Sorry for typo and happy reading😄
Tiga bulan kemudian...
Sesosok wanita cantik dengan balutan dress putih tengah menatap kosong pemadangan kota Seoul didepannya. Pikirannya pun ikut kosong dengan setengah jiwanya yang menghilang. Ya, anaknya sudah pergi sebelum dirinya sempat menanti kehadiran sosok bayi mungil dalam hidupnya.
Rapuh.
Kata itu yang saat ini pantas menggambarkan seorang Lee Irene. Separuh hidupnya telah hilang. Kini keinginan Irene untuk memiliki seorang anak sudah pupus sejak kejadian itu. Semangatnya telah hampa terasa. Seorang nyawa yang tak bersalah telah menjadi korbannya akibat kebodohan dirinya sendiri.
Perasaan Irene selalu sakit tiap mengingatnya. Hatinya tak kuat menerima bahwa semuanya memang telah terjadi. Andai Tuhan mengizinkan Irene untuk mengulang waktu, ia ingin menghentikan kejadian itu. Semua adalah salahnya, sebab ia tidak mendengar apa yang Sehun katakan untuk tetap berada dirumah.
Irene yakin pasti Sehun marah terhadapnya lalu membenci dirinya. Itulah mengapa tiga bulan berlalu, Lee Sehun, suaminya itu tidak pernah menemuinya ataupun pulang kerumah. Entah apa yang sudah ia perbuat dahulu hingga semua hari buruk terus menerus menimpa Irene. Setelah kehilangan bayinya, kini separuh nafasnya, belahan jiwanya, Sehun pergi dan tak pernah kembali.
Selepas hari dimana Irene marah pada Sehun saat pria itu mengatakan bahwa Irene mengalami keguguran, pria itu tak pernah menampilkan batang hidungnya. Apakah pria itu marah padanya? Apa pria itu juga membencinya? Apakah pria itu sudah memiliki wanita pengganti dirinya diluar sana?
Jika semua pemikiran itu benar lantas apa yang harus Irene lakukan setelah ini? Haruskah ia menyalahkan takdir? Membayangkan kejadian buruk dihari selanjutnya seolah menghantui pikiran Irene setiap harinya.
Irene hanya menginginkan Sehun disisinya, bahkan untuk selamanya. Apakah hal itu tidak bisa?
"Irene, ayo kita makan." Wendy membawa nampan berisikan sepiring nasi goreng kimchi dan jus jeruk kesukaan Irene.
Hening.
Wendy menatap Irene didepannya. Setelah kejadian itu hal yang sering Irene lakukan adalah melamun. Selebihnya wanita cantik itu hanya diam tak bersuara. Seakan semangat hidupnya telah lama hilang, dan hal itu ada pada Sehun. Pria itu adalah semangat hidup Irene.
"Kau harus makan dengan teratur Irene, kumohon jangan menyiksa dirimu seperti ini.." lirih Wendy yang terus menatap lekat wajah datar Irene setelah ia meletakkan nampan tersebut diatas meja.
Ini bukanlah Irene yang dikenalnya. Irene sahabatnya adalah seorang yang ceria, ramah, murah senyum, dan hangat. Namun sekarang kini tinggallah Irene yang dingin, kaku, dan acuh. Wajah berbinar cantik itu sudah lenyap, hanya ada wajah datar, pucat, pipi yang semakin tirus dengan kantung mata yang sedikit menebal.
Rupanya Irene benar-benar sudah berubah dalam sekejap mata.
"Irene..." Wendy mengelus pipi tirus Irene dengan lembut dan berhasil membuat sang empu menatap balik dirinya. "Ayo kita makan.." ucapnya dengan senyum simpul.
"Apa Sehun sudah pulang dari kantor? Aku harus memasak untuknya." ucap Irene begitu ringkih bahkan membuat perasaan siapa saja yang mendengarnya begitu teriris.
"Wannie, kenapa kau diam? Sehun sudah pulang kan?" tanya Irene lagi saat Wendy hanya terus menatapnya tanpa menjawab pertanyaannya.
Wendy menggigit bibir bawahnya berusaha menahan gejolak emosion yang selalu mencampur adukan perasaanya. Ia tidak tega melihat sahabatnya seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑼𝒏𝒑𝒓𝒆𝒅𝒊𝒄𝒕𝒂𝒃𝒍𝒆 𝑴𝒂𝒓𝒓𝒊𝒂𝒈𝒆
Fanfic[[ COMPLETED ]] Choi Irene gadis cantik pemilik hati yang tulus harus merasakan sakit atas kejadian dimana orang yang dicintainya lebih memilih menikah dengan sahabatnya sendiri. Sedangkan ia harus rela menerima perjodohan keluarga dengan pria berna...