4

5.6K 388 10
                                    

"Dek, temenmu nyamper tuh..!!"

Suara Mbak Nova emang kalau pagi gini, nyaringnya gak ketolongan. Coba liat nanti sore atau malam, pas dia baru pulang kerja --- udah kayak pasien baru dioperasi sesar!

Cklek.

Aku nyaris gak bergerak saat melihat cowok kurus itu lagi duduk di sofa ruang tamuku.

"Hai, Dav." Dia menyapaku dengan suaranya yang khas itu.

Hmmm, orangnya kurus tapi kok suaranya besar dan ngebas gitu ya? Aneh..!

"Davi, Mamah berangkat dulu. Mau bareng gak?"

"Enggak." Jawabku singkat.

Lagian, sekarang itu kan baru juga jam enam kurang lima menit. Sarapanku aja belum dimakan. Nanti si mbak ngadu ke mamah, terus ujung-ujungnya nyalahin aku juga. Kan lucu!?

"Tante berangkat dulu ya, Bin. Kamu sudah sarapan?"

"Udah kok, tan."

Sambil pake sepatu, aku sesekali melirik ke Bintang. Asli, gitu-gitu sikap dia itu beda jauh banget sama si Fajar. Dan bukan cuma aku aja yang berpendapat seperti itu. Tapi teman-teman sekelasku yang lain juga.

Bahkan kehadiran Bintang di sekolah, nyatanya mengancam posisi Fajar si cowok bantet tengil, tapi berwajah keren dan populer.

"Kamu sarapan sendiri aja, si Bintang tuh tawarin.." Ujar Mbak Nova sebelum dia menyusul mamah berangkat kerja.

"Gak mau dianya.." Jawabku dengan mulut penuh nasi goreng.

Aku jadi orang terakhir yang meninggalkan rumah ini. Tapi sebelum pergi, si mbak tentunya sudah dateng. Jadi aku gak perlu repot-repot bawa kunci rumah segala.

Aku sama Bintang jalan berduaan. Di pagi yang mendung dan agak dingin. Kalau sama si Fajar, okelah tinggiku gak begitu beda jauh dengannya. Tapi kalau sama cowok ini, kok rasanya jomplang banget ya?

"Nanti sore jadi ke perpustakaan umum?" ~~ "Minggu besok car free day yuk.."

Aku dan Bintang saling menatap. Malu. Konyol. Karena kami gak tahu kalau akan saling bicara di waktu bersamaan.

"Ohh iya, aku hampir lupa." Bintang menepuk dahi. "Sore nanti ya? Kamu gak ada acara apa-apa kan?"

Sebetulnya aku paling males sih ke perpustakaan umum. Bukan males baca atau apa ya. Tapi kan seenak-enaknya belajar itu, masih enakkan di rumah sendiri. Mau sambil tiduran, guling-gulingan, nonton, juga hayoo aja. Bebas.

Tapi kalau di tempat umum gitu -- aku harus duduk berjam-jam. Mau ke toilet jauhnya minta ditabok. Belum lagi, kadang AC-nya suka dimatiin kalau pengunjungnya sedikit.

"Lama amat sih lo?! Udah setengah jam lebih gue diri sendiri disini kayak orang bego..!"

Aku menyengir sinis. Lagian, gak ada juga yang minta dia nungguin aku di deket pintu masuk kuburan kok.

"Nih.." Fajar menyodorkan sebuah bungkusan kresek kepadaku.

Kubuka plastiknya, dan kudapati sebungkus nasi kuning yang aku tahu pasti nasi kuning ini barang dagangan ibunya si Fajar.

"Makasih..!" Kataku.

WHEN MONEY TALKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang