Reysa mengikutin Rezvan berjalan ke parkiran.
Hening.
Tidak ada yang berbicara.
Sampai akhirnya suara Reysa memecah keheningan.
"Besok pagi jemput gue ya."
Mendengar itu, Rezvan langsung menatapnya tajam.
"Hehe enggak enggak, kali ini aja kok." Reysa menyengir.
"Lo bisa diem gak?"
"Naik." ucap Rezvan
Kemudian Reysa langsung naik ke motor Rezvan tanpa membuang waktu lama.
"Iya iya sewot banget." Jawab Reysa sambil mengerucutkan bibirnya.
Diam diam Rezvan melirik Reysa dari kaca spion.
Lucu, batinnya.
------------------------
Sehabis mengantar Reysa, Rezvan langsung pulang ke rumah, begitu tiba dirumah dia langsung berbaring dikasur menatap langit langit kamarnya.
Sampai kapan seperti ini.
Sampai kapan Ibunya meninggalkan nya?
Ayahnya sibuk dengan pekerjaannya.
Ibunya pergi meninggalkan nya sendirian.
Rezvan langsung menepis ingatan itu dari kepalanya.
Dia tidak suka dikasihani.
Toh buktinya tanpa perhatian dan kasih sayang mereka Rezvan masih bisa menjalani hidup.
Rezvan terlalu gengsi mengutarakan apa yang dia rasakan.
Dia sudah terbiasa hidup mandiri.
Dia sudah terbiasa hidup sendiri.
Jadi, ditinggalkan semua orang dia tidak masalah.
-----------------------
"REYSA GIMANA KEMAREN DIANTER PULANG SAMA REZVAN?"
"Baik ga dia?"
"Baik banget dong ya pasti, buktinya lo dianter pulang tuh." tanya Vira bertubi tubi.
"Aaa gue juga mau."
Reysa baru saja masuk kelas padahal.
Sudah disuguhi berapa pertanyaan yang gapenting.
Memang ya Vira ini keponya luar biasa.
Heran.
"Nggak kenapa-kenapa sih cuman aneh aja mukanya dia kok bisa songong banget gitu."
"Aelah Rey, udah gak kaget sih gue. Mukanya Rezvan kan emang gitu dari awal masuk."
"Untung ajalah ya, dia mau nganterin lo pulang dengan selamat." ucap Vira
"Gue jadi kepikiran buat deketin dia Ra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Rezvan
Teen FictionWe're just strangers with some memories. hi, rezvan - 20 mei 2019, ; othersidezz