25. Kebenaran

61 10 0
                                    

Berhenti di depan rumah yang begitu besar dengan selamat. Rumah dua tingkat bercat putih-emas membuat Sherly terpukau. Di depan gerbang yang tertutup rapat terdapat seorang pria dengan seragam sopir taksi menghampiri mobilnya yang dipakai seorang gadis yang tidak Sherly ketahui siapa dia. Ketika ditanya pun, gadis itu hanya diam membisu.

Gadis itu keluar dari mobil membuat Sherly mengikutinya. Gadis itu mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah lalu memberikannya pada pria berseragam itu.

"Makasih, Pak. Maaf bikin Bapak nunggu," kata gadis itu seraya menyodorkan uangnya. Pria itu menerimanya. Dia tampak sumringah.

"Gak masalah, Mbak. Tapi tadi agak susah juga cari alamat rumah ini," keluh pria itu. Gadis itu terkekeh. Percakapan mereka selesai ketika pria itu masuk ke dalam taksi lalu melajukan mobilnya.

Gadis itu menoleh ke arah Sherly. Dia berkata. "Ayo. Ikut aku."

Sherly yang tak percaya orang asing mengerutkan keningnya. "Ngapain juga aku harus ikut Kakak?"

"Kamu mau tahu tentang hubungan Alexa dan Rival, kan?" Pertanyaan gadis itu membuat Sherly membulatkan matanya. "Tenang aja. Aku kakak kelas kamu. Aku sama Arga juga kenal. Kamu kenal dia, kan?"

Sherly menganggukkan kepalanya.

"Ayo," ajak gadis itu ke dalam rumah besar yang berada di hadapan mereka. Sherly terkejut tak percaya.

"Tapi, Kak, teman-teman aku-"

"Udah aku urus," sahut gadis itu. Sherly bungkam. Dia memilih untuk mengikuti kakak kelasnya itu.

"Ini rumah Kakak?" tanya Sherly penasaran.

"Bukan. Ini rumah teman aku. Kita ngobrol di sini soalnya aman," jelasnya. "Ngomong-ngomong, nama aku Nadya. Maaf tadi pas kamu nanya aku gak langsung jawab. Aku pingin semuanya jelas di rumah ini."

Sherly terdiam. Masih mencerna maksud ucapan Nadya. "Maksud Kakak, kita akan ungkap semua kebenarannya di rumah ini?"

Nadya mengangguk. "Hm. Di sini."

Mereka sampai di ruang tamu. Ada Arga, Qory, juga seorang lelaki yang Sherly perkirakan seumuran dengan Nadya. Mereka menyambut kedatangan Sherly. Apalagi Qory yang memanggilnya setengah berteriak.

"Sherly!" pekik Qory seraya menepuk sofa di sebelahnya yang kosong. Sherly yang masih tidak mengerti dengan kumpulnya mereka bahkan melibatkan Qory terdiam di tempat. Menatap Qory dengan sorot bertanya-tanya.

Qory menghela nafasnya. "Aku jelasin semuanya, Sher. Tapi kamu duduk dulu. Nanti pegel."

Sherly menurut. Segera dia duduk di sofa yang bersebelahan dengan Qory dan Arga. Sherly melirik pria yang duduk di hadapannya. Siapa dia?

"Sher, sebelumnya aku mau minta maaf." Perkataan Qory mengalihkan atensi Sherly. "Aku ikut campur urusan kamu terlalu banyak. Tapi ... aku juga gak tahan lihat kamu terus diserang banyak masalah. Jadi ... aku sama Kak Arga ikut bantuin juga."

"Dia Kak Rehan, Sher." Qory menunjuk pria yang duduk di hadapannya. "Dia pacarnya Kak Gita."

Deg! Mata Sherly membulat sempurna.

"Sisanya biar Kak Rehan sama Kak Nadya yang cerita," lanjut Qory. Arga merangkul kekasihnya itu. Mengajaknya keluar dari ruang tamu. Ini urusan mereka. Arga tidak ingin melibatkan Qory lebih dari ini.

Sherly cukup tegang. Dia tak bisa menghentikan Arga yang membawa Qory keluar. Duduknya menegak. Dihadapkan dengan kebenaran yang akan terungkap membuat Sherly berkeringat dingin.

"Kamu gak usah tegang begitu, Sher. Ini hanya ... obrolan ringan." Rehan terkekeh. Tapi perkataannya tak bisa membuat Sherly merasa tenang. "Yah, mungkin akan ada perdebatan juga."

About Him[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang