21. Paranoid

46 10 0
                                    

Tak peduli hubungan kita masih terlalu awal. Aku sudah merasakan rasanya takut kehilangan.

***

"Wah ... Sherly jadi, ya, tinggal di rumah bunda?!"

Pekikan Bunda Devi yang nampak menggebu-gebu karena Sherly akan menginap di rumahnya membuat Sherly tersenyum lebar. Sherly merasa diterima di rumah Bunda Devi. Bahkan sebelum sampai di rumah, Sherly sudah mencium wangi masakan yang kini sudah tertata rapi diatas meja makan.

Sherly akan tinggal di rumah Alexa untuk hari ini. Ini semua karena permintaan Bunda Devi. Ketika Alexa dan Sherly tengah mengobrol ditanam tadi, seseorang menelepon Alexa. Ternyata itu adalah bundanya. Alexa menceritakan jika dia sedang bersama Sherly di taman. Mengetahui hal itu, Bunda Devi menyuruh Alexa untuk datang bersama Sherly dan tinggal di rumahnya walau sehari.

Awalnya Sherly ragu. Jelas saja dia tak pernah menginap di rumah laki-laki. Sekalipun di rumahnya ada orang tuanya, tetap saja rasanya aneh dan pastinya menimbulkan pertanyaan orang-orang jika sampai melihatnya.

Tapi Kina mengizinkan Sherly untuk menginap di rumah Bunda Devi. Merasa kasian juga karena Bunda Devi sering sendirian di rumahnya. Karena sekalipun di rumahnya ada Alexa, dia jarang berkumpul dengan bundanya karena sibuk mengerjakan tugas sekolah sampai tertidur di meja belajarnya.

Sherly merasa sedikit canggung. Ini adalah kedua kalinya Sherly bertemu dengan Bunda Devi. Sosok wanita yang cukup menginspirasi Sherly karena berhasil membangun sebuah panti asuhan seorang diri. Dan dia adalah wanita pekerja keras.

Sedikit Sherly merasa tidak pantas jika disandingkan dengan Alexa. Alexa merasa bangga dengan bundanya. Dan Sherly merasa bahwa dirinya dan Bunda Devi memiliki sifat dan sikap yang cukup bertolakbelakang. Membuat dirinya bertanya-tanya akankah dia menerima Sherly yang apa adanya?

"Iya, Bunda. Aku datang." ucap Sherly seraya tertawa kecil. "Ngomong-ngomong, Bunda gak di panti, ya? Aku baru pertama kali datang ke rumah Bunda."

Bunda Devi terkekeh pelan. Dia berkata. "Ya, ini rumah peninggalan suami Bunda  Rumah ini masih Bunda dan Alexa jaga. Terlalu sayang kalau dijual atau dikontrakkan. Jadi kadang Bunda bolak-balik dari rumah ke panti."

Dia menambahkan. "Tapi Alexa lebih sering ngisi rumah ini. Bunda lebih sering di panti. Tapi karena Bunda kedatangan tamu spesial, Bunda datang ke sini dulu. Masak buat kalian berdua."

"Ah, maaf jadi ngerepotin, Bunda." ucap Sherly seraya menggaruk tengkuknya. "Padahal nginep di sini juga udah ngerepotin."

"Jangan gitu dong. Kan Bunda yang minta Sherly nginep di sini." ucap Bunda Devi seraya mengusap kepala Sherly. "Anggap aja rumah sendiri, ya."

"Iya, Bunda." Sherly menganggukkan kepalanya.

Bunda Devi tersenyum lebar. "Bunda antar kamu ke kamar, ya? Pasti capek, kan?"

"Iya, Bunda. Boleh." Sherly menyahut antusias.

Bunda Devi menganggukkan kepalanya. Dia merangkul Sherly supaya mengikutinya. Seraya menaiki tangga menuju kamar tamu yang berada dilantai dua, mereka selingi dengan obrolan ringan.

Rumah Bunda Devi dan Alexa miliki ini memang terlalu luas jika hanya diisi oleh satu atau dua orang. Rumah yang didominasi oleh cat berwarna putih itu memiliki lima buah kamar. Tiga kamar di atas dan dua kamar di bawah.

About Him[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang