d u a p u l u h s e m b i l a n

916 32 0
                                    

"Kemarin Darrel ngajakin gue balikan," Vira curhat di warung mie ayam pinggir jalan.

"Terus?" jawab Reysa sambil meneguk jus milik nya.

"Ya, belum gue jawab lah. Gue bilang sama dia kalo gue masih butuh waktu."

Darrel adalah mantan dari Vira saat mereka masih duduk di bangku kelas 10, dulu Vira sangat bucin sama Darrel karena dia pintar, selalu juara kelas ditambah lagi Darrel juga ganteng. Saat mereka pacaran banyak cewek-cewek seangkatan mereka tidak percaya Darrel menyukai Vira, karena Vira nggak punya kelebihan apapun. Vira nggak cantik-cantik banget, dia juga nggak putih. Apalagi jago dalam pelajaran, duh itu bukan Vira banget.

Jadi, kalau mereka jalan berdua banyak yang bilang seperti...'si tampan dan si buruk rupa'

"Lo masih sayang sama dia?"

"Gue nggak tau." Vira menggeleng

"Lah gimana sih bege."

"Gue kan suka nya sama Gavin sekarang, eh-" Vira keceplosan.

"Gue udah tau sih." jawab Reysa santai, seolah memang sudah tahu. Reysa sebenarnya udah menyadari kalau Vira dan Gavin saling suka, tapi mereka gengsi untuk mengutarakan perasaan masing-masing.

"AH! Gue malu banget." Vira berteriak kencang, nggak tau malu di liatin banyak orang.

"Tapi Rey, jangan bilang-bilang ya please." ucap Vira sambil memegangi lengan Reysa.

"Ntar gue bilang sama Gavin, mampus lo." Goda Reysa.

Wajah Vira memerah malu, mau ditaruh dimana lagi wajah nya jika Gavin tau perasaan nya.

"Iya-iya enggak, santuy." kata Reysa akhirnya.

"Tapi, kalo gue coba ungkapin gimana Ra?"

* * * * * * *

Gavin masuk kelas dengan muka kusut, bajunya urak-urakan. Bener-bener kucel banget.

Zino yang sedang main game bareng Rezvan pun menoleh saat Gavin duduk di depan mereka.

"Lah, kenapa lo?" Zino yang pertama kali membuka suara.

Yang di tanya malah diam sambil menenggelam kan kepala di meja.

"Woi, Vin." Zino

Gavin tetap diam, tidak menghiraukan Zino. Entah terjadi apa pada nya. Mungkin Gavin kena gigit harimau.

"Jangan diganggu no." ucap Rezvan. dilihat dari raut wajah Gavin, dia seperti ada masalah yang cukup berat. Gavin itu jarang menceritakan tentang kehidupan nya kepada Rezvan dan Zino. walaupun paling receh diantara mereka. tapi Gavin yang paling misterius.

"Dia butuh waktu sendiri kaya nya." bisik Rezvan pada Zino.

"Kita tinggal bentar ya Vin." Zino menepuk pundah Gavin pelan sambil berjalan keluar kelas bersama Rezvan.

Rezvan dan Zino berjalan menyusuri koridor sekolah, bingung mau kemana. ingin main basket tapi ga asyik kalo Gavin nggak ikut. ya, satu-satunya pilihan untuk menghilangkan rasa bosan jelas saja kantin kan?

"Tadi gue ngelihat Vira nangis di taman." Sahut Nadine, si lambe turah sekolah. Dia lagi duduk bareng teman-teman nya sambil memberikan informasi terbaru.

"Vira yang mana? Alvira? Temen Reysa?" Angel menimpali pertanyaan."

"Kenapa dia nangis?"

"Gue juga belum tau pasti sih penyebab dia nangis, tapi kata Saka yang nguping tadi, Saka bilang kalau Gavin nolak Vira."

Memang ya Saka ini! hobinya nguping pembicaraan seseorang. Jika ada info terbaru, dia akan memberi tahu ke anak-anak satu sekolahan, dan nggak lupa untuk menyuruh teman-teman nya membayar jika ingin mendengarkan berita dari nya. tapi heran nya, info yang diberikan Saka selalu benar adanya. makanya teman-teman nya tidak sungkan untuk membayar. Dasar bodoh!

Hi, RezvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang