0,3

1.6K 127 1
                                    

[ S T U D I O ]

Entah sudah berapa lama Jimin duduk sambil mendengarkan lagu, namun Yoongi belum datang juga. Diputuskannya mengirim pesan singkat pada sang pacar, namun tak kunjung mendapat jawaban.

Jimin mendengus. Pasti lupa. Sibuk pacaran dengan komputer dan alat-alat produksi musiknya. Jimin menyindir dalam hati. Kemudian beranjak mengemasi barang-barangnya.

Dilihatnya hujan sudah tidak sederas tadi, walaupun rintik-rintiknya masih terasa. Jimin menggedikkan bahu sambil berjalan menyusuri jalanan yang basah dan rintik-rintik hujan di atas kepalanya.

"Kalau dia marah, salah dia sendiri. Siapa suruh lupa." Gumamnya.

...

Jimin menekan password kemudian membuka begitu saja pintu studio Yoongi, hanya untuk mendapati sang pacar terduduk tegak menghadap komputer dengan headset terpasang di kedua telinganya.

"Yoongi-hyung," Jimin memanggil sembari menepuk pelan pundak Yoongi.

Yoongi terkesiap, melepaskan headsetnya kemudian membalikan kursi putarnya dan mendapati Jimin berdiri di belakangnya dengan senyum manis dan pakaian setengah basah. Yoongi mendesah.

"Kenapa nekat kesini? Sudah dibilang tunggu."

"Hujannya sudah reda dari tadi, walau masih gerimis deras. Sebelum pergi juga aku mengirim pesan padamu, kok. Tapi kau tak kunjung membalasnya. Dari pada aku duduk-duduk saja disana tanpa kepastian, lebih baik aku menghampirimu, kan. Kau pasti lupa."

"Aku tidak lupa. Aku hanya tidak tahu hujannya sudah reda. Sudah, ganti baju sana."

Jimin memajukan bibirnya atas respon ketus kekasihnya. Sudah capek-capek dia berjalan dari studio dancenya ke sini, pas sampai malah kena semprot. Dasar kakek tua! Untung saja Jimin sayang.

Beruntungnya lagi Jimin membawa baju ganti. Ia segera mengganti bajunya, sementara Yoongi kembali sibuk dengan 'belahan jiwanya'.

Jimin berdecak setelah selesai mengganti bajunya. Hampir iritasi melihat Yoongi terus-terusan memandang mesra komputer di depannya. Semenarik itukah komputer itu dari pada Jimin? Ck, tidak bisa dibiarkan.

Tanpa aba-aba Jimin memutar kursi Yoongi hingga menghadap ke arahnya kemudian naik ke pangkuan pria itu, memeluk lehernya erat dan menelusupkan wajahnya ke ceruk leher pria itu.

Yoongi yang kaget atas segala gerakan tiba-tiba itu terdiam beberapa saat sambil mengedip-edip. Setelah mencerna sepenuhnya, tangannya bergerak melingkari pinggang ramping itu.

"Kenapa, hm?"

Terkutuklah Yoongi karena menggunakan 'hm' diakhir kalimatnya.

"Aku itu kangen, hyung. Dan capek. Menunggu itu tidak menyenangkan. Tapi sampai-sampai disini malah di semprot. Aku tidak ingat memacari bon cabe."

Yoongi terkekeh pelan, tidak menjawab, malah mengembalikan posisinya seperti semula. Jimin juga masih meringkuk dalam pelukannya.

"Hyung masih lama?" Jimin bicara lagi memecah keheningan.

"Sepertinya." Yoongi menunduk sebentar untuk melihat wajah Jimin. "Kenapa? Kau ingin pulang? Apa mengantuk?"

Jimin menggeleng. "Tidak. Lama-lama saja, hyung. Aku suka seperti ini."

"Jadi kau kesini untuk ini?"

"Um, bisa jadi."

Keduanya kemudian terkekeh, lalu hening lagi setelah beberapa saat. Yoongi kembali larut dalam pekerjaannya, sementara Jimin sibuk mengusal-usal hidungnya ke leher Yoongi dan menghirup aroma maskulin yang menguar dari sana dalam-dalam.

Saat Yoongi akhirnya memutuskan menyelesaikan pekerjaannya, ia merasakan nafas halus yang teratur di lehernya. Jimin sudah tertidur. Entah sejak kapan. Yoongi hanya bisa tersenyum kecil, sembari satu tangannya memeluk erat pinggang ramping kekasihnya, sedangkan satunya lagi mengelus kepala pria itu sayang.

"Sweet dream, princess."

...

오후 03:15, April 9 2019
Aku blushing lagi saat baca kalimat terakhir. Entah kenapa aku senang saja dipanggil princess/baby, jadi maafkan aku kalau kesenangan itu aku tuangkan disini.
icci

yoon to my minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang