"Bangun" pria itu secara tiba tiba datang seperti malaikat. Payung berada di genggamannya, tangannya terulur pada gadis itu dan tidak ada senyuman diwajahnya. Malaikat pencabut nyawa, kalau Rose boleh menyematkan nama itu pada sesosok pria bertubuh tinggi itu. "Bangun, kau tidak harus seperti ini untuk dianggap lemah"
Gadis itu menerima uluran tangan sang pria kemudian berdiri. Bukan rasa malu yang didapatkannya, tapi rasa sesak yang terus ada dalam hatinya.
"Menyenangkan? Aku bisa menemanimu" ucapnya sembari tersenyum, sangat berbeda dengan dirinya beberapa detik yang lalu. Tapi gadis itu tidak peduli. Ia berjalan kemudian meraih tas jinjingnya yang ada di emperan cafe. "Kau akan pulang basah kuyup begitu?"
"Pergilah"
"Kenapa kau menyiksa dirimu sendiri?" balas pria itu sedikit berteriak. "Rose, sadarlah!" teriaknya sembari menggoyangkan bahu Rose dengan tangannya yang bebas.
"Berhenti mengagguku!" bentak Rose. Gadis itu mendorong pelan sang pria kemudian menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Jangan menyiksa-"
"Tau apa kau soal menyiksa diri sendiri?" potong Rose. Nada bicaranya belum juga berubah, sinis. "Dengarkan aku, tuan Oh Sehun yang terhormat. Aku sudah biasa dengan penyiksaan penyiksaan, sampah itu. Dan sekarang aku diam untuk mencari ketenangan-"
"Tapi kau tidak mendapatkannya!" bentak Sehun.
"Aku baik baik saja! Semua orang melihatku-"
"Bagaimana aku bisa percaya pada semua orang kalau kau baik baik saja, sementara kedaanmu menyedihkan seperti itu?! "
Rose diam, air matanya kembali turun. Sehun benar,hidupnya sangat menyedihkan. "Aku sudah melupakannya."
"Tapi hatimu tidak! Sadarlah!" balas Sehun. Lagi lagi berteriak untuk menyadarkan gadis yang ada dihadapanya saat ini. "Berhentilah membual kau sudah tidak tersiksa. Dengan keadaanmu yang seperti ini, kau pikir aku percaya?"
"Kalau begitu pergilah! Dengan kau datang dan mengatakan itu padaku, kau membuatku semakin tersiksa" sinis Rose. "Pergilah kalau tidak ingin melihatku tersiksa, pergilah kalau kau ingin melihatku bail baik saja, katakan pada temanmu aku baik baik saja. Pukul, kalau kau perlu sekali lagi menyadarkanku." ucap gadis itu kemudian pergi membiarkan Sehun yang masih mencerna ucapan ucapannya.
Malam itu berakhir begitu saja, seolah tidak terjadi apapun seolah tidak ada yang melihatnya.
Rose kembali bekerja ke esokan paginya. Dengan suasana hati yang sangat buruk, tapi tetap seperti biasanya. Ia tidak bisa berpura pura tersenyum untuk menyembunyikan rasa tepuruknya. Tapi tetap saja, Rose tidak bisa mengungkapkannya.
Tidak ada yang mau mendengarnya. Tidak ada yang mau melihatnya. Semua orang didunia ini munafik. Mereka mau mendengarkan, tapi tetap membicarakan. Mereka tidak benar benar baik, mereka tidak benar benar peduli, mereka hanya berpura pura peduli. Dan Rose, muak dengan uluran tangan manusia yang hanya sekedar ilusi.
"Manager Jeon memanggilmu" ucap Subin—salah satu pelayan yang bekerja bersama Rose.
Siang ini, setelah jam istirahat tiba tiba Rose dipanggil oleh sang manager cafe. Entah apa yang akan di bicarakan, yang pasti Rose hanya menuruti apa kata Subin tanpa banyak bicara. "Masuk" begitu kata manager Jeon Jungkook dengan nada ketusnya.
"Kau tau kenapa aku memanggilmu kemari?" pria itu bertanya pada Rose yang belum mengucapkan apapun.
"Tidak" jawab Rose singkat membuat Jungkook sedikit mengernyit, dia sangat irit bicara.
"Beberapa wartawan datang kemari untuk memata matai artis YG yang lain, setelah artis June dan Saeron ketahuan putus," ucap Manager Jeon membuat Rose terdiam. Apa hubungannya denganku?
"Dan kau tau kenapa aku memanggilmu kemari?" Manager Jeon melanjutkan, dan Rose menggeleng menjawab pertanyaannya. "Heish… wartawan bisa mengenalimu dan menjualmu untuk menaikan rating-"
"Lalu, kau akan menawarkanku?" potong Rose, dan Jungkook langsung mengelaknya.
"Aku tidak membencimu sampai aku tega menjualmu. Dengar, aku ingin menyelamatkan- anniyo, aku ingin memecatmu untuk kebaikanmu sendiri. Kau bisa dalam masalah, dan bisa bisa cafe ini di tutup. Kemarin saja, direktur marah karna nama cafenya dibawa bawa."
"Mereka tidak akan mengenaliku"
"Bagaimana kalau mereka mengenalimu? Citra cafe ini bisa rusak. Mengertilah, Rose. Aku tau kau butuh perkerjaan, tapi bukan disini tempatmu yang sebenarnya-"
"Lalu kemana aku harus pergi"
"Kau seorang-"
"Aku bukan lagi! Aku sudah berhenti. Beri aku pekerjaan kalau kau masih ingin melihaku hidup!"
Singkat cerita, Rose akhirnya menyerah setelah berdebat dengan Jeon Jungkook. Rose di keluar dari cafe itu. Pikirannya kacau dan ia tidak tau harus bekerja dimana lagi. Sekuat apapun Jungkook menyukainya, Rose tidak akan bisa memaksanya. Jungkook juga egois, sama seperti manusia lain.
"Noona" seseorang nemanggilnya. Rose menengok dan Raesung ternyata ada di belakangnya. Bocah ini menguntitku?
"A-Aku melihatmu jadi aku menyapamu hehe" ucap Raesung dengan cengirannya setelah menyadari tatapan Rose.
Hanya melihatku sampai berani menyapaku? Sejauh ini?
"Kenapa kau pulang? Ini masih sore" tanya Raesung kemudian mengikuti Rose yang duduk di Halte bus. "Noona? Kau hidup, kan? Aku bertanya padamu"
"Kau mengikutiku" balas Rose dingin. Entah kenapa gadis itu sulit untuk bicara dengan santai, tidak datar, tidak ketus, tidak dingin, tidak sinis. Seperti nya hanya itu itu saja nada bicara yang pernah di ucapkannya.
"Anniyo!" jawab Raesung sedikit berteriak. Kebetulan siang itu halte bus sepi. "Tidak, maksudku- aku sedang pergi dengan hyungku, lalu aku melihatmu. Lalu aku menyapamu, hanya itu. Sungguh"
"Pergilah"
"Sebenarnya aku menyukai noona. Cantik" gumam Raesung membuat Rose tertegun. Berani beraninya bocah ini. Sedangkan Raesung terlihat merutuki dirinya setelah mengatakan hal itu. Raesungie! Astaga tidak tau malu! Tahan dirimu, sialan! Batin Raesung kesal pada dirinya sendiri.
"Kau sadar apa yang kau ucapkan?" sinis Rose membuat Raesung semakin merutuki dirinya sendiri.
"Hehe. Aku mengatakan hal yang jujur. Kau seperti model, mungkin kalau di heri sedikit make up akan semakun cantik" puji Raesung membuat Rose meliknya. "Ah ya, kenapa noona pulang duluan?"
"Aku di pecat"
~•~
Belum di revisi
Typo, mohon maaf
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
FanfictionSatu hari yang mengubah segalanya. Dia, si gadis pelayan, yang meninggalkan sejuta kemewahan hanya karna satu alasan. Pria itu adalah alasannya menyukai hujan, "ada masanya kau tidak akan menyukai hujan lagi" pria itu mengatakan hal yang tak terduga...