4. Teman Lama

90 13 0
                                    

"Sher." Qory memanggil risau. Sherly memang terlihat fokus pada bukunya. Tapi kenyataannya, Sherly membatu saat mendengar nama 'Rival' yang disebutkan oleh Irman, teman satu kelasnya. Sherly terdiam lama. Sampai akhirnya tepukan dipundak Sherly yang jelas saja pelakunya adalah Qory membuat Sherly mengerjap lalu tersadar dari lamunannya.

"Ry." Sherly menaikkan posisi buku ensiklopedianya sehingga menutupi seluruh wajahnya. "Disana ada kak Rival?" Tanya Sherly nampak ketakutan.

Qory sedikit memiringkan tubuhnya karena posisi mereka saat ini memang agak tertutupi rak buku untuk melihat siapa gerangan orang-orang yang sedang berurusan dengan penjaga perpustakaan. Sebelumnya, Qory tak melihat rival disana. Dia hanya melihat Irman dan Ilyas yang merupakan teman baiknya Rival. Tapi seruan seseorang yang masih tertinggal diluar ruangan ini membuat Qory terkejut.

Qory menoleh kearah Sherly. Dia sama terkejutnya dengan dirinya.

"Kak Rival disini, Ry." Ucapnya ketakutan. "Kita ke kelas yuk."

"Yakin?" Qory menaikkan sebelah alisnya. "Kamu udah gak marah sama Sania?" Lanjutnya dengan sorot curiga.

Sherly mendengus. Dia jadi teringat perdebatannya dengan Sania tadi. Padahal dia tahu Sania tak bermaksud membuatnya marah. Tapi pertanyaan Sania yang membuat Sherly teringat kejadian beberapa menit sebelum hujan turun bahkan hingga saat ini membuat Sherly berteriak marah padanya.

Sherly tahu, ini bukanlah salah siapa-siapa. Perasaannya yang tetap setia pada Rival, ini juga bukan salahnya. Dia berteriak marah pada Sania, itupun bukan kesalahannya. Rival merayalan ulang tahun pacarnya di dekat kelasnya, itupun bukan kesalahannya.

Ini sudah takdirnya. Memangnya siapa Sherly bisa melawan takdir Tuhan yang memang sudah jelas tercipta untuk mengukir kisah perjalanan hidupnya?

Sherly hanya manusia biasa. Dan manusia memiliki perasaan. Apalagi di masa-masa usianya. Menyukai seseorang bukanlah hal yang salah. Itu memang sudah saatnya menyukai seseorang berbeda jenis. Harusnya Sherly bersyukur karena itu tandanya dia normal. Jadi jelas ini pun bukan salahnya.

Lantas salah siapa? Tidak ada yang salah. Mungkin, Tuhan memang sudah menciptakan skenario khusus untuk Sherly seperti ini.

Merasakan sakit yang teramat karena menyukai seseorang. Tapi tetap dengan perasaannya yang setia mengukir namanya di dalam kalbu.

Mungkin Sherly memang sudah seharusnya mengikuti alur kisahnya sendiri. Sekalipun dirinya mau mengubah sebagian hidupnya dan menjadi milik seseorang yang dirinya kagumi sejak semester lalu, memangnya Sherly bisa melakukan itu?

Nampak tiga bayangan manusia yang berjalan mendekat kearah dimana Qory dan Sherly berada. Itu artinya, mereka mau menyimpan buku-buku tersebut disekitar rak yang memang kebetulan dekat dengan keberadaan dua gadis dari jurusan TKJ tersebut.

Dan lagipula, buku-buku paket di rak itu memang khusus untuk kelas 12.

Qory melirik Sherly yang nampak biasa saja. Kalau boleh jujur, terkadang Qory merasa aneh dengan teman satu bangkunya itu. Tadi dia khawatir sekarang tidak. Tadi dia takut sekarang dia biasa saja.

Apa Sherly punya dua kepribadian? Qory menanyakan hal itu dalam benaknya.

Tapi Qory pun tak mau ambil pusing. Dia akan bertindak jika memang Sherly membutuhkan pembelaannya. Qory kenal betul bagaimana perangai Sherly yang terkadang suka pura-pura tegar dan kuat.

"Ini disini ya bukunya?" Terdengar suara bisik Irman yang bertanya. Entah pada siapa pertanyaan itu ditujukan. Atau mungkin kepada kedua sahabatnya.

"Ya." Terdengar suara Rival yang nampak memerintah. Mungkin karena kedua tangannya pun kesulitan membantu Irman karena saat ini kedua tangannya tengah membawa buku catatan yang cukup banyak seorang diri.

About Him[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang