3

5.9K 391 9
                                    

Cletekk..!

Aku ngintip dari jendela ruang tamu saat kudengar pintu pagar depan dibuka. Senyumku mengembang saat tahu siapa orang yang datang itu.

"Mas Rian kok jalan kaki? Motornya mana?"

"Mogok, Dav. Sekarang lagi dibengkel."

"Kok bisa mogok sih? Emangnya kempes ya? Atau kehabisan bensin? Mungkin olinya kotor kali, mas..!?"

Mas Rian mengacak rambutku. "Numpang istirahat sebentar ya."

"Boleh aja." Jawabku sambil melihat kedua tangan Mas Rian yang ternyata tidak bawa apa-apa.

Mas Rian duduk selonjoran di lantai ruang tamu. Kuambilkan air putih dingin untuknya. Kuambilkan juga bantal dan guling dari atas lemarinya Mas Noval.

"Mas kan cuma numpang istirahat sebentar.  Bukan mau nginep." Mas Rian geleng-geleng lihat tingkahku. "Mas bawa es cendol nih. Tapi cuma ada satu. Buat kamu aja."

Hahaii..!! Itulah yang kusuka darinya. Mas Rian emang gak pernah dateng dengan tangan kosong!

Meskipun dia pernah dateng dengan cuma bawa jeruk dua biji, aku dengan suka hati menerimanya.

"Kok sepi?"

"Mamah lagi pengajian. Ada selametan rumah. Tetangga baru."

Mas Rian ngangguk-ngangguk. Gak berapa lama, dia terima telepon dari Mbak Nova. Aku pun mendengarkan percakapan itu sambil menikmati es cendol yang kutambahi kental manis cokelat dan es batu supaya jadi dingin lagi.

Semoga aja Mas Rian beneran nikah sama Mbak Nova, soalnya mereka berdua itu orang royalnya banget. Suka beliin makanan apa aja buat aku.

Selain itu kan, Mas Rian juga jadi guru di salah satu SMA swasta elite di Jakarta. Jadinya, dia suka ngajarin aku pelajaran-pelajaran yang sulit.

Yahh, semoga aja nanti aku bisa masuk ke SMA itu. Seenggaknya lewat jalur beasiswa, biar aku bisa berangkat dan pulang barengan sama dia.

"Assallamualaikum. Wahh, ada tamu nih.."

"Iya nih, tan. Tadi pas pulang, ehh motor ngadat. Ditinggal di bengkel. Mau nunggu kelamaan, takut bosen. Jadi mampir dulu deh kesini.." Urai Mas Rian.

"Davi..." Mamah geleng-geleng melihatku. "Kamu kok beli es cendolnya cuma satu? Mas Rian gak dibeliin juga?"

"Sok tahu deh si mamah. Orang ini aja dari Mas Rian. Hhheeehee.."

"Mamah dapet banyak kue nih, dimakan aja, Yan.."

"Waduhh, makasih tante. Tapi udah kenyang."

"Nasi kotaknya dong, mah!" Aku langsung nyamber bungkusan plastik merah yang dibawa mamah.

Setiap mamah pergi ngaji, aku selalu berharap nasi kotaknya. Karena biasanya lauk nasi kotak itu enak-enak. Contohnya sekarang ini. Ada daging rendang bumbunya merah melimpah, ayam goreng mentega, capcay goreng, kerupuk, sambel goreng ati, dan oseng buncis.

"Mas Rian makan..!"

"Iya, Dav. Makan yang banyak, biar cepet gede ya. Hhaha.."

Aku makan lahap sekali. Bahkan, aku juga sampai nambah nasi sendiri dari belakang. Heheh, abis lauknya kan masih banyak. Sayang kalo digado gitu aja.

Suara motor berhenti di depan rumah. Mas Rian membuka pintu depan lebih lebar.

"Siapa tuh, Dav? Tamu ya?"

Aku bangkit sambil membawa sepotong kue sus. Kuperhatikan baik-baik dua orang yang ada di depan pagar rumahku itu.

"Permisi..!!"

WHEN MONEY TALKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang