18

56 13 0
                                    

Begitu masuk kerumah abu, Rose menghentikan langkahnya karna terkejut melihat seorang pria dengan kemeja hiram dan celana jeans, duduk di depan loker—yang sudah ia hafal siapa pemiliknya. Rose mematung dan June masih diam saja, mengikuti Rose menatap pria itu.

Pria itu, Sehun.

Sehun menutup mulutnya menggunakan sebelah tangannya, untuk menahan isakan. Sebelah tangannya lagi, membawa sebuket lily putih dan sepuah berkas tertutup amplop coklat. Tubuhnya bergertar, dan sesekali mengusap air matanya. "Aku tidak tau kau, melakukan kesalahan separah ini hyung" ucapnya ditengah tangisannya.

"Bagaimana aku mengatakan ini pada Chayeong, atau dengan keluargamu nantinya? Kau lihat ini, hyung? Aku menemukan bukti kalau dia, hamil anakmu dan menggugurkan kandungannya. Bagaimana aku harus menjelaskan pada keluargamu kalau kau menghamili nana?"

"Apa maksudmu" potong Rose saat Sehun akan bicara lagi.

"Chayeong-"

"Katakan apa maksudmu!"

"Sudah pernah ku katakan padamu kalau Chanyeol menghamili-"

"Hentikan omong kosong sampahmu, kalau kau masih ingin hidup"

"Kau pikir aku bicara omong kosong?! Dia menghamili Nana. Mantan mamber after school!"

"Mwo?!" pekik June, terkejut disana. Bukan hanya, June yang terkejut, Rose juga.

"Pantaskah kau mengatakan hal semenjijikan itu pada sahabatmu sendiri" sinis Rose.

"Lihat dan ambil ini" suruh Sehun memberikan sebuah berkas dan salinannya pada Rose. Dalam berkas itu, tetulis kalau Nana memang hamil dan menggugurkan kandungannya—saat kandungan itu, baru menginjak usia, enam minggu.

Sehun mengambil berkas asli dari tangan Rose, dan June mengambil salinanya dengan sebelah tangannya yang bebas, begitu Rose mundur ke belakang. Rose bisa saja terjatuh kalau June tidak segera menahan tubuh kurus Rose dengan sebelah tangan kanannya. Rose terlalu terkejut menerima kenyataan itu.

"Kau boleh tidak percaya denganku. Tapi ini kenyataannya. Aku akan bicara  baik baik dengan Nana, nanti" ucap Sehun kemudian menepuk pundak Rose.

"Kau pernah bilang padaku, kalau aku boleh memukulmu untuk menyadarkanmu. Dan sekarang aku ingin memukulmu, tapi kurasa aku tidak berada di posisi yang pantas memukulmu. Hiduplah dengan baik karna aku tidak akan mengaggumu lagi. Jaga dia baik baik" ucap Sehun pada Rose dan membisikan kalimat terakhirnya untuk June, sebelum Sehun pergi.

Tanpa memberi celah Rose untuk bicara, Sehun pergi begitu saja dan Rose jatuh terduduk.

"Astaga- Rose, bagunlah. Jangan disini, ayo duduklah" June membantu Rose berdiri untuk duduk, di kursi yang di duduki Sehun tadi.

June masih berdiri disamping Rose menahan tubuh Rose dengan sebelah tangannya. Saat ini, Rose dengan tubuhnya yang lemas, bibir dan tangannya yaang bergetar entah karna emosi atau karna apa, terlihat menyedihkan lebih dari biasanya. Tidak ada isakan, tapi air matanya terus turun.

Tubuh Rose sangat lemah seperti tidak bertenaga. Sisa sisa hidupnya seperti keluar bersamaan dengan keluarnya Sehun dari rumah abu itu.

"June-ya," suara Rose melemah. "Ambil- ambilkan- obat-"

"Obat?Dimana?" tanya panik June.

"Tas," June segera berlari mengambil tas Rose yang tadi jatuh. Mencari sebotol obat yang entahlah, obat apa. "Astaga, tunggu- ini ambilah" June hanya asal mengambil sebotol obat dan membuka tutupnya dan memberikannya pada Rose.

Dan bodohnya, Rose buru buru menuangkan obat itu ketangannya dan meminumnya. Ada sekitar empat sampai lima butir obat, dan Rose langsung menelannya. Itu membuat Rose tak sadarkan diri.

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang