Sedari dulu Adnan sudah terbiasa dengan segala pehitungan-perhitungan logis. Sehingga ia sudah siap dengan peristiwa apa pun dalam kehidupannya. Adnan hampir lupa rasanya deg-degan, mungkin hormon adrenalinnya sudah hampir mati dan tersesat untuk kembali masuk ke aliran darah. Seperti peristiwa pagi ini.
Adnan bahagia, sungguh ia bahagia akhirnya dapat meminang gadis baik, cantik, berpendidikan, keluarganya bagus. That's definitely perfect for everyone's whises, right? Sebentar lagi lelaki bertubuh tegap itu akan mengucap ijab kabul, menjadi gerbang utama menuju pasangan halal dan membina rumah tangga. Tapi Adnan hampir tidak merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Biasa saja. Mungkin karena belum jatuh cinta pada Rana. Adnan yakin seiring berjalannya waktu, witing tresno jalaran soko kulino¸ ia akan jatuh cinta pada Rana.
"Saya nikahkan Ananda Adnan Yusuf Firdaus bin Wijayanto Pratomo dengan putri saya yang bernama Adhwa Sashikirana Azka binti Muhadi Ariyanto dengan mas kawin berupa emas sebesar 100 gram dibayar tunai," ucap Pak Muhadi - yang sebentar lagi juga dipanggil Ayah olehnya - dengan tegas dan diiringi hentakan genggaman tangannya pada tangan Adnan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Adhwa Sashikirana Azka binti Muhadi Ariyanto untuk diri saya dengan mas kawin tersebut, tunai," sahut Adnan tidak kalah tegas.
"Alhamdulillah, sah." Kemudian dilanjutkan dengan berdoa.
Ketika akhirnya Rana mendekat ke arah Adnan, dan tangannya yang putih gemulai dihiasi hena berwarna putih menadah di depannya, ia sambut dengan tangan Rana di atasnya. Rana mencium tangan Adnan dengan khidmat. Adnan merasakan telapak tangannya dingin dan sedikit bergetar. Lelaki yang sudah berstatus suami itu menyambut bakti istrinya dengan mendekatkan tubuh ke mereka, membawa tangan kiri Adnan menuju pundak Rana dan bibirnya mengecup kening Rana.
Allahumma inni as'aluka min khairina wa khairi ma jabaltaha 'alaihi, wa audzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha 'alaihi. Aku memohon agar kami bisa saling melengkapi, kebaikan dan keburukan kami dapat saling menyempurnakan, karena sepasang suami istri diciptakan bukan dari yang sempurna dengan yang sempurna, namun untuk menyempurnakan separuh agama masing-masing.
Betapa agung dan sakral prosesi pernikahan ini.
Adnan merasakan sedikit basah di punggung tangannya yang sedang dicium oleh Rana. Air mata seorang istri yang ia percaya menjadi cahaya kelak. Ia eratkan pegangan di pundaknya, meminta Rana untuk mempercayakan hidupnya pada laki-laki yang ingin sepenuhnya bertanggung jawab pada wanitanya.
Rana mengangkat wajahnya, dan Adnan melihat wajah cantik istrinya. Wanita yang sudah sah untuk ia sentuh. Wanita yang akan menemaninya sepanjang perjalanan.
Jadilah wanita kuat, istriku sayang, dengan demikian aku akan lebih kuat untuk menjaga dan melindungimu.
* * *
"Good morning my lovely wife," sambut Adnan keesokan paginya.
Lelaki itu mencium kening Rana yang masih terbaring di sampingnya. Wajahnya terlihat sendu, namun sedetik kemudian matanya terbuka dan tersenyum sangat manis kepada Adnan.
Ibadah semalam mereka tunaikan dengan khusyuk. Sambil tanpa henti Adnan melantunkan doa agar mereka dikaruniai keturunan yang taat pada penciptanya.
Mereka tak banyak mengobrol sejak semalam, jadi mungkin pagi ini dan tentu seharian ini adalah saat yang tepat untuk banyak saling mengenal.
Persiapan pernikahan mereka memang tidak lama. Rana ada kenalan WO sehingga banyak mereka serahkan kepada WO. Satu bulan Adnan di Jakarta menemani Rana kemana-mana mempersiapkan pernikahan mereka, satu bulan kemudian ia kembali ke Surabaya dan mempersiapkan proses mutasi ke Jakarta, dan dua minggu berikutnya mereka sudah sah sebagai suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kita - Romance Novel [SUDAH TERBIT - SHINNA MEDIA]
RomanceGimana rasanya baru 2 bulan menikah lalu mendapati suami yang terlihat baik dan sholeh, tiba-tiba selingkuh? Belum lagi tiba-tiba datang seorang lelaki asing yang membuatmu nyaman? Lalu, jika mereka berempat dipertemukan dalam satu dunia, namun deng...