10

4.2K 328 17
                                    

Aku menangis ketika melihat prosesi ijab kabul antara Om Rico dan penghulu itu. Setelah penghulu dan saksi mengatakan sah, itu artinya Om Rico telah sah secara agama dan hukum menjadi suami mamahku. Yang artinya dia -- pria asing itu -- Om Rico -- telah menjadi papahku juga. Meski statusnya cuma papah tiri.

Kulihat wajah mamah dan Om Rico -- maksudku Papah Rico, bahagia sekali. Wajah mereka tampak merona malu-malu saat menerima ucapan selamat dari para keluarga, kerabat, dan para tetangga yang hadir dalam prosesi akad nikah ini.

"Wihhh, selamat ya Dav. Sekarang lo udah jadi anak orang kaya nih." Fajar mengepit kepalaku di ketiaknya. "Jangan pelit traktir-traktir gue!"

Daripada untuk traktir manusia celamitan ini, mendingan juga aku masukkin celengan aja uangnya. Lagian, emangnya aku gak tahu -- dia juga kan dikasih uang sama Om Rico -- maksudku Papah Rico, minggu lalu. Kata si papah sih sebagai uang jajan kalau dia lagi jalan sama aku.

Orang aku aja keseringan jalannya sama si Bintang. Kenapa malah si Fajar yang dikasih uang?

Kayaknya si papah itu udah kesirep sama ilmu macan kumbangnya si Fajar deh..

"Gimana rasanya, Dav?" Tanya Bintang.

"Biasa aja." Jawabku.

"Tapi kamu kelihatan bahagia banget."

Aku mengajak Bintang ngambil buah semangka dan melon. Lalu kami berdua makan bersama di pojokkan.

Meskipun pagi ini cuma berlangsung acara akad nikah di masjid dekat rumahku, tapi mamah dan papah Rico juga menyiapkan hidangan untuk para tamu yang datang.

"Oh ya Dav, masalah yang semalem --"

"Mas Noval..!!" Aku berteriak memanggil sosok yang hadir dengan kemeja batiknya itu. Kulihat juga Mas Noval tidak hadir sendirian. Tapi Mas Bimo tampak menemaninya.

"Kok malah mojok berdua nih.." Mas Bimo seperti meledek aku dan Bintang. "Kayak lagi pacaran aja.."

"Ahaha, Mas Bimo bisa aja. Si Bintang itu kan udah punya cewek di sekolah. Lagian dia juga banyak yang suka loh di sekolah.." Aku menyegir ke Bintang. "Iya kan, Bin?"

"Wah-wah, liat siapa yang dateng nih..?" Mbak Nova dateng sama Mas Rian. "Pangling aku sama kamu, Nov."

Mas Noval cuma senyam-senyum aja.

"Kalau Mbak Nova sama Mas Rian kapan nikahnya?"

"Davi..!!" Kedua orang itu kontan membelalak padaku.

"Lah iya dong. Masa pacaran terus. Emangnya gak bosen?"

"Kamu kira nikah itu urusan gampang, huh?" Mbak Nova menjitaki kepalaku. "Selain mesti nyiapin uang yang banyak, fisik sama mental juga."

"Kan Mbak Nova sama Mas Rian udah kerja lama. Pasti banyak uang dong dari gaji bulanan?"

"Ngomong sama anak ini gak akan ada pernah habisnya.." Mbak Nova geleng-geleng.

"Lagian, kalau misalnya nanti aku keburu meninggal gimana? Kan aku jadi gak bisa ngeliat kalian berdua menikah?"

Ekspresi wajah orang-orang di sekitarku langsung berubah seketika. Terutama Mbak Nova sama Mas Noval.

"Lah iya kan, kalau misalnya nanti aku ketabrak mobil -- terus meninggal -- jadinya aku gak bisa ngeliat Mas Noval sama Mbak Nova menikah. Hhhehhe.."

"Maaf menganggu waktunya.." Tante Natalie muncul.

Untung aja dia muncul. Kalau enggak, aku bisa mati berdiri disini.

"Sebaiknya kita segera berangkat ke hotel. Karena untuk persiapan acara resepsi malam nanti."

"Davi, buruan!! Gue udah siap nih..!"

WHEN MONEY TALKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang