Orang yang spesial akan kalah dengan seseorang yang selalu ada.
***
"Kak Alexa?" Sherly mengernyit heran. Tak menyangka akan ada dia yang datang ke sekolah. Alexa juga tampaknya baru pulang sekolah. Pakaian seragam putih abu yang masih melekat dan tas ranselnya yang masih berada dikedua pundaknya itu yang membuktikannya. Tapi seragam putih yang dikeluarkan itu membuat Sherly berpikir sejenak. Apakah Kak Alexa itu anak... badung?
"Sore, Sherly." Alexa menyapa ramah. Sherly tersenyum mendengar sapaan hangat Alexa itu. Entah mengapa rasa lelahnya kian menghilang saja.
"Sore juga, Kak." Sherly membalas sapaan Alexa. "Kakak ada apa ke sekolah aku?"
"Jemput kamu lah." Alexa terkekeh geli. Apalagi saat melihat ekspresi terkejut Sherly.
"Jemput aku?" Ulangnya tak percaya. Alexa menganggukkan kepalanya. "Padahal gak usah repot-repot, Kak."
"Sama sekali gak repot kok." Alexa menyahut santai. Senyuman ramahnya sama sekali tak luntur.
Sesaat Sherly merasakan gelenyar aneh. Dadanya berdesir lembut. Jantungnya berdegup kencang. Sedikit dia merasa gugup melihat senyuman Alexa yang ramah itu. Berani saja dia melirik Alexa yang tersenyum itu, wajahnya kian memanas.
Aneh rasanya. Biasanya perasaan seperti ini dia rasakan hanya ketika bertemu dengan Rival. Tapi kenapa... bertemu dengan Alexa pun dia merasakan hal yang sama?
Apa Sherly mulai jatuh cinta pada Alexa? Bisa jadi. Tapi Sherly tak merasakan itu. Dia mencoba bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Tapi dia tak berhasil menemukan jawabannya. Pertanyaannya mengambang, membuat dirinya merasa serba salah pada dirinya sendiri.
Apa semudah itu hatinya berpindah tempat? Setelah menyematkan nama Rival dihatinya, karena sudah terlalu sakit, hatinya menghapus nama itu dan menggantikannya dengan nama Alexa?
Sherly tak ingin disebut wanita murahan. Mungkin itu hanya rasa sesaat saja. Hatinya tetap memilih Rival sekalipun menyakitkan.
Tapi sekali lagi dia bertanya apakah dia masih menyukai Rival seperti dulu, hatinya ragu.
"Kenapa, Sher? Kok malah melamun?" Pertanyaan Alexa menyadarkan Sherly. Gadis itu terlonjak kaget. Dia menggigit bibir bawahnya tanda gugup.
Sherly tidak menjawab. Kepalanya menunduk dalam. Rambut panjangnya menjuntai menutupi wajahnya. Apalagi rambutnya yang benar-benar panjang itu membuat orang-orang yang melihatnya mengira kuntilanak.
Sherly terkejut ketika sebuah tangan menyelipkan rambut Sherly kebelakang telinganya. Dia mendongak. Ternyata itu ulah Alexa. Lagi-lagi perasaan tak enak tapi tetap Sherly sukai itu kembali muncul kian membeludak. Jika saja saat dia berada di hutan, Sherly akan berteriak sekeras mungkin karena perasaan aneh itu.
Alexa memperhatikan Sherly. Dia melihat wajahnya yang memerah. Maniiiis sekali. Melihat Sherly membuat Alexa bahagia. Seandainya dia bisa mendapatkan hati Sherly, dia pasti menjadi seorang laki-laki yang beruntung di dunia.
"Rambut kamu panjang banget. Kaya orang India." Alexa menyentuh rambut Sherly. Rambut panjangnya itu terurus. Lembut dan sangat indah. Dia mengambil beberapa juntaian rambut Sherly. Mencium aroma rambutnya yang begitu harum dan menenangkan.
"Kak, kita lagi di sekolah." Sherly mengambil juntaian rambutnya. Matanya melirik sana-sini dengan sorot tak nyaman.
"Ah, maaf. Aku lupa." Alexa meneguk ludahnya. Bagaimana bisa dia melupakan itu. Dia celingak-celinguk. Beberapa pasang mata menatapnya menghakimi.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Him[Tamat]
Romantizm#KaKelSeries2 Suka dengan kakak kelas memanglah hal yang wajar. Apalagi saat jatuh cinta pada pandangan pertama karena kagum akan kelebihannya. Itulah yang Sherly rasakan sejak awal. Saat kakak kelasnya yang memiliki hobi bermain gitar, memotret, da...