15. BENCI JADI CINTA

20 13 0
                                    

Setelah kejadian tadi, sewaktu Arga masuk ke dalam ruangan Naya, Dinda memberanikan diri untuk mengajak Nathan ke rooftop rumah sakit karena ada sesuatu hal yang ingin di katakan kepadanya.

Sesampai di rooftop Dinda pun segera duduk di sebuah kursi yang ada di sana sedangkan Nathan hanya berdiri di depan Dinda sambil menatap luas pemandangan kota.

"Nath, gue mau minta maaf atas kejadian waktu itu." ujar Dinda dengan penuh keberaniannya.

Nathan pun menghela napasnya, ia sama sekali seperti enggan menjawab perkataan Dinda. Pandangannya masih tetap fokus ke depan.

"Gue tau gue salah Nath. Lo boleh benci gue, lo boleh marah gue, lo boleh-"

"Bagaimana mungkin gue bisa benci sama orang yang gue cinta?" jawabnya tanpa menoleh sama sekali.

Deg!

Bagai di terpa hantaman badai dan gelombang. Hatinya berdetak tak karuan setelah mendengar ucapan Nathan. Haruskah ia merasa bahagia karena Nathan juga memiliki rasa yang sama sepertinya?

Dinda pun berdiri kemudian ia menghampiri Nathan,"Ci-cinta? Maksudnya?"

Nathan pun menoleh, kemudian ia meraih kedua tangan Dinda,"Gue cinta sama lo Din. Gue akui gue emang cowok brengsek, tapi gue juga gak lupa siapa yang udah ngelahirin gue. Gue gak pernah ada niatan buat mainin hati cewek. Asal lo tau, gue sama Arga sama-sama pernah disakiti sama orang yang kita cintai. Gue gak sekuat Arga, bahkan untuk melampiaskan seluruh kekecewaannya Arga hanya menutup diri untuk semua orang termasuk orang tuanya sekali pun. Gue gak bisa kayak dia. Gue terlalu hancur waktu itu."

Nathan pun menghela napasnya,"Gue tertekan Din, gue sangat-sangat terpuruk waktu itu. Sampai gue berfikir buat nglampiasin rasa kekecewaan ini sama cewek-cewek yang berusaha nyari perhatian gue. Gue pengen mereka ngerasain apa yang udah gue rasain waktu itu. Gue bener-bener hancur waktu itu Din."

Tanpa menunggu aba-aba tiba-tiba Dinda memeluk Nathan. Pelukan inilah yang selama ini Nathan cari. Pelukan yang mampu menenangkannya dalam kondisi apapun.

Andai waktu itu ia mampu memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya, mungkin sekarang Dinda sudah menjadi miliknya.

"Maafin gue Nath, maaf atas semua tuduhan gue waktu itu. Gue bener-bener gak tau semua yang lo lakuin ini adalah bentuk pelampiasan elo." ujarnya masih dengan posisi memeluk Nathan.

"Gue gak pernah ngerasain rasa seperti ini sebelumnya, rasa yang membuat gue hampir gila dari sebelumnya. Rasa takut kehilangan seseorang yang gue cintai. Gue gak mau bertele-tele lagi. Din, apa elo ngasih kesempatan gue buat jadi pacar elo?" tanya Nathan sambil melepaskan pelukannya.

Degg!!

"Lo yakin atas ucapan elo tadi?" tanya Dinda untuk meyakinkan Nathan atas ucapannya.

"Bahkan gue gak pernah seyakin ini sama cewek selain elo Din."

Dinda pun tersenyum haru mendengar ucapan Nathan, ia sama sekali tak menyangka bahwa Nathan memiliki rasa kepadanya,"Gue kasih kesempatan buat elo Nath."

Nathan pun segera memeluk Dinda. Rasa yang dulu pernah mati kini kembali hadir dalam hidup Nathan,"Gue sayang sama lo Din."

"Gue juga sayang sama lo Nath." jawabnya sambil meneteskan air mata.

"Jangan nangis, elo jelek kalo lagi nangis." ejek Nathan sambil terkekeh.

Dinda pun melepaskan pelukannya, kemudian ia menginjak kaki Nathan,"Ihh Nathan perusak suasana banget sih." ujarnya sambil memanyunkan bibirnya.

DestroyedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang