18

3.4K 265 3
                                    

Saat aku mendapat kabar kalau Bintang masuk rumah sakit karena kecelakaan, reaksiku campur aduk. Apakah aku harus menjenguknya di rumah sakit? atau aku tetap diam saja dan pura-pura tidak tahu?

"Jadi begitu, pah.."

Aku hentikan langkahku. Kudengar baik-baik apa yang sedang dibicarakan oleh mamah dan papahku pagi ini.

Yang aku takutkan, mamah akan kembali membicarakan masalah Fajar. Padahal papah kan sudah memaafkan Fajar sepenuhnya.

"Selama itu adalah hal yang positif, Papah akan selalu mendukungnya."

"Kalau begitu, nanti mamah akan ke tempat Noval untuk membicarakan rencananya itu."

Mamah mau ke tempatnya Mas Noval?!! Apa iya aku gak salah dengar?! Waaawww...!!

"Mamah berangkat dulu ya, Pah. Kalau nanti masih terbentur kerjaan, Mamah terpaksa gak pulang. Titip salam saja untuk Davi."

Mamah mencium pipi Papah. Dan begitupun sebaliknya.

Masalah yang kemarin itu -- setidaknya tidak berpengaruh dengan keluargaku. Biar saja mereka yang terkena masalah. Toh, mereka itu kan bukan siapa-siapa.

"Pa ---"

"Natalie, bisa kita ketemu di tempat biasa siang ini?"

Aku yang sudah mau maju, kuurungkan kembali niatku itu. Perasaanku jadi gelisah. Kenapa papah harus menemui wanita itu lagi? Apa yang sebenarnya sedang terjadi antara papah dan Tante Natalie?!

Aku berbalik kembali menuju kamarku. Tapi papah mengetahui keberadaanku rupanya.

"Davi.."

"Iya.."

"Papah hari ini ada urusan dengan klien. Mungkin besok lusa kita baru bisa --"

Aku ngeluyur pergi meninggalkan papah. Apakah kebahagiaan keluargaku ini, tidak akan lama lagi?

Gimana hancur dan sakitnya hati mamah, saat tahu kalau papah ternyata berselingkuh dengan wanita lain?

Wanita yang lebih muda, cantik  dan berwawasan luas itu?

Aku duduk di atas kasurku. Menunggu papah membuka pintu kamarku.

Lima belas menit berlalu, pintu kamarku itu masih saja tertutup rapat. Itu artinya papah sudah pergi. Dengan wanita sialan itu!

Aku mengganti pakaianku. Oke, kalau papah tidak mau menemaniku beli baju baru untuk lebaran nanti. Aku juga bisa beli sendiri kok. Aku tinggal pergi ke mall, terus masuk ke outlet baju, memilih baju yang pantas dan cocok denganku, dan aku tinggal menyerahkan kartu debit papah untuk membayarnya.

"Mas Davi, saya antar ya.."

"Aku udah pesen grab, Pak Yus."

"Tapi mas, nanti kalau Bapak tahu saya gimana?"

"Ya gak gimana-gimana."

Gak berapa lama grab yang aku pesan, tiba juga. Kami saling berpandangan sejenak. Dia membuka kaca helmnya. Matanya menatapku aneh.

WHEN MONEY TALKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang