d u a p u l u h e n a m

766 39 3
                                    


Seminggu berpacaran, tapi sifat Rezvan tidak ada perubahan sama sekali, masih saja cuek dan tidak perhatian pada Reysa.

"Lo kenapa?" tanya Rezvan yang sedari tadi melihat Reysa cemberut.

"Gapapa."

"Beneran?"

Reysa tidak menjawab, kenapa Rezvan tidak peka sekali sih?

"Kata Gavin, cewek kalo ngomong gapapa...pasti ada apa-apa." Rezvan nyeletuk.

"Kalo udah tau, kenapa nanya lagi sih lo." Gumam Reysa sambil mengerucutkan bibirnya. Rezvan sangat gemas melihat nya.

"Cuma mastiin." ucap Rezvan dengan santai. Sambil merapikan rambut Reysa yang terlihat acak-acakan.

Reysa menggigit bibir bawahnya berusaha menahan senyum atas perlakuan Rezvan.

"Yuk balik." Ajak Rezvan.

"Lo bawa mobil?" tanya Reysa saat melihat Rezvan mengeluarkan kunci mobil dari dalam kantong celana.

"Iya, mobil papa."

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa bawa mobil?"

"Cuaca lagi sering mendung, takutnya ntar lo kehujanan." ucap Rezvan santai.

Reysa nyengir.

Rezvan memang kelihatan bodo amat, tapi ia menunjukkan rasa peduli nya lewat tindakkan bukan hanya lewat omongan saja.

Rezvan naik ke mobil, dan diikuti Reysa.

Rezvan fokus pada jalanan di depan. tapi Reysa malah fokus pada wajah Rezvan yang agak berbeda dari biasanya, Rezvan terlihat pucat.

"Rez.." gumam Reysa.

"Hm."

"Lo..sakit?"

"Enggak." Rezvan menggeleng pelan.

"Tapi muka lo pucet banget." Reysa mencoba memberanikan diri untuk menggenggam tangan Rezvan dan setelah itu menempelkan tangannya ke dahi Rezvan. tangan Rezvan terasa sangat dingin.

"Kita ke dokter dulu aja gimana?" Reysa menyarankan, takut terjadi apa-apa pada Rezvan.

"Nggak perlu. Ntar dipaksa tidur juga sembuh kok."

"Beneran?"

"As long as you are beside me, I'm fine."

Hi, RezvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang