Jika Kamu hanya mengeluh dalam hidup ini, maka bersiaplah untuk kamu tertinggal
~••~
Menjadi anak kelas dua belas tentu bukan hal yang mudah, walaupun kekuasaan menjadi seorang senior teratas di sekolahnya bisa didapatkan, tapi tentu saja hal itu tak sebanding dengan beban yang harus mereka tanggung selama masa ini.
Tuntutan untuk giat belajar mengingat ujian-ujian sudah menunggu di depan mata, dilema antara melanjutkan kuliah atau bekerja terlebih dahulu, hingga ada yang memutuskan menikah karena dirasa sudah legal dalam hal usia.
Di fase ini semua keputusan untuk hidup mereka tentukan, entah akan melanjutkan pendidikan lebih tinggi, bekerja, menikah atau hal lainnya. Rasa stress ini tentu saja dirasakan oleh seluruh siswa di masa ini, tuntutan demi tuntutan menghampiri tiada henti.
Ada tipe orang yang memang sudah serius dalam belajar, semakin bertambah gila dalam belajar ketika di ingatkan fakta ujian menunggu di depan mata. ada yang biasanya aga santai tak terlalu memusingkan akademik, juga ikut-ikutan giat belajar dengan ikut segala macam les untuk memaksimalkan nilai saat ujian. Ada yang memang terbiasa untuk cuek terhadap sekitar, tidak peduli dengan pelajaran, Hobinya main main, kini merasa dikejar waktu dan gila sendiri ketika ujian menyapa.
Pada akhirnya keluarlah kata keramat ini "nyesel gue kenapa dulu main terus" dan lebih parah nya lagi ada orang yang tipenya seperti "ah yaudah si, ujian tingal ujian ribet amat, nilai gede ga nentuin kesuksesan kali".
Sebenernya simpel saja hidup itu, apa yang kamu tanam saat ini, akan kamu tuai hasilnya saat nanti. Pepatah itu akan sangat dimanfaatkan oleh orang-orang yang memang mengerti kerasnya hidup jika hanya digunakan untuk sekedar bermain-main. Mereka tentu tak ingin hasil yang mereka tanam malah berbuah penyesalan suatu saat nanti.
Fase ini tentu sangat dirasakan imbasnya oleh bagas, dia tak seberuntung teman-temannya yang bisa setiap waktu ikut mendengarkan materi yang disampaikan gurunya saat di kelas. Sudah dari kelas sepuluh bagas jarang sekali ikut kegiatan pembelajaran di kelas, tuntutan dari peran bagas yang penting di beberapa kegiatan seperti halnya osis dan basket, seolah memaksa bagas untuk menjadi siluman di kelasnya sendiri. Ya sebagai siluman, namanya tercantum di kolom absensi, tapi raganya yang jarang ditemui di kelas.
Meskipun demikian, tidak ada guru yang memarahinya walaupun kerap kali mangkir dari pembelajaran. siapa yang akan berani memarahi ketika bagas mampu membagi waktunya dengan amat sangat baik. Menjadi ketua osis yang mampu menghandle semua kegiatan dengan baik, mengantarkam tim basket dan futsal untuk mendapat juara di berbagai turnamen antar sekolah dan yang lebih membuatnya dipuja adalah kealfaannya dalam pelajaran namun mampu menjadikannya sebagai juara umum dalam dua tahun berturut turut sudah mampu membungkam semua mulut yang ingin mengomentari sikapnya dengan tatapan kagum.
"itu otak titisan einstein nih kayanya, lu dikasih makan nasi atau berlian sih gas"teringat betul pujian rio temannya seusai dirinya dinyatakan sebagai juara 2 olimpiade matematika se-provinsi jawa barat tahun lalu.
Tidak ada yang tahu bahwa dibalik pujian yang didapatkan itu, terselip rasa sesak dalam dadanya. Bagaimana bagas selalu berupaya agar dirinya menjadi kebanggaan keluarga terutama kedua orang tuanya. Prestasi yang didapatkannya tidak pernah cukup membuat orang tuanya bangga pada bagas, terlebih ayahnya yang selalu memaksa dirinya menjadi yang terbaik dan menjadi sorotan di sekolahnya.
Bagas sebenernya lelah, dipaksa untuk berprestaasi di non akademik seperti di osis dan basket, sekaligus dipaksa juga untuk berprestasi di akademiknya. Ketika dihari libur teman-temannya bebas untuk bermain sesuka hati, bagas tidak bisa seperti itu. Di hari libur, bagas akan mendekam di rumahnya, belajar dan terus belajar mengejar ketertinggalannya di kelas. Setelah dirasa sudah cukup, barulah bagas keluar rumah untuk sekedar melepas penat dari hal yang menguras tenaga dan pikirannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebrasi Hati
Teen FictionSebuah perjalanan takdir yang tak terduga yang menimpa keduanya. Siapa yang mampu menduga? Regina yang sejak dulu betah dengan perasaan diamnya, kini bak gayung bersambut sosok itu mendekatinya tanpa bisa ia cegah. Dan disini regina akan memberitahu...