l i m a b e l a s

897 36 13
                                    

Pulang sekolah, Reysa langsung rebahan di kamar dan langsung nonton drakor. Belum ganti baju padahal.

10 menit kemudian.

"Ca." teriak mama nya dari luar kamar.

Tidak dijawab.

"Reysa." Panggil mama nya lagi.

duh mamah, apasih batin nya.

Reysa berjalan keluar kamar dengan males-malesan dan menghampiri mama nya.

"Apa ma?"

"Ini... Beliin sabun cuci piring di minimarket."

"Ish aku belum ganti baju sekolah nih."

Alesan, Reysa alesan, bilang aja kalau males.

"Jadi daritadi kamu ngapain aja?"

"Nonton calon suami aku ganteng banget mah, duh." Reysa, menjawab dengan penuh antusias.

Dasar Reysa, giliran bahas oppa aja semangat.

"Gapeduli ya mama, sana cepetan kamu."

"Iya-iya."

Reysa balik lagi ke kamarnya untuk ganti baju, kini dia hanya memakai hotpants kemudian di balut kaos putih polos.

Pergi ke minimarket Reysa hanya perlu jalan kaki saja, karena jarak rumah dan minimarket nggak terlalu jauh.

Di jalan, Reysa membalas beberapa sapaan dari tetangga.

Reysa memang dikenal ramah di lingkungan sekitarnya, bahkan tukang becak aja di temenin sama Reysa. Reysa nggak pernah pilih-pilih orang buat dijadiin temen. Asal dia nggak di jahatin dia juga nggak bakal ngejahatin orang tersebut. Simple.

Ditengah-tengah perjalanan nya, Reysa melihat seseorang yang dia kenal.

Seperti.....

Rezvan.

Iya, Rezvan.

Rezvan lagi duduk diatas motornya dan bermain handphone deket minimarket sambil menghisap sebatang rokok.

Rezvan tidak sadar, bahwa sekarang ada seseorang yang menatap ke arahnya.

Reysa langsung berjalan cepat menuju ke arah Rezvan berada, Nggak peduli sama niat awalnya yang mau ke minimarket.

"Rezvan." Panggil Reysa saat sudah berada dihadapan Rezvan.

Rezvan mendongak saat ada seseorang yang memanggil namanya.

"Eh elo, ngapain disini?" tanya Rezvan

"Rumah gue jelas di deket sini, gue yang seharus nya nanya, elo ngapain ada disini?"

"Nunggu Zino lagi isi bensin, tapi lagi rame banget." Rezvan menunjuk keberadaan Zino dengan dagunya.

Oh iya, Mereka saat ini berada di depan pom bensin.

"Lo kenapa ngerokok?"

"Ngapain lo nanya-nanya?"

"Gue tanya ngapain lo ngerokok?" Reysa mengulangi pertanyaan nya lagi. Dengan sorot mata dingin.

"Apa urusan nya sama lo?"

"Lo nanya? Apa urusan nya sama gue?"

"Iya. Emang ada urusannya sama lo? Emang nya lo siapa gue?"

Dirinya memang bukan siapa-siapa.

Tapi haruskah diberi pertanyaan se menyakitkan ini?

"Gue gak nyangka ya Rez, ternyata lo segoblok ini. Harusnya mikir LO ITU PENYAKITAN! Ngerokok itu nggak baik buat kesehatan lo."

Mata Reysa berkaca-kaca.

"Dan gue tahu gue bukan siapa-siapa buat lo, dan sama sekali nggak ada artinya. Tapi apakah gue salah kalo gue pengen lo sehat dan sembuh tanpa harus bergantung sama obat-obatan lagi?"

Tumpah sudah air matanya, Reysa nggak bisa nahan lagi.

"Lo tau kenapa gue ngerokok? Supaya gue cepet mati! biar papa gue nggak bakalan kesusahan lagi ngurusin anak yang penyakitan ini."

Rezvan tersenyum miring sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Dan supaya papa gue nggak bakalan rugi ngobatin gue dalam waktu jangka yang lama kalau ujung-ujungnya gue bakal mati juga."

Dan saat itu juga. Reysa bungkam di buatnya.

 Reysa bungkam di buatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, RezvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang