Sebenarnya jika aku bisa, aku hanya ingin bertanya perihal siapa kita. Bukan untuk menuntut, bukan untuk meminta, hanya sekedar ingin tahu ; siapa aku dimatamu?
-
-
-"Selama ini lo anggep gue apa? Lo sama sekali nggak pernah nganggep gue ada Rez. Lo sakit juga sama sekali nggak ngabarin gue. Gue khawatir banget sama lo, gue takut lo kenapa-napa, tapi lo sama sekali nggak ngehargai kedatangan gue. Segitu nggak penting nya ya gue di hidup lo?" Reysa mengutarakan semua unek-unek nya yang sedari tadi sudah dia tahan.
Rezvan adalah satu-satunya cowok yang sangat menyebalkan.
"Bukan gitu." ucap Rezvan.
"Muak gue sama lo." Reysa membalikkan badan dan ingin keluar dari kamar Rezvan, tapi saat dia ingin berjalan kata-kata Rezvan seperti membuatnya membeku di tempat.
"Gue cuman nggak mau lo khawatir ngeliat kondisi gue yang kaya gini." Rezvan berbicara dengan suara serak.
Reysa membalikkan badan dan melihat raut wajah Rezvan yang sangat pucat, Reysa duduk di tepi ranjang, menatapi wajah Rezvan dengan lama. Suasana sangat canggung diantara mereka.
"Gue sayang sama lo." kata Rezvan pelan tapi Reysa masih bisa mendengar nya.
"Selama ini lo ragu kan sama perasaan gue? Kenapa mesti ragu?"
"Jangan ragu lagi, kita pacaran kan? Seharus nya lo percaya sama pacar lo sendiri." sambung Rezvan lagi.
Reysa benar-benar speechless dibuatnya.
Apa Rezvan salah minum obat sampai ngomong ngawur begitu?
"Hubungan itu di dasari sama kepercayaan, kalo lo aja udah nggak percaya sama gue. Jadi buat apa kita pacaran? Mending udahan aja." ucap Rezvan sambil menatap ke atas, tidak ingin menatap mata Reysa.
"Oke kalo lo mau kita udahan aja," Reysa mengambil tas dan bangkit dari duduknya "gue pergi."
"Nggak, disini aja temenin gue."
"Tapi tadi lo bilang-"
"Maafin gue. Maafin gue Reysa." Rezvan berbicara dengan nada yang cukup tulus. mungkin Rezvan sadar kalau dirinya sudah keterlaluan.
Rezvan bangkit dari kasur dan mendekati Reysa, Rezvan menarik Reysa kedalam pelukan nya sambil mengusap bagian belakang kepala Reysa.
Jantung Reysa sudah seperti lari marathon sangking kencang nya berdegup. Mungkin Rezvan sendiri bisa mendengar nya.
Rezvan pun sama, jantung nya sudah hampir copot, karena seumur hidup dia tidak pernah sekali pun memeluk perempuan selain mama nya.
"Jangan tinggalin gue." ucap Rezvan dengan tidak melepaskan pelukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Rezvan
Teen FictionWe're just strangers with some memories. hi, rezvan - 20 mei 2019, ; othersidezz