9

3.9K 317 6
                                    

Hari ini, untuk pertama kalinya -- aku diajak Om Rico ke ruangan kerja yang berada di lantai 22 gedung ini. Aku gak tahu apa pekerjaan Om Rico dan juga jabatannya. Tapi yang aku tahu, setiap kali orang-orang berpapasan dengannya -- pasti orang-orang itu akan menunduk, memberikan rasa hormat dan segannya.

Begitu keluar dari lift, aku cuma melihat ada satu meja dan seorang perempuan di ujung sana.

Sepi dan hening sekali suasana di lantai 22 ini. Sepanjang koridor pun, aku cuma melihat lukisan-lukisan abstrak berbingkai.

"Davi, dia ini Natalie. Sekertaris sekaligus orang kepercayaan Om."

"Selamat siang, Mas Davi." Perempuan muda itu menyapaku.

Rasa-rasanya aku pernah melihat dia sebelumnya. Tapi dimana ya..?

"Tolong siapkan makan siang untuk kami berdua."

"Baik, Pak Rico."

Om Rico membuka satu-satunya pintu yang ada di lantai ini. Dia menuntunku masuk. Dan aku sekarang tahu, seperti apakah ruang kerja Om Rico itu.

"Kalau kamu lelah, kamu bisa beristirahat disini."

Aku menganga. Kantor model apa sih ini sebenarnya? Kok di ruang kerja, bisa ada kasur, led tv, xbox, kulkas, meja billiard lengkap dengan bola dan tongkatnya. Pokoknya aku sampai bingung sendiri jadinya.

Lalu perhatianku terpusat pada sebuah bingkai besar yang dipajang di atas sofa bed dekat kasur itu.

"Foto itu kan..."

"Gimana, kamu suka kan?"

Mataku masih tak berkedip. Melihat foto Om Rico yang sedang duduk merangkulku, di tepi kolam renang.

"Bagus banget, om!!" Seruku.

Om Riko merangkulku. Dia menciun kepalaku. Kurasakan sebuah rasa hangat dan nyaman, ketika aku berada dekat dengannya.

Satu jam berlalu dengan cepatnya. Perempuan itu -- maksudku, Tante Natalie masuk dengan dua orang mengekor di belakangnya. Aku penasaran dengan apa yang ada di atas troli makanan yang di bawa oleh kedua orang itu.

Tapi begitu penutup di atas troli itu dibuka, aku benar-benar terkejut dan mau pingsan rasanya!!

Ini -- makan siang di kantor atau restoran?!!

Kenapa banyak sekali makanan yang dibawa mereka? Berapa uang yang dikeluarkan sama Om Rico untuk membeli semua makanan itu? Dan -- kalau gak habis, apa semua makanan itu akan dibuang? Semoga aja aku boleh bawa pulang nanti.

"Davi, mau makan yang mana? Biar Om ambilin.."

"Tante Natalie sama mereka gak ikut makan sekalian?"

"Tidak, Mas Davi. Semua ini --"

"Om Rico, emangnya kita berdua bisa menghabiskan semuanya?"

"Kami permisi, Pak Rico." Tante Natalie dan kedua orang itu seperti tergesa-gesa keluar dari ruangan Om Rico. Aneh bukan?

Om Rico mengambilkanku tiga sendok nasi. Dan dia mengisi sisa ruang kosong di piringku dengan lauk yang banyak sekali. Padahal biasanya kan, aku kalau makan itu yang dibanyakkin nasinya. Kata mamah, biar badanku gak kurus-kurus amat.

Aku makan dengan lahap sekali. Tak jarang, Om Rico mengambilkanku potongan gurame saus asam manis, dan tumis brokoli.

Aku paling benci yang namanya sayuran. Apalagi yang berwarna hijau pekat ini. Tapi ketika Om Rico memaksaku -- maksudnya menyuapiku sayuran hijau itu -- ternyata rasanya tidak buruk. Malah enak sekali!

WHEN MONEY TALKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang