2. Sosok

118 15 0
                                    

Hujan turun begitu deras. Siapapun yang melihatnya pasti tidak akan memiliki niatan untuk keluar dari kediamannya. Atau siapapun orang yang kini sedang berada di luar ruangan pasti memilih menepi di tempat-tempat dimana mereka bisa berteduh sementara sampai hujan deras berhenti.

Saat itu, kota Bandung tengah riuh oleh rinai hujan yang cukup besar. Walau tidak semua aktivitas terganggu oleh sang hujan, beberapa orang memilih mengalah menunggu redanya hujan seraya menikmati nada hujan yang memang sudah lazim orang dengarkan.

Dan disaat yang bersamaan, beberapa siswa-siswi dari SMK dari berbagai jurusan yang memang terlambat pulang sekolah terpaksa menunggu hujan mereda. Bukan tak mampu berlari menebus hujan. Tapi melihat angin yang cukup besar dan hujan yang disertai berbagai bunyi kilat yang saling bergemuruh membuat mereka ketakutan.

Sebagian besar siswa-siswi kelas X TKJ A saling terdiam menikmati WiFi sekolah yang memang selalu mereka pantengin setiap pelajaran sekolah berakhir. Semuanya terlalu fokus pada benda pipih yang memang selalu mereka bawa kemanapun mereka pergi. Sekalipun saling berkumpul, yang dekat terasa jauh, tapi yang jauh terasa dekat. Begitulah yang mereka alami seandainya mereka peka.

Tapi seorang gadis lainnya malah tidak bisa fokus pada handphonenya. Sesekali melihat hujan. Tak peduli pada kilat yang saling berkumandang, gadis itu lebih senang melihat hujan yang saling beradu dengan jalanan beraspal.

Teringat sesuatu, gadis itu mengeluarkan buku catatannya yang memang selalu dirinya bawa. Tak lupa pulpen berwarna biru yang dirinya gunakan khusus hanya untuk menulis di buku catatan hariannya itu.

Hujan

Hujan tiba
Beradu dengan benda-benda yang menjadikannya tempat mendarat
Irama yang begitu lazim didengar
Namun tetap disukai dan tetap terkenang

Hujan...
Teringat rindu ku titip
Dalam rinai mu ku selip
Kalimat cinta yang berbelit

Walau sesaat kau tiba
Walau lama kau kembali
Bagiku kau berjasa
Menitip hati yang tak berujung pasti

Hujan...
Ku titip rindu yang menumpuk
Yang terkubur nan tersudut
Di dalam kalbu yang setia membisu

"Waw!"

"Eh?!"

Sherly, gadis itu berpekik terkejut saat sadar bahwa sedari tadi Alisya memperhatikannya sedang menulis sebuah puisi. Sherly segera menutup bukunya dengan kedua tangannya terburu-buru. Walau hal itu percuma karena Alisya sudah melihatnya.

"Punya bakat dipendam terus. " Alisya mencebik. "Gak seru."

"Apa sih, Lis?" Sherly balas berdesis jengkel. Kedua tangannya setia menutup bukunya yang tertulis puisi karangannya itu. "Malu tau."

"Buat apa malu kalau punya potensi?" Chyntia yang sedari tadi mendengarkan perdebatan Alisya dan Sherly pun ikut bicara. "Harusnya kan dikembangkan."

"Nah itu." Angel ikut-ikutan nimbrung. Walau pandangannya tetap fokus pada handphonenya.

"Ah, udahlah." Sherly memutar kedua bola matanya. Dia sudah malas melanjutkan pembicaraan ini yang nantinya suka berakar kemana-mana.

Kelas mereka kembali hening. Ada yang fokus bermain game, mendengarkan musik, baca komik, menjelajah sosmed, dan lain sebagainya. Mereka semua saling asik sendiri-sendiri.

About Him[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang