Diam itu penghambat, maka bicaralah
***
Regina terdiam dibalik punggung lebar lelaki yang tengah membelakanginya ini. Setelah insiden pemaksaan yang dilakukan nya beberapa menit lalu, kini berakhirlah regina diboncengan motor merah yang kini tengah melaju Membelah jalanan kota dengan begitu mudah. Menyalip satu persatu kendaraan yang menghalangi jalannya, tanpa takut terjatuh atau bahkan menimbulkan kecelakaan. Yah sosok dibalik helm merah didepannya ini, memang begitu piawai membawa motor merah besar miliknya.
Regina tak tahu jelas, kemana arah tujuan bagas membawanya pergi. Blok perumahan regina sudah jauh terlewat. Kini mereka bahkan sudah memasuki area perkebunan teh. Ingin bertanya pun regina tak memiliki keberanian banyak, mengingat sosok dibalik helm merah itu tampak sedang menahan amarah, hal itu terlihat dari cara ia mencengkram stir motor begitu kuat.
Pertanyaan besar muncul dibenak regina. Dia kebingungan menyingkronkan otaknya dengan keadaan bagas saat ini. Bagaimana bisa, bagas yang terlihat selalu tenang dalam bersikap itu, justru sangat meledak-ledak seperti sekarang. regina yakin pasti ada permasalahan besar yang tengah menimpa bagas.
Regina melirik ke arah jalanan, Dilihatnya plang dari jalan yang mereka lalui menunjukan bahwa posisi mereka saat ini sudah berada di kawasan lembang. Sejauh itukah bagas membawanya pergi? Kemana dan untuk apa?
Pusing memikirkan semua pertanyaan dan asumsi negatif di kepalanya, Regina melirik ke depan kembali.ia baru sadar bahwa motor bagas sudah berhenti dan bagas tengah membuka helm sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Ayo turun" bagas menginterupsi regina, yang hanya diam tak berkutik di tempatnya sekarang.
"Eh kita dimana sekarang?" Tanya regina bingung, sambil melihat sekeliling yang didominasi pohon-pohon berukuran besar.
Jangan bilang kalo mereka sedang berada di tengah hutan? Bagas tidak berniat menculiknya kan? Regina menggeleng, mencerna pikiran negatifnya yang tak masuk akal. Menculik? Bagas menculiknya? Yakali. Lagian untuk apa?"Di lembang. lo ga berniat turun?" Bagas berjalan sedikit meninggalkan regina. Regina yang sadar akan ditinggalkan segera turun dari motor besar itu tak lupa melepas helmnya dan berlari mengejar bagas.
"Ini kita mau kemana?ayo pulang ini udah jauh banget" regina sedikit merengek, pasalnya ini sudah sore, regina takut mereka kemalaman di tempat ini. Memikirkannya saja sudah membuatnya ngeri, tempat antah berantah ini, siang saja sudah sepi, bagiamana jika malam hari?
"Gausah takut, disini lo aman sama gue, nanti pasti gue anterin lo balik dengan keadaan selamat" ucapan bagas tadi seolah memberi udara segar untuk regina, regina cukup bernafas lega setelahnya. Tapi regina pun tidak bisa diam begitu saja, membiarkan dirinya dibawa oleh bagas tanpa tahu tujuan seperti ini, bagaimana jika kedua orang tuanya mencari keberadaan regina yang tak kunjung pulang?
"Ih tapi kan, ini udah jauh banget. Lo ga ngasih tau tujuan lo mau bawa gue kemana. Dan itu motor lo, gimana kalo ada yang nyuri nanti?" Regina melirik berani kearah bagas yang tengah menatap lurus kedepan, sebelum tatapan itu berbalik menatapnya. Membuat regina menunduk seperti biasanya.
Tiba-tiba sebuah tangan bertengger di pundak kirinya, sementara tangan satunya lagi terangkat mengangkat dagu regina yang tengah menunduk hingga kini tatapan keduanya bertemu.
"please trust me regina, I promise to take care of you and you will be safe with me" regina mengangguk dengan jantung berdebar kencang, posisi mereka terlalu dekat dan itu terlalu berbahaya untuk kinerja jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebrasi Hati
Подростковая литератураSebuah perjalanan takdir yang tak terduga yang menimpa keduanya. Siapa yang mampu menduga? Regina yang sejak dulu betah dengan perasaan diamnya, kini bak gayung bersambut sosok itu mendekatinya tanpa bisa ia cegah. Dan disini regina akan memberitahu...