Aku melihat jam tangan lagi untuk kesekian kalinya. Sudah hampir jam 5 sore, tapi si papah belum juga kelihatan batang hidungnya. Mukaku udah mengkilat banget. Badanku juga rasanya lengket. Ditambah tenggorokkanku kering banget rasanya.
"Sebentar lagi juga maghrib kok, Dav.." Bintang mencoba menguatkanku.
Sebetulnya aku sih bisa aja langsung masuk ke dalam Carrefour, dan mengambil semua makanan dan minuman yang kuperlukan untuk acara buka puasa bersama besok.
Tapi papah menyuruhku menunggu di depan pintu masuk Carrefour, dan katanya dia akan menyusul langsung dari kantornya.
"Kita ke KFC aja yuk.."
"Tapi kan bokap lo nyuruh nunggu disini, Dav.."
"Ahh, daritadi di teleponin juga gak diangkat." Kataku kesal sambil beranjak dari posisikus semula.
Udah gak kebayang deh, berdiri di depan pintu masuk pusat perbelanjaan dengan masih mengenakan baju seragam sekolah. Malunya bukan main. Mana sebentar-sebentar aku harus ke toilet cuma buat kumur-kumur doang. Tujuannya sih biar nih mulut gak kering dan pahit-pahit amat.
Aku makin kesal saat melihat semua restoran fastfood itu sudah penuh terisi semua mejanya.
"Ehh, masih ada yang kosong tuh!" Seru Fajar.
Aku mengerenyitkan dahi. Sebetulnya diantara semua restoran fastfood ayam, aku tuh paling suka sama KFC. Dan restoran fastfood yang satu itu --- aku gak tahu apakah rasanya enak atau enggak ya..
Fajar langsung duduk di kursi yang masih kosong itu. Namun disaat bersamaan, seorang ibu dan anaknya juga menarik kursi disatu-satunya meja yang masih kosong itu.
"Saya duluan ya, dek.."
"Enak aja! Saya yang duluan disini, bu!" Fajar gak mau kalah.
"Emang kamu buat berapa orang?" Sesosok ibu paruh baya lainnya muncul dan langsung menarik kursi lain di meja itu.
"Kita bertiga. Tuh temen-temen saya!"
Aku geleng-geleng ngeliat sikap keras kepala Fajar. Tadinya aku mau menarik Fajar meninggalkan meja itu. Tapi waktu berbuka tinggal sebentar lagi. Dan selain itu -- ternyata Bintang sudah maju mendekati Fajar.
"Maaf ya bu, meja ini punya kita duluan."
Ternyata emang benar ya, kalau perut lagi kosong-song-song banget, pasti kita itu akan lebih cepat emosi. Padahal udah jelas kan, salah satu tujuan puasa itu adalah menahan nafsu dan amarah.
"Dek maaf ya, meja ini khusus customer yang makan disini. Bukan cuma untuk menumpang duduk-duduk."
"Mas jangan sembarangan ngomong ya!!"
Mataku memelotot sejadinya. Aku tak akan pernah menyangka kalau aku tidak melihatnya langsung dengan kedua mataku ini.
Bintang bisa marah juga ya?!! Dia yang kelihatan kalem itu, ternyata bisa membentak orang dengan suaranya yang besar sekali.
"Jar, lo pesenin apa aja buat kita bertiga. Kalo perlu lo beli semuanya!!"
"Ehhehe --" Fajar jadi kikuk sambil cengar-cengir.
"Bintang, udahlah ya..." Aku agak ragu mendekatinya.
"Panggil supervisornya!! Suruh dia keluar!!" Kali ini suara Bintang sukses membuat kami bertiga jadi pusat perhatian. "Kenapa diem? Gak berani? Cemen, hah?!"
"Duhh, kok jadi gawat gini sih, Dav.." Fajar menatapku.
"Lo kira karena gue masih sekolah jadi gak bisa beli makanan disini?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS
Teen FictionHai, namaku Davi. Dan ini adalah cerita keluargaku yang amat sangat rumit dan menyebalkan...!! Doakan, semoga aku tidak berfikir untuk 'bunuh diri' ya... [[Cerita gay paling absurd nih. Lagi males bikin cerita yang serius soalnya. Jadi ya harap makl...