d u a p u l u h t i g a

789 40 14
                                    

-Karena sesungguhnya manusia hanya ingin dihargai tanpa tau cara menghargai.
Bahkan manusia hanya bisa menghakimi tanpa tau rasanya dihakimi.
Dan parahnya lagi, berani berkata hingga memaki tanpa tau apa yang terjadi.-

"Kamu masih suka mengonsumsi obat pereda sakit itu ya Rez?" Dokter Reza bertanya kepada Rezvan.

Semakin hari, penyakit paru-paru yang di derita Rezvan tidak ada perubahan, malahan bertambah parah.

Rezvan tidak menjawab pertanyaan Sang dokter, ia hanya menatap lawan bicara nya dengan tatapan datar.

Reza pun hanya bisa menghela napas pasrah, kemudian mengajukan pertanyaan lain. "Kamu belum berhenti merokok juga?"

"Belum."

"Bisa tolong berhenti?" Reza tetap terus berusaha agar Rezvan bisa berhenti dengan kebiasaan buruknya itu.

"Buat apa berhenti, kalo merokok itu asyik." Rezvan tersenyum meremehkan, dasar Rezvan.

"Tapi rokok Itu akan--"

"Akan mempercepat kematian aku kan?"

"Bukan itu maksud saya Rezvan."

Rezvan tidak perduli. Rezvan meninggalkan ruangan tersebut, dan membanting pintu dengan keras.

Emosi, Rezvan emosi.

Kenapa semua orang nggak ada yang bisa mengerti dirinya?

                                 - - - - - - -

"Kenapa nilai matematika kamu anjlok semua Reysa?" Nadine terus saja memarahi Reysa karena nilai Reysa yang tetap di angka 70.

"Masih banyak yang lebih buruk dari aku mah." Reysa membela diri. Dia sudah berusaha keras buat belajar, tapi Matematika memang sangat sulit.

"Apa urusannya sama nilai mereka? Yang lagi mama bahas itu nilai kamu!" Sang mama terus saja membentak Reysa.

Reysa hanya diam sambil menundukkan kepala.

"Kalo terus-terusan begini, kamu akan mama daftar kan Les."

"Tapi mah--"

"Mulai minggu depan kamu akan Les, dan nggak ada waktu buat kamu main lagi sama temen mu."

"Tapi kenapa harus Matematika? Mama sendiri tau kan aku nggak jago dalam pelajaran itu." Reysa membantah, karena memang sekeras apapun dia belajar, dia tidak akan mampu meraih nilai tinggi dalam Matematika.

Reysa mampu meraih nilai tinggi dalam pelajaran lain, tapi tidak untuk Matematika.

"Karena kamu bodoh."

"AKU NGGAK BODOH!"

Reysa meninggalkan ruang tamu, dan berlari menuju kamar nya.

Pusing..

Kenapa dirinya selalu dipaksa untuk melakukan sesuatu yang melewati batas kemampuan?


Hi, RezvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang