"Hhaahh, mamah mau ke Bali?!!"
Mamah senyam-senyum sumringah di sofa ruang tamu. Kulihat ada satu koper merah baru pemberian dari papah, dan juga tas tangan kesayangannya itu.
"Terus, papah juga ikut?!! Aku ditinggal sendiri gitu disini?!!"
Papah mengangguk dengan senyumannya yang paling menyebalkan! Aku tarik ucapanku yang mengatakan bahwa Papah Rico adalah pria paling tampan dan sempurna di mataku!
"Davi, Papah itu ke Bali mau menemani mamah kamu lihat lokasi."
"Emangnya gak bisa nanti, nunggu pas aku libur gitu?! Jahat banget ih! Egois!"
"Davi kok gitu?" Mamah mau membelai kepalaku. Tapi aku tepis dan buru-buru bangun dari dudukku. "Kalau marah-marah terus bisa batal loh nanti puasanya.."
"Tau ahhh lahhh...!! Aku mau nginep aja di rumahnya Mas Noval kalo gitu!"
Aku meninggalkan rumah papah dengan perasaan jengkel luar biasa. Kepalaku rasanya mau pecah!!!
Baru juga pindah ke rumah baru, tapi aku udah sering ditinggal sendirian. Si mamah sering pulang malem. Si papah juga gitu. Mana Pak Yus juga kadang cuma sibuk nyuci mobil sama ngobrol supir lainnya di paviliun belakang.
Aku jadi kangen sama rumah mamah yang lama. Meskipun rumahnya sempit, tapi papah sering meluangkan waktunya untukku. Masak sahur dan buka puasa untuk kami berdua. Jalan-jalan sore sambil nunggu bedug maghrib. Dan makan sate pas pulang setelah shalat taraweh.
Di sekolah pun, aku malah merasa Fajar dan Bintang seperti menjaga jarak denganku.
Fajar yang biasanya banyak omong, kini dia terlihat banyak diam dan memperhatikan tiap pelajaran dengan serius sekali.
Bintang juga sama. Ketika aku mengajaknya bicara atau sekedar jalan-jalan ke perpustakaan pas jam istirahat, dia malah menghindar.
Apa iya semua ini karena nafasku yang bau ya? Tapi kan, emang kalau lagi puasa itu nafas jadi bau..
"Anak-anak, apa kalian sudah memutuskan tempat untuk kita semua berbuka puasa bersama?" Tanya Pak Aji.
Pak Aji itu adalah guru bidang studi penjaskes, sekaligus merangkap sebagai wali kelasku. Tadinya wali kelasku itu Bu Nunung, tapi sekarang diganti karena Bu Nunung lagi hamil besar.
"Di rumahnya Bintang, pak!"
Aku diam saja ketika semua teman-temanku mengatakan bahwa rumahnya Bintang adalah tempat yang pas untuk menggelar acara buka puasa bersama kelas kami.
Aku kira tadinya rumah Bintang itu besar dan luas. Tapi ternyata rumah Papah Rico empat kali lipat lebih luas dari rumahnya si Bintang.
"Yang setuju di rumahnya Gilang, angkat tangan..!!"
Satu.. Dua.. Tujuh.. Sebelas.. Tujuh belas..
Aku melirik ke Fajar. Kulihat dia sedang menidurkan kepalanya di atas meja. Sementara tangan kanannya sibuk menggambar sesuatu yang sangat tidak jelas di buku cetak pelajaran matematika.
Sudah bisa kuduga. Orang kayak si Fajar, mana mau dateng ke rumahnya si Bintang. Mereka berdua itu kan orangnya gak pernah akur.
"Davi, kamu sebagai ketua kelas bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS
Genç KurguHai, namaku Davi. Dan ini adalah cerita keluargaku yang amat sangat rumit dan menyebalkan...!! Doakan, semoga aku tidak berfikir untuk 'bunuh diri' ya... [[Cerita gay paling absurd nih. Lagi males bikin cerita yang serius soalnya. Jadi ya harap makl...