Aku pernah jatuh cinta dan juga patah hati. Tapi jujur saja, jatuh cinta dan patah hati yang kedua kalinya ini lebih sakit dari yang pertama kalinya.
°°°
"Sebenarnya ada apa, sih?" Tanya Sania khawatir. Dia menelan ludahnya. Sherly mulai menghapus jejak air matanya sembari terisak. Qory merangkul pundak Sherly. Sesekali dia mengusap pundak sang sahabat.
Sherly mulai menceritakan apa saja yang terjadi. Dimulai dari Gita yang datang kerumahnya ketika malam hari. Memberinya kotak berisi uang jutaan rupiah. Sherly menceritakan semuanya. Apa yang terjadi tadi. Obrolan dirinya dengan Gita. Lalu Rival datang dan menatapnya tak suka.
Qory dan Sania tak percaya dengan apa yang terjadi. Dan isi kotak itu adalah uang? Dia ingin membeli teman? Apa seburuk itu Sherly dihadapan seorang Gita? Tapi kenapa pada Sherly. Padahal mereka tahu jika Sherly tak pernah cari masalah dengan Gita yang berstatus anak kepsek itu.
Qory menghela nafasnya panjang. "Ouh, tadi juga aku nanyain kamu ke Kak Rival karena kebetulan kita papasan. Dia langsung kaya yang ngambek gitu pas aku tanyain kamu." Qory menjeda. Dia berdecak. "Yang jawab juga Kak Gita. Mana dia bisik-bisik sama Kak Rival, apa aku cocok buat jadi pacar Kak Arga? Sampah memang."
Akhirnya Qory mengumpat. Sebenarnya Qory tak pernah bicara kasar. Tapi karena saat ini dia sedang datang bulan dan berubah menjadi gadis yang sangat sensitif, dia bisa saja bicara atau bersikap kasar dan semaunya. Terkadang Arga harus bersabar menyikapi kondisi Qory yang bisa berubah-ubah itu.
Sania dan Sherly tersenyum maklum. Memang ucapan Gita terdengar mengejek. Siapa yang tidak suka jika dikatain seperti itu?
"Aku jadi sebel banget hari ini. Kak Arga gak chat aku lagi. Sebel deh." Gerutu Qory lagi. Harusnya yang diberi semangat adalah Sherly. Tapi karena Qory yang terus-terusan mendumel, akhirnya gadis itu yang diberi semangat.
"Aku ngerti kamu pasti sakit banget, Sher." Qory mulai normal. Emosinya mulai membaik. "Lebih baik mengalah bukan? Lagipula Kak Rival kayanya udah terkontaminasi sama Kak Gita. Dia bukan kak Rival yang kita kenal lagi."
Mungkin begitu, pikir Sherly. Dia tidak tahu. Dan dia sudah tidak mau tahu. Dia sudah lelah. Menghadapi Gita saja benar-benar menguras tenaga. Tapi apa yang dilakukannya itu tetap saja sia-sia.
"Uangnya... gak akan kamu pakai, kan?" Tanya Sania. Lagipula jika dirinya jadi Sherly pastinya tak akan memakai uang itu. Apalagi cara dirinya diberi uang itu benar-benar dengan cara yang hina.
Membeli teman? Lagipula harga dirinya terlalu tinggi untuk menerima uang itu. Jika Sania jadi Sherly, saat tahu tamu yang datang malam hari itu adalah Gita, dia pasti akan langsung menutup pintu dan tak akan Sudi bicara dengan gadis berwatak seperti Gita itu.
Sherly menoleh kearah Sania. Dia nampak berpikir. Qory juga turut berpikir. Mana mau dirinya memakai uang itu.
Sebuah ide muncul diatas kepalanya. Sherly tersenyum walau matanya masih bengkak karena habis menangis.
"Mungkin... aku bisa kasih uang ini ke panti asuhan Bunda Devi." Putusnya pada akhirnya.
...
Sherly memasuki kelasnya. Dibelakang, Qory dan Sania mengekor. Selama dalam perjalanan dari lorong kelas Akuntansi menuju kelas khusus jurusan TKJ, banyak pasang mata yang menatap mereka. Mungkin karena mereka sebelumnya melihat Sherly yang berani mendatangi Gita seorang diri. Atau mungkin juga karena kresek hitam berisi kotak berukuran cukup besar yang masih ditentengnya.
Sherly tak menghiraukan tatapan mereka. Tapi baru saja masuk ke kelas, seseorang langsung menubruk dan memeluk Sherly. Seandainya Qory dan Sania yang berada dibelakang Sherly tak sigap, mungkin mereka sudah berjatuhan di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Him[Tamat]
Romance#KaKelSeries2 Suka dengan kakak kelas memanglah hal yang wajar. Apalagi saat jatuh cinta pada pandangan pertama karena kagum akan kelebihannya. Itulah yang Sherly rasakan sejak awal. Saat kakak kelasnya yang memiliki hobi bermain gitar, memotret, da...