenapa merasa kasihan pada gadis itu. Jujur, ia merasa seperti melihat Saeron yang takut pada petir, dan selalu berteriak ketika sudah hujan. Saeron selalu ingin di lindungi, dan June yang selaku melakukannya, melindungi Saeron.

Gadis itu melirik June tajam.

Berbeda dengan Saeron. Sangat bertolak belakang. June tau ia salah membadingkan gadis itu dengan Saeron. Tapi untuk saat ini Saeron yang ada di otak nya. Saeron yang selalu memintanya datang saat hujan Terdengar manja, tapi June menyukainya.

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang