#18 - Divorce?

248 15 5
                                    

Rana keluar dari kondotelnya dengan sedikit melompat saat berjalan. Bibirnya bersenandung riang. Tas cangklongnya ia mainkan dengan diputar-putar di udara. Untung saja tidak ada orang lain di koridor kondotelnya.

Sampai juga perempuan itu di lobby kondotel. Di sana sudah duduk seorang lelaki berwajah oriental sedang duduk di sofa dengan satu kaki ditumpangkan ke kaki lainnya dan tangan yang mengusap-usap layar gawai.

"Rayyan!" panggil Rana dengan ceria.

Rayyan menoleh dan mendapati Rana dengan cengiran lebar di bibirnya.

"Bahagia banget?" goda Rayyan.

"Harus dong, kan mau jalan-jalan," jawab Rana dengan antusias.

"Yuk, kita kemon!" Rayyan mengalungkan lengannya di leher Rana dan mereka berjalan bersisian menuju basement, tempat Rayyan memarkir mobilnya.

Entah sejak kapan, Rana mulai merasa nyaman dekat dengan Rayyan. Dekat dalam arti harfiah, jarak dalam satuan minimalis antar tubuh mereka berdua. Bahkan tidak jarang, Rayyan sengaja menutup jarak di antara mereka, berbagi hangat tubuh dengan wanita bertubuh ramping itu. Sesekali tangannya juga mengusap puncak kepala Rana.

Rayyan seolah tidak peduli dengan status Rana sebagai istri lelaki lain. Yang ia tahu, saat ini hubungan Rana dan suaminya sedang renggang dan ia berusaha mengisi celah kosong hati Rana agar tetap utuh. Pecundang memang, tapi kadang logika dan perasaan tidak sejalan.

Begitu pula dengan Rana. Keabsenan Adnan yang langsung disambut oleh Rayyan seperti membutakan logikanya. Asal hatinya utuh, sepertinya tidak masalah. Toh, Adnan juga mungkin sedang bersama Marryn di belahan pulau Jawa lainnya.

"Mau kemana kita?" tanya Rayyan. Mesin sudah dinyalakan, tangan kanannya sudah di kemudi dan tangan kirinya sudah siap memindahkan gigi.

"Kemana yaaa..." Rana terlihat berpikir. Telunjuknya yang lentik mengetuk-ngetuk dagunya.

"Hungry?"

"Starving!"

"Let's crave some meats, Randzilla!"

"Yuhuuu!"

* * *

Perjalanan ditempuh sekitar 20 menit, sampailah mereka di salah satu mall besar di pusat ibukota.

Setelah memarkir mobil, mereka masuk ke gedung mall melalui pintu dari parking area. Ketika masuk, mereka langsung disambut oleh restoran all you can eat yang cukup ramai.

"Masuk yuk. Gue pernah ngereview tempat ini dan dagingnya enak banget!" seru Rayyan.

"Okesiap bos. Gue boleh makan banyak nih?"

"Yang banyak. Kalo perlu satu restoran ini gue beli buat lo," kata Rayyan.

Rana menyenggol pelan lengan Rayyan. "Mulai deh sombongnya."

Rayyan hanya menunjukkan deretan giginya yang rapi.

Mall di hari dan jam kerja memang tidak terlalu ramai. Jadi mereka tidak kesulitan mencari tempat duduk.

"Eh Ran, lo tau nggak ada berapa jenis daging kualitas tinggi?"

"Apaan sih lo, belagak peternak sapi, kayak nggak ada topik obrolan lain aja, hahaha."

Dua Kita - Romance Novel [SUDAH TERBIT - SHINNA MEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang