"Hari ini lo dijemput bang cakra kan?" Felly teman sebangku regina sejak dua tahun lamanya itu, terus saja memperhatikan regina yang tengah memasukan barang barangnya ke dalam tas berwarna maroon miliknya. Huh bukannya membantu, pekik regina dalam hati.
Bel sekolah sudah berbunyi sejak dua puluh menit lalu, sementara regina baru saja selesai menyalin catatan dari papan tulis ke dalam buku catatan miliknya. Regina melirik sekeliling, beberapa meja sudah mulai kosong tanda teman temannya sudah pulang. namun masih ada juga yang tetap tinggal di kelas, mungkin eskul pikirnya.
"Lo ga pulang fell?"selidik regina merasa heran dengan kelakuan teman sebangkunya itu. Masalahnya, tumben-tumbenan felly berinisiatif menunggunya sampe dua puluh menit seperti ini, biasanya ketika bel pulang sekolah baru saja dibunyikan, felly langsung ngacir keluar kelas tanpa peduli regina yang memanggilnya meminta pulang bersama hingga parkiran.
"lo pulang nya dijemput bang cakra kan re?" Regina mendelik malas, teringat sosok felly yang terlihat menaruh minat lebih kepada kaka ketiganya itu sejak pertama kali ia kenalkan kurang lebih satu tahun lalu. felly juga adalah orang yang paling antusias ketika tau kakaknya cakra mendapat jatah libur selama seminggu, makanya akhir akhir ini gadis itu selalu merengek ingin main ke rumah regina, yang secara tegas ditolak mentah-mentah oleh regina.
"Hhmm gatau, tadi sih gue berangkat dianterin sama dia, gatau deh sekarang pulangnya dijemput atau engga, ya kalo engga pake ojek online palingan"
"Hah seriusan tadi lo dianterin bang cakra?"tanya felly antusias, yang hanya mendapat anggukan petanda iya oleh regina.
"Lo ko ga bilang gue sih, tau gitu gue datang lebih cepet. Nyambut lo dateng " felly mengerucutkan bibirnya sebal dan di balas delikan malas regina.
"Males banget ih" timpal regina, sambil memakai tas ransel miliknya ke punggung.
"Lo mah gitu, suka pelit ke temen sendiri. gue mau main ya ke rumah lo, pliiss gue males nih di rumah ya ya" Pinta felly sambil memasang tampang puppy eyesnya yang justru membuat regina jijik, dasar so imut.
"Mau modus lo mah" jawab regina bersiap untuk pergi.
"Ih emang ya, lo tuh harusnya bantuin gue, bantuin sahabat lo, gue tuh beneran ngebet sama abang lo re, harusnya lo seneng dong punya kaka ipar seunyu gue yang udah tau lo luar dalem, jadi udah punya chemistry kuat kalo kita iparan nanti" regina menggeleng ngeri, membayangkan dirinya dan felly akan iparan nanti, bisa hancur dunianya dengan kebawelan felly setiap hari.
Hiliih dia sudah termakan pesona kakaknya cakra. Fyi, cakra memang memiliki wajah tampan seperti kedua kakaknya yang lain. Badan tegap sempurnanya serta ditambah pembawaannya yang friendly dan supel membuat ia mudah digandrungi kaum hawa dibanding kedua kaka lelakinya yang lain yang tampak kaku dan keras pembawaannya.
Teman-teman kelasnya yang kerap kali melihat regina diantar jemput oleh cakra ketika ia sedang libur tugas, justru mengira bahwa keduanya merupakan sepasang kekasih. Mereka tertipu oleh wajah imut-imut yang cakra miliki, hingga mampu mengelabui orang lain yang bahkan mengira ia masih duduk di bangku sma, padahal usianya kini sudah menginjak angka dua puluh dua tahun.
Teman-teman wanita di kelas regina sering menunjukan sinyal sinyal kekepoannya kepada regina dengan bertanya hal yang tidak penting untuk ditanyakan menurut regina. Semisal "re cowo lo pake olahraga macam apa sih sampe dadanya sebidang itu?" Atau "re itu cowo ganteng nemu dimana?" regina hanya tersenyum sebagai tanggapannya. Malas menanggapi atau menyanggah asumsi cakra sebagai pacarnya. Cakra yang dianggap sebagai pacar regina sajaa sudah dikepoin semacam itu, apalagi kalo ia mengakui cakra sebagai kakanya, bisa bisa spesies bentuknya lebih parah dari felly terus meneror dirinya seputar cakra. Felly yang memang sudah tau bahwa cakra adalah kakak regina sejak awal. Justru semakin berani mendekati kakanya, walaupun memang melalui regina. Minatnya semakin tinggi, ketika tahu cakra belum punya kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebrasi Hati
Teen FictionSebuah perjalanan takdir yang tak terduga yang menimpa keduanya. Siapa yang mampu menduga? Regina yang sejak dulu betah dengan perasaan diamnya, kini bak gayung bersambut sosok itu mendekatinya tanpa bisa ia cegah. Dan disini regina akan memberitahu...