5. Kunjungan

11 4 0
                                    

You are every reason, every hope, every dream I've ever had

****

Bagas keluar dari dalam kamar mandi dan mulai mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Hari ini, entah kenapa bagas malas untuk keluar rumah, padahal hampir setiap hari bagas selalu menghabiskan waktunya untuk kegiatan di luar rumah. Bagas tipikal orang yang tidak menyukai suasana sepi dan sunyi, dan suasana itulah yang selalu bagas dapatkan di rumahnya.

Fakta bahwa dirinya adalah seorang anak tunggal ditambah lagi dengan kesibukan kedua orang tuanya yang gila dalam bekerja, membuat bagas selalu merasa sendirian dan hal itulah yang membuatnya merasa tidak betah berlama lama di rumahnya sendiri.

kesibukannya di luar hanya sebagai bentuk pelampiasan kebosanannya dalam menjalani hidup. Berlama-lama mengahabiskan waktu di sekolah atau sekedar menongkrong bersama teman- temannya menjadi agenda rutin untuk bagas setiap hari. Lalu bagaimana dengan orangtuanya?apakah mereka akan memarahi bagas karena selalu lupa waktu untuk pulang kerumah?jawabannya tentu tidak. Mereka tidak pernah peduli dengan keadaan bagas, bagi mereka asalkan bagas masih mampu mempertahankan prestasinya, bagas tidak terlibat masalah apapun yang membuat nama besar keluarganya tercemar, maka bagas bebas melakukan apapun.

Ayahnya selalu memberinya kebebasan. Uang, mobil, akses mudah sekali untuk bagas dapatkan. Mungkin untuk remaja seusianya, menjadi seorang bagas yang bergelimang kekayaan orang tua sangat amat menyenangkan. tetapi itu semua tidak dirasakan oleh bagas. terkadang dia muak dengan semua materi yang orang tuanya beri kepadanya. Bagas seolah ingin mengungkapkan bahwa dirinya bukan hanya butuh uang mereka, tapi dia juga butuh kasih sayang yang utuh dan kehadiran kedua orang tua di tengah masa labilnya ini.

Bagi sebagian remaja, kebebasan seperti itu tentu sangat diidam-idamkan. Bagaimana masa muda mereka dicicipi dengan sangat bebas tanpa ada pihak yang melarang. Namun hal itu berbeda, bagas malah menginginkan dirinya diperhatikan dalam pergaulannya. Bagas tidak pernah mendapat larangan apapun, semua keinginannya selalu mampu dipenuhi kedua orangtuanya, terkadang malah bagas menginginkan berada diposisi seperti temannya yang lain, walaupun hidup serba paspasan, namun orang tuanya selalu ada dalam keadaan apapun.

Terkadang bagas juga merasa, bahwa orangtuanya seperti tak punya anak yang perlu untuk dididik, bagi mereka asalkan bagas tercukupi kebutuhannya itu sudah cukup. Dan hal itu tentu membuat bagas kecewa dan selalu merasa sendirian, orang tuanya terlalu gila dalam bekerja, pulang setiap hari larut malam, terkadang juga tidak pulang berhari hari, diwaktu libur mereka habiskan seharian diruangan kerja, sungguh memuakan. Tipikal manusia pemuja uang, menilai semua mampu didapatkan dengan uang, padahal toh jika ibunya tidak berkerja juga, hal itu tidak akan membuat keluarganya merasa kekurangan bukan?

menghela nafas, bagas mendekati sofa besar yang berada dikamarnya. Mulai menselonjorkan kaki, dan mengambil handphone yang tergeletak dimeja. Bagas membuka aplikasi whatsappnya.oh pantas saja handphonenya terus berbunyi dari tadi, banyak pemberitahuan tanda pesan masuk ke whatsappnya.

tidak ada hal yang aneh, hanya cuat-cuatan temannya di grup osis dan basketnya yang bagas yakini topik utama pembicarannya seputar kelengseran mereka.Beberapa pesan dari adik kelas wanita maupun teman angkatannya, yang tak pernah bagas buka "the power of modus" pekiknya dalam hati.

Notifikasi terus menghinggapi whatsapapnya, notifikasi dari sebuah grup yang menamai dirinya "Manusia tamvan" buatan sahabat abstraknya ramos. bagas segera membuka grup yang berisikan dirinya, adrian dan ramos, dan mulai membaca pesan-pesan yang belum dibacanya.

Selebrasi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang