22. Obrolan Bunda Devi

55 9 0
                                    

Kita asing sebelum akhirnya saling mengenal. Namun setelah saling 'mengenal', kita jadi asing kembali. Lucu, ya, hidup ini.

***

Usai mandi dan bersiap dengan pakaian rumahan, Sherly yang masih berdiam di depan cermin termenung. Niatnya untuk menyisir rambutnya ia urungkan karena fokus pada pikirannya yang saling berkecamuk. Memikirkan segala hal sehingga menurutnya, setiap hal yang kini menjadi permasalahannya begitu rumit.

Sherly masih merasa takut. Tentu saja. Ini adalah kali pertamanya dia merasakan yang namanya berpacaran.

Sherly sama sekali tidak ingin menggunakan Alexa untuk melupakan Rival. Rival adalah masalahnya yang lain. Sedangkan Alexa adalah sosok yang kini menjabat sebagai kekasihnya. Jadi kedua lelaki itu tidak memiliki hubungan apapun. Tidak sama sekali.

Tapi Sherly juga merasa hidupnya kian berantakan. Apalagi ketika Gita memberinya uang dan membelinya sebagai teman. Kemudian adanya foto Gita dan Rival yang berduaan namun dicorat-coret dengan spidol merah dan pesan aneh yang membuatnya kian merasa tak tenang.

Seandainya bisa, Sherly ingin pergi sejauh mungkin dari kehidupannya saat ini. Menjauh dari Gita dan Rival. Menjauh dari semua permasalahan yang membuatnya kian stress. Dia juga ingin menjauh terlebih dahulu dari keluarga dan teman-temannya.

Sejenak, Sherly juga ingin menjauh dari Alexa dan Bunda Devi. Sherly benar-benar butuh waktu dan ruang sendiri tanpa gangguan.

Tapi Sherly tak bisa melakukan itu. Semua ini masalahnya. Dan tak akan selesai begitu saja dengan cara melarikan diri dari masalah tersebut.

Sherly menghela nafasnya. Memikirkan masalah tanpa mencari solusi hanya akan membuang-buang waktunya. Untuk saat ini karena dia berada di rumah Bunda Devi, kenapa tidak untuk refreshing sejenak. Apalagi menceritakan kisah Bunda Devi dan Alexa sepertinya lebih menyenangkan.

Sherly tersenyum kecil dengan pemikirannya yang positif itu. Segera dia bersiap untuk makan malam bersama Bunda Devi dan Alexa. Selesai menyisir rambutnya, Sherly bergegas menuju ruang makan. Di sana hanya ada Bunda Devi yang menyiapkan makanan di atas meja.

Sherly terdiam sejenak. Mencari sosok Alexa tapi tak berhasil dia temukan. Apa Alexa ada di kamar?

"Eh, Sherly udah selesai mandinya? Sini kita makan bareng-bareng," kata Bunda Devi seraya tersenyum lebar. Sherly mengangguk menurut. Segera dia bergabung bersama Bunda Devi untuk makan malam. "Oh, ya. Alexa lagi pergi keluar. Katanya ada perlu sama teman-temannya. Tapi dia gak bisa gabung makan malam sama kita sekarang."

Sherly terkejut mendengar itu. Padahal dia sudah berharap bisa mengobrol bersama mereka berdua. Berbagi pengalaman. Dan Alexa juga hadir untuk mendengarkan.

Tapi kenyataan tak seperti apa yang diekspektasikan oleh Sherly. Bisa dibilang, semuanya hancur total.

"Jangan sedih dong, Sher. Kan ada Bunda," kata Bunda Devi mengingatkan. Sherly yang tadinya sedikit murung segera menerbitkan senyumannya. Tak mau membuat Bunda Devi merasa bersalah.

"Maaf, Bunda. Soalnya kaget aja Kak Alexa keluar. Ini, kan, udah malam." Sherly mencoba memilih kata yang tepat dan tak bermaksud menyinggung sang kekasih di depan bundanya sendiri. Tapi Bunda Devi hanya tersenyum kecil. Segera dia menyiapkan makanan untuk tamunya.

"Alexa kadang-kadang suka keluar malam-malam. Bunda gak bisa larang karena bagi dia itu penting. Ya, asalkan dia bisa jaga diri, Bunda rasa itu cukup," sahut Bunda Devi tanpa beban. Sherly yang mendengarnya terdiam.

About Him[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang