20

58 12 0
                                    

Rose bangun dengan tubuh yang masih lemas di atas ranjang. Anti depresan yang sudah lama tidak di minumnya membuatnya sangat lemas sekarang. Apalagi tadi, Rose terlalu banyak meminum obatnya. Satu membuatnya tenang, tapi dua obat kebih bisa membuatnya pingsan.

Rose bagun dan duduk bersandar pada ranjang. Gadis itu masih memakai dress hitam, dengan rambut yang masih di kepang, tapi sudah tidak rapi lagi.

Rose melihat sekeliling—berusaha mengenali, milik siapa ruangan itu. Kamanya gelap, bernuansa abu abu, rapi, dan ada June sibuk dengan bukunya di atas meja.

"Oh, kau sudah bangun?" tanya June pada Rose, begitu sadar Rose memperhatikannya. Saat itu June sedang menulis lirik. "Kau lapar?" tanya June dan Rose menggeleng.

"Kenapa harus kerumahmu?" tanya Rose dengan suara seraknya.

"Karena….dirumahmu membosankan? Aku juga harus bekerja, aku lebih nyaman disini" balas June lalu menutup bukunya.

"Kau tidak tidur? Jam berapa ini?"

"Jam dua pagi. Aku ingin keluar,"

"Boleh aku ikut?" tanya Rose dan June mengiyakannya. "Pinjami aku selimutmu" June lagi lagi mengiyakannya, dan Rose menyuruhnya menunggu.

Rose melilitkan selimut tebal milik June
Pada tubuh kurusnya. Dan itu membuat Rose seperti gulungan sushi abu abu berjalan. "Sudah" ucap Rose begitu selesai melilitkan selimut di tubuhnya.

"Haha, bagaimana kau bisa berjalan?" kekeh June melihat Rose kesulitan dengan langkahnya yang kecil kecil.

"Tunggu, aku bisa berjalan seperti ini" balas Rose, berjalan dengan langkahnya yang kecil kecil, dan sesekali gadis itu melompat dan terjatuh.

"Hh… lama" komentar June. Tanpa aba aba dan tanpa persetujuan apapun, June mengaggakat gulungan sushi itu, sampai ke balkon.

"Ya! Kau membuatku takut. Untung saja aku tidak jatuh. Aku seperti di culik, walaupun aku belum pernah diculik hehe"

June dan Rose duduk di  bawah karpet coklat balkon malam itu. Sudah ada beer dan sebungkus rokok menemani mereka, disana.  June sudah meminum setengah beernya, tapi Rose masih diam tidak mengatakan apapun. Gadis itu hanya diam, membiarkan angin malam menyapu lembut wajahnya.

Rose meraih sebatang rokok dan menaruhnya di sela jari—menimang nimang apakah ia akan merokok atau tidak.

"Kau merokok?" tanya June tanpa mengalihkan pandangannya ke pagar pembatas balkon.

"Hm. Dulu aku merokok" balas Rose yang malah menekan rokok itu ke asbak. Merokok bukan pilihan yang tepat malam ini. "Tidak ingin menanyakan apapun?" tanya Rose, sambil meraih kaleng beer yang menjadi penengah keduanya, kemudian meminumnya—untuk mengurangi sesak.

"Kau yakin akan menjawabnya?"

"Ya, kalau kau memang benar benar tulus ingin menjadi temanku"

"Ketulusan seseorang berbeda beda" ucap June.

"Hm, aku tau" balas Rose. Lalu hening.

Satu menit...

Dua menit...

Lima menit...

Sepuluh menit...

"Sebelumnya aku pernah menjadi trainee di Cube entertaiment," ucap Rose memulai ceritanya. Kali ini rokok sudah berada disela mulutnya, dan setidaknya rokok mengurangi sesak dalam dadanya, untuk bercerita. "Selama empat tahun aku menjadi trainee disana, aku berkencan dengan seorang aktor idolaku. Chanyeol oppa. Sesekali kami, menghabiskan waktu bersama, kalau ada kesempatan. Chanyeol oppa mengajarkanku bagaimana, menari, bernyanyi, bahkan mengajariku akting. Itu lebih menyenangkan daripada pelatih agensi yang galak" Rose tersenyum terpaksa.

"Chanyeol oppa banyak mengajarkanku bertahan. Salah satunya dengan hujan, yang ia sukai. Awalnya aku membenci hujan, karna hujan membuatku sakit, kedinginan, dan selalu merepotkan. Tapi tidak dengan Chanyeol oppa. Bagaimana kalau suatu saat nanti kau memiliki anak, dan bahagia saat mandi hujan? Kau akan melarangnya? Bukankah itu berarti kau melarangnya untuk bahagia? Begitu yang Chanyeol oppa katakan padaku saat aku mengeluh. Kau tau apa jawabanku saat itu? Aku tidak bisa mengatakan apapun selain, aku menatapnya kagum. Chanyeol oppa adalah orang luar biasa dalam hidupku."

"Itu sebabnya kau mandi hujan malam itu?"

"Tidak. Aku sangat membenci hujan." jawab Rose membuat June menaikan sebelah alisnya. "Ku akui memang dulu aku pernah menyukai hujan. Chanyeol oppa yang membuatku menyukai hujan. Kubilang, aku akan menyukai hujan selama oppa menyukainya. Tapi nyatanya, sekarang aku tidak lagi menyukai hujan"

"Kenapa?"

"Karna hujan membuatku kehilangan Chanyeol oppa!" balas Rose menatap June dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada perasaan marah disana, ada perasaan benci, dan ada perasaan terluka, tergambar di mata Rose. Sebuah perasaan yang sulit diartikan menurut June.

"Sore itu, sepulang pemotretan untuk album debutku, Chanyeol oppa menjemputku dan membawaku ke suatu tempat yang sangat indah dari biasanya. Ada sesuatu yang berbeda dari dirinya saat itu. Dia terus mengatakan hal yang membingungkan, dia tidak mengejarku saat aku ingin bersenang senang, dia mengajaku berteduh saat hujan mulai turun, dan memciumku seperti tidak akan pernah mendapatkan ciuman seperti itu lagi. Lalu setelahnya, Chanyeol oppa memutuskanku, dan meninggalkanku" ucap Rose dengan suara seraknya. Airmatanya perlahan turun membasahi pipinya.

"Apa maksudmu dia kecelakaan"

"Dia meninggalkanku pergi dari tempat itu. Meninggalkanku sendirian disana dan menangis di tengah hujan lebat. Aku takut, dan aku- aku menelpon managerku lalu pulang setelahnya. Aku dan Chanyeol oppa sudah putus saat itu, aku menangis semalaman dan tertidur setelahnya. Lalu, hal mengejutkan diluar dugaanku,  hal yang membuatku benar benar ingin mati. Chanyeol oppa terlibat kecelakaan maut tunggal, dan semua orang menyalahkanku"

June tersentak mendengar ucapan Rose. Apa maksudnya.

"Hanya karna hujan dan satu hari yang buruk,  hidupku berubah" ucap Rose ditengah isakannya. June memeluk Rose, untuk menenangkannya. "Sema orang menyalahkanku karna kematian Chanyeol oppa"

"Tenanglah, itu bukan salahmu" bisik June yang dadanya juga ikut sesak mendengar Rose terisak.

"Fansnya, menerorku, menyalahkanku atas kematian Chanyeol oppa. Bukan- bukan aku, yang membunuh Chanyeol oppa. Mereka membakar rumah mewahku, dan membuat ibuku meninggal karna fans gila itu"

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang