12

3.6K 296 2
                                    

Mamah dan papah udah pulang dari bulan madu. Meski cuma sebentar, mereka berdua kelihatan bahagia dan senang sekali. Entah apa yang mereka lakukan selama di resortnya papah di Singapura sana. Yang pasti, aku juga ikutan senang, karena aku dibawain banyak sekali oleh-oleh.

Tapi ternyata, aku juga harus menelan rasa kecewa mendalam karena Mas Noval sama Mas Bimo gak jadi ikut sahur dan puasa bersama di rumah. Mereka langsung pamit, gak setelah mamah sama papah tiba di rumah.

Aku jelas sangat keberatan dan merengek untuk meminta mereka tinggal. Tapi kedua orang itu keras kepala. Mereka gak mau buat mamah kerepotan.

Lihat aja nanti Mas Noval, aku mau dateng tiba-tiba dan nginep di rumah -- ehh, kontrakkan kalian berdua!

"Sayang, nanti tolong anterin oleh-oleh buat keluarganya sama Fajar dan Bintang ya.."

"Enggak mau!"

"Davi kok gitu sama Mamah?"

"Suruh si mbak aja deh. Atau supirnya papah tuh.."

"Mamahmu minta tolong, hmmm.." Papah Rico menarik tanganku lembut. "Nanti, Papah kasih hadiah lagi.."

"Enggak! Sekali enggak ya -- enggak pokoknya..!"

Aku masuk ke dalam kamar. Dan kudengar suara papah yang sedang berbicara sama mamah di luar sana.

'Biar Papah aja yang anter ya, mah. Mungkin Davi capek.'

Tadinya kupikir si papah cuma bercanda. Soalnya orang model kayak dia, mana pantes kuckluk-kucluk jalan kaki sendirian cuma buat nganterin oleh-oleh?

Aku keluar dari kamarku. Kulihat mamah sedang memberesi kopernya. Aku tahu dia melihatku. Tapi dia pura-pura tidak melihatku

Aku susul si papah. Untungnya dia jalan belum terlalu jauh. Aku bersembunyi di balik tiang listrik dan pepohonan. Aku akan mengerjainya. Hhheehee..

"Hhiihiii ~~~ Ricooo ~~~ Tolong akuuu..."

Si papah menghentikan langkahnya. Dia celingukkan kesana kemari. "Kok kayaknya barusan kayak dengar suaranya anak nakal yang jelek itu ya..?"

"Emangnya aku jelek ya?!!"

"Ketahuan kan!!" Papah mengulas senyum kemenangan. "Sini, kita jalan-jalan malam berdua.."

"Ehh, papah udah siap puasa belum nih?"

"Siap. Insya Allah."

"Wihh, pokoknya nanti kalau papah ngerasa haus sama gerah pas siangnya -- papah mandi aja."

"Mandi?"

"Iya. Kayak aku pas puasa tahun lalu. Biasanya aku itu mandi sepuluh kali sehari. Pokoknya abis mandi, tidur lagi. Bangun -- mandi, terus tidur lagi."

"Davi--Davi, dasar kamu itu.."

Saat aku sedang berjalan berdua bergandengan tangan sama papah, aku jadi keinget mamah. Pasti mereka berdua waktu bulan madu, juga jalan-jalan berduaan kayak gini.

Duhhh, bahagianya si mamah itu...

"Permisi.. Selamat malam.."

"Assallamualaikum, papah..!!" Aku mendesis dari belakang. Untung badannya si papah besar. Jadi bisa buat aku ngumpet.

"Assallamualaikum, Bu.."

"Waalaikumsalam.." Ibunya si Fajar keluar. "Walahh, Pak Rico. Ada apa malam-malam begini?"

"Maaf menganggu waktunya. Ini ada sedikit oleh-oleh."

WHEN MONEY TALKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang