Sherly memperhatikan wajah tenang itu. Tidurnya lelap. Napasnya teratur. Membuat Sherly menghela napas karena lega.
Rival sudah dipindahkan ke ruangan lain. Dia masih belum sadar. Tapi keadaannya mulai membaik setidaknya membuat Sherly sangat bersyukur.
Sherly memperhatikan tangan Rival yang terbalut infusan. Tanpa sadar, Sherly menyentuhnya. Dia memegang tangan yang lebih besar dari tangannya itu. Menyalurkan kekuatan supaya Rival tahu bahwa dirinya tak pernah sendiri.
Dia punya banyak teman-teman yang peduli padanya.
Dia punya kakek dan nenek yang masih menganggap dan menerimanya.
Dia mempunyai ... Sherly.
Tentunya Sherly tak akan meninggalkan Rival dalam kondisi seperti itu.
Rina —neneknya Rival— memperhatikan Sherly yang masih setia menunggu cucunya itu. Melihat Sherly, dia teringat anak perempuannya yang sudah tiada. Adina, dia adalah anak gadisnya yang paling dia sayangi.
Adina pernah bercerita jika dia menyukai seseorang. Namanya Rendra. Dia menyukai laki-laki itu sejak memasuki masa SMA.
Beberapa tahun kemudian, Adina tak pernah menyangka jika dirinya bisa menjadi sekretaris Rendra di kantornya. Dia bekerja dengan baik. Mengesampingkan perasaannya, dia berhasil bekerja sebagai sekretaris yang profesional.
Dan kejutan lainnya hadir. Adina tak menyangka jika Rendra melamarnya.
Hubungan rumah tangga mereka harmonis. Adina mendapatkan laki-laki yang diharapkannya. Semuanya turut bahagia. Apalagi Rina. Dia merasa berhasil dalam mendidik Adina.
Tapi siapa yang menyangka jika Rendra sebelumnya pernah menikah? Dan semua itu terungkap ketika usia Rival masih 6 tahun.
Tapi Rina tak ingin mengingat itu. Semuanya sudah berlalu. Tak ada yang bisa membawa Adina kembali sekalipun menyesalinya.
Rina menghela napas. Gio —kakeknya Rival menyentuh pundak istrinya. Membuat Rina menoleh dengan dahinya yang berkerut. "Ada apa, sayang?"
"Bagaimana kalau kita keluar? Ke kantin? Aku ingin makan di luar dan tak mengganggu dua sejoli ini," kata Gio seraya terkekeh. Memperlihatkan giginya yang hanya berjumlah dua.
Rina ikut tertawa kecil. "Baiklah, ayo."
Kedua pasangan lansia itu berdiri. Rina membantu Gio yang berjalan tertatih-tatih. Menepuk pundak Sherly, membuat gadis itu terkejut. "Nenek mau ke mana? Kalau mau makan biar saya yang belikan."
Rina terkekeh. Tiba-tiba dia teringat Gita yang pernah menjadi tunangan Rival. Jika dibandingkan, rasanya Sherly jauh lebih baik daripada Gita. Walau Gita memang baik, Rina bisa tahu jika itu hanya pencitraan saja.
Rina dan Gio sudah tahu yang sebenarnya. Teman-temannya Rival menceritakan semuanya dengan jelas. Walau ada satu hal yang mereka sembunyikan. Tentang kematian Rendra dan Adina yang berasal dari rencana Alexa.
Teman-temannya Rival tidak ingin jika Rina dan Gio kembali bersedih karena mengingat kematian putrinya itu. Dan entah apa yang akan terjadi jika Rina dan Gio tahu bahwa orang-orang yang membunuh kedua orang tua Rival itu adalah suruhan Alexa?
Sherly juga setuju untuk merahasiakan hal itu dari Rina dan Gio.
"Gak apa-apa kok. Nenek sama Kakek mau ke kantin. Kami nitip Rival, ya, Sherly," kata Rina seraya tersenyum lebar. Sherly mengangguk.
"Oh, ya udah. Aku tunggu Kak Rival," sahut Sherly dengan perasaan merendah. Kedua pasangan lansia itu pergi dari ruangan Rival. Sherly mengantarnya sampai ke depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Him[Tamat]
Romance#KaKelSeries2 Suka dengan kakak kelas memanglah hal yang wajar. Apalagi saat jatuh cinta pada pandangan pertama karena kagum akan kelebihannya. Itulah yang Sherly rasakan sejak awal. Saat kakak kelasnya yang memiliki hobi bermain gitar, memotret, da...