1

12.3K 529 14
                                    

Aku kira mamahku itu adalah seorang wanita lemah, yang tidak bisa melakukan apa-apa setelah ditinggal papah.

Tapi ternyata tidak. Mamahku itu sekuat wonder woman. Dia bisa tetap mendidik ketiga anaknya. Meski satu anaknya -- Mas Noval -- sudah pergi dari rumah ini, karena tidak suka dengan sikap mamah belakangan ini.

Kini, di rumah peninggalan papah -- cuma ada mamah, Mbak Nova -- kakak tertuaku yang sudah berumur 26 tahun dan bekerja di sebagai staff tata usaha sebuah kampus swasta, dan terakhir -- tentu saja diriku sendiri.

Sore itu adalah hari Jumat sore yang sangat dingin. Kenapa dingin? Tentu saja karena Jakarta sedang memasuki puncak musim penghujan.

Aku dan dia --- sedang tiduran terlentang telanjang bulat!!

Nafas kami belum sepenuhnya teratur. Dan sebetulnya aku antara mual dan gak nyaman dengan hawa panas dan aroma khas sperma yang memenuhi udara di kamarku ini.

"Lo kalah, Dav.." Dia menoleh padaku.

Aku bangkit dan duduk menghadap padanya. "Aku emang keluar duluan, tapi punyaku lebih banyak!"

Dia tersenyum sinis, lalu ikut duduk bersila.

"Oke, fine. Kita seri." Ujarnya. "Gue yang beli bakso, dan elo yang beli es campurnya.."

Aku memutar bola mata. Fajar itu emang orangnya gak pernah bisa nerima kekalahan. Ada aja alasannya untuk bisa jadi pemenang.

Padahal jelas-jelas yang menang pada lomba onani sore ini kan, aku! Aku emang keluar duluan. Tapi jumlah pejuhku empat kali lipat jauh lebib banyak dari pejuhnya Fajar!

Kuambil dompet pemberian dari Mas Noval. Uangku cuma tersisa, lima belas ribu doang. Itupun buat jajan sampai ---

Ehhh, bukannya besok itu weekend ya? Berarti aku libur sekolah dong..!

"Oke!" Jawabku.

Fajar menyusul bangkit. Dan tanpa kuduga, dia menyudutkanku ke tembok dan mengunciku dengan kedua tangannya.

"Besok gue rencananya mau nembak si Ana. Lo bantuin gue dong.."

"Bantuin apa?" Aku menelan ludah. Dari jarak sebegini dekatnya, aku bisa merasakan hembusan nafas hangat Fajar yang tidak stabil.

"Gue takut kalo dia minta gue nyium dia.."

Kumajukan bibirku dan kucium bibirnya Fajar. "Udah kan?" Ujarku tanpa canggung. Karena emang biasanya dia yang selalu minta hal aneh ini duluan.

"Davi, Mamah pulang...!!"

Aku memelotot. Kurendahkan tubuhku dan aku berhasil lolos dari temanku yang paling aneh itu.

"Dav, pelukkan dong -- sekali aja..."

Kulemparkan celana dalamnya ke wajahnya. Aku jelas tidak mau, karena Fajar itu emang tipe cowok berotak mesum!

Dia minta peluk dari belakang, pasti nanti dia bakalan gesek-gesekkin tititnya lagi ke belahan pantatku!

Aku gak akan pernah lupa, kalo waktu itu dia nyaris aja maksa masukkin tititnya ke dalam lubang pantatku!

Aku marah dan menghajarnya habis-habisan. Ku tonjoki wajahnya hingga babak belur, dan malah aku yang dimarahi sama mamah.

"Davi, please..."

Aku gak tahu apa yang salah sama si Fajar. Kami berdua udah temenan dari kecil. Disunat pun ditempat dan dihari yang sama.

Tapi aku gak tahu apa yang ngebuat Fajar sampai melakukan hal-hal aneh dan gak wajar itu sama aku.

WHEN MONEY TALKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang