20

3.6K 279 7
                                    

Aku menguping apa yang sedang dibicarakan papah sama Tante Natalie, di ruang kerjanya. Aku deg-deg'an tiap kali mendengar suara nada tinggi papah.

Papah pasti marah dan kecewa sama mamah. Tapi papah terlalu baik dan lembut. Dia bisa menyembunyikan semua kekecewaannya itu, di hadapanku.

'Gila!! Wanita itu sudah menguras banyak sekali hartaku!'

'Saya sudah memblokir sebagian kartu kredit isteri anda, Pak Rico.'

'Aku harus menyelesaikan masalah ini secepatnya! Aku tidak mau kalau sampai --'

Kreekkk...

Papah dan Tante Natalie menatapku. Begitu juga sebaliknya.

"Ohh iya Papah lupa. Sore ini kita mau buka di luar kan?"

"Aku mau ikut papah.." Suara pelan dan gemetaran.

"Davi.."

"Aku mau ikut papah. Aku cuma mau ikut sama papah.."

Papah bergegas menghampiriku. Dia memegang kedua lenganku. "Davi..."

Air mataku menitik. Kupeluk papah erat sekali. "Aku janji akan sekolah yang rajin, papah. Aku janji akan jadi anak yang pintar dan penurut. Aku mau ikut papah -- jangan tinggalin aku sendirian, papah.."

"Davi -- Davi -- Davi..." Papah mengusap-ngusap punggungku. "Iya. Nanti Davi ikut sama Papah ya.."

Aku usap air mataku. "Janji ya.." Kusodorkan kelingking kananku padanya.  Dan kemudian, papah pun menautkan kelingkingnya dengan seulas senyum yang membuat hatiku nyaman dan tenang sekali melihatnya.

Sorenya, aku dan papah buka puasa bersama di rumah. Tadinya papah memaksa untuk buka diluar, karena katanya papah ingin membelikanku hadiah untuk lebaran besok. Tapi aku menolaknya. Karena aku mau mencicipi lagi masakan buatan papah yang sangat enak dan lezat itu.

Papah memakaikanku celemek. Kami berdua sama-sama melihat isi kulkas. Kalaupun ada bahan yang kurang, papah membelinya melalui aplikasi ojek online.

Kata papah, sore ini dia akan memasak udang asem manis, capcay seafood, dan perkedel tahu.

Aku membantu papah mengupas bawang sampai mataku perih dan berair. Lalu aku membantu mencuci udang segar berukuran jumbo, tapi tanganku sering ketusuk mulut udang sialan itu!

Papah melarang semua art-nya untuk membantu. Pokoknya sore ini, dapur rumah ini khusus untuk aku dan papah saja.

Aku sedang menuangkap sari kelapa dan sirup cocopandan, saat kudengar adzan maghrib sudah berkumandang.

"Yaahh, papah-papah, udah buka nih!! Gimana donh?!! Aduhh, aku belom mandi lagi..!"

Papah menarik kursi makan. Lalu dia mendudukkanku di atasnya.

"Kita buka puasa dulu ya.."

Papah pun memimpin doa berbuka. Meski cuma berdua, dan dengan lauk yang tidak begitu banyak, tapi aku sangat senang sekali.

Pak Yus dan orang-orang yang bekerja di rumah ini, juga sedang berbuka di paviliun belakang. Papah tadi memesan makanan dari sebuah restoran via aplikasi gojek. Kata papah, sekali-kali papah juga ingin membuat bahagia orang-orang yang selama ini sudah bekerja di rumahnya.

Selesai makan, aku dan papah shalat maghrib berjamaah. Meski masih agak terbata dan tidak lancar dalam membaca surat alfatihah dan al-ikhlas, tapi aku kagum dengan sikapnya yang tak mudah pantang menyerah itu.

WHEN MONEY TALKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang