#08 - Loving Two People At The Same Time?

190 13 4
                                    

Maaaaf....
Sebulan lebih meninggalkan cerita ini. Bukan karena nggak mau lanjutin,
tapi lagi berusaha fokus buat ibadah aja selama bulan puasa kemarin :(

Meskipun tidak banyak pembaca, tapi aku akan tetap berusaha menamatkan cerita ini. Karena janji pada diriku sendiri yang akan menamatkan satu novel adult romance.

So, buat kamu yang suka cerita ini, aku minta dukungannya ya untuk vote (klik tanda bintang) dan juga kasih masukan tentang cerita ini di komentar.

Thank you sooooo much :*

* * *

Matahari masih belum sepenuhnya naik, masih menyisakan hawa sejuk dan aroma subuh di rumput. Tapi seorang perempuan sudah siap dengan segelas kopi, sebuah buku catatan kecil, dan laptop dengan halaman kosong aplikasi Microsoft Word terbuka. Namun sedari tadi tidak ada yang ditulisnya. Ketik, hapus, ketik, hapus.

Blank. Writer's block.

Rana hendak menyiapkan konsep dan bahan untuk skrip miniseries Ramadhan project dengan Rayyan. Bagaimana caranya agar hasilnya maksimal dengan modal minimal. Bukan berarti Zamran tidak sanggup membayar, tapi memang Rana yang malas untuk memakai banyak tokoh pada miniseriesnya.

Perempuan itu menghela nafas kesal dan menjatuhkan dirinya dengan kasar ke atas kasur. Ia meraih telepon genggamnya dan menekan lama angka 1. Speed dial untuk Adnan.

Beberapa kali terdengar nada sambung namun telepon tidak terangkat.

Rana mengernyit heran. Sepengetahuannya Adnan akan ada meeting pukul 15.00. Tidak mungkin Adnan masih tidur, karena suaminya ini sangat morning person. Sudah seperti alarm dari alam Adnan bangun pukul 04.00 pagi. Lalu ia akan tidur siang sekitar pukul 11.20 – 11.45. Teratur dan terjadwal, begitulah si suami saklek Adnan.

Lalu kemana suaminya pagi ini sampai tidak mengangkat teleponnya?

Rana memilih cuek. Ia menggedikkan bahu kemudian mulai merancang suasana agar mendapat ide segar untuk skrip miniseriesnya.

* * *

Pagi buta lelaki itu sudah meluncur menggunakan Outlander yang disewanya selama dua hari di Yogyakarta, untuk mempermudah mobilitas ke tempat meeting maupun ke lokasi proyek di Kulonprogo.

Tapi pagi ini ia tidak melenggang ke dua tempat tersebut, melainkan bertolak ke utara, ke wilayah lingkar luar kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman.

Adnan memacu mobilnya dengan perlahan. Pikirannya masih tarik ulur, antara melanjutkan menemui Marryn atau kembali ke Yogyakarta. Jadi kalau ia nekat ngebut, salah-salah bukan ke tempat Marryn, ia malah terdaftar sebagai korban kecelakaan.

Tapi belum sempat otaknya memutuskan, tau-tau mobilnya sudah terparkir di halaman rumah sederhana Marryn. Lebih kurang ajar lagi, kakinya malah sudah melangkah ke depan pintu rumah wanita bule itu.

"Main! Main!"

"Iya, Sayang. Tapi Mama pinjam dulu ya pisaunya, Keara main sama Putri Jasmine aja ya?"

"Aaaarrggh, main, main! Itu—main!" geram seorang anak kecil perempuan dan kalimat yang tidak sempurna.

"Keara!" bentak suara seorang wanita.

"Huwaaaaa!!!"

Terdengar bunyi berkelontang dan disusul isak tangis seorang wanita. Kini ruang depan rumah Marryn yang sederhana dipenuhi tangisan anak kecil dan juga ibunya.

Dua Kita - Romance Novel [SUDAH TERBIT - SHINNA MEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang