[ P H O N E C A L L ]
Jimin mendesah saat terbangun masih dengan ranjang di sebelahnya yang kosong dan dingin. Yoongi, pria yang biasa tidur di sisi ranjangnya sedang tidak dirumah.
Pria itu malah memilih pergi mengikuti business trip daripada tinggal di rumah bersama Jimin. Padahal ini sudah mendekati Natal dan mereka bahkan belum belanja perlengkapan dan keperluan dekorasi Natal. Belum lagi mendekornya.
Jimin ingat, saat ditanya mengapa tidak dirumah saja mengingat Yoongi itu pemalasnya keterlaluan, jawabannya sangat simpel. "Karena bersamamu di rumah saja bisa jadi berbahaya."
Hah. Jimin ingin tahu apa yang membahayakan disini. Jelas-jelas hanya Jimin dan Yoongi dan kasur mereka. Kombinasi yang tepat untuk bermalas-malasan selamanya, bukan?
Mengingat itu membuat Jimin mendesah lagi. Ia menatap nyalang plafon kamarnya sampai bunyi ponsel menyeruak ke telinganya.
Telepon dari Yoongi. Bahkan belum melihatnya saja, Jimin sudah tahu. Itu dikarenakan Jimin menyetel nada dering berbeda untuk Yoongi. Haha.
"Yeoboseyo, hyung?"
Jimin mengangkat teleponnya setelah dering ketiga.
"Ne, yeoboseyo. Kau ada dimana?"
"Di atas kasur."
"Ck, bangunlah pemalas. Ambil paketan untukmu di bawah."
Jimin terduduk kaget seketika. "Eoh?! Yang benar?!"
Belum lagi Yoongi menjawab, Jimin sudah berlari turun ke bawah, membuka pintu rumahnya keras-keras dan mendapati kotak kado berukuran sedang berwarna kuning polkadot.
"Yah, hyung. Kotak kuning polkadot, bukan?"
"Iya, itu."
"Sudah di tanganku. Buka sekarang atau nanti?"
"Terserah."
"Ya sudah nanti saja."
"Hm."
Kemudian keduanya saling diam. Jimin memilih duduk bersila di sofa ruang tamu, dibanding kembali ke kamarnya—dan Yoongi—di atas. Kado pemberian Yoongi barusan di taruhnya di meja kaca di hadapannya.
"Jim?" Yoongi memanggil lagi setelah hening begitu lama.
"Ya, hyung?"
"Nanti, jika suatu malam ada pria gendut berjanggut yang menerobos masuk rumah kita-"
"Hah?!" Jimin hampir memekik, membuat Yoongi menjauhkan ponselnya dari telinga. "Jangan menakut-nakutiku, hyung!"
"Tidak. Dengar dulu. Kalau benar pria seperti itu datang ke rumah kita-"
"Hyung, tidak lucu!"
"Aku tidak sedang melucu. Kalau benar dia datang dan memasukkanmu ke karung, jangan takut."
"Kau gila, ya?! Kalau dimasukkan ke karung, bagaimana aku akan muat?! Bagaimana aku tidak takut?!"
"Dengar dulu, Jiminie sayang. Kalau pria gendut berjanggut itu datang menerobos rumah kita, dan memasukkanmu ke karung-"
"Hyung, kau terdengar seperti psikopat."
"Shh. Pokoknya jangan takut, oke? Soalnya aku memintamu sebagai hadiah Natal pada Santa."
"A-a..." Jimin seketika batal mengeluarkan segala cerewetannya. Semburat merah sukses tercipta di pipi tembamnya.
"Jim?" Yoongi memanggil lagi. "Jangan takut, oke?"
"Kenapa tidak kau saja yang membawaku, hyung?"
"Kau berat."
"YAH!"
"Bercanda. Sudah. Aku akan pulang dalam dua hari. Tidur dan makanlah yang teratur. Tersisa dua hari lagi dan aku tidak mau mendengar kau sakit atau apapun itu, araseo?"
"Ne, hyung. Kau juga. Jangan lupakan tidurmu. Kau itu manusia, kalau kau lupa. Makanlah makanan yang sehat. Jangan karena aku tidak disana untuk mengontrol makanmu, kau jadi seenaknya."
"Laksanakan, Tuan Putri. Dan aku juga tidak mau dengar kau menyentuh benda terkutuk bernama alkohol, dengar Park Jimin?"
"Iya, hyung."
"Bagus. Kalau begitu aku tutup teleponnya."
"Hati-hati di sana, hyung."
"Ne. Kau juga. Saranghanda."
"Nado saranghanda."
...
오후 11:43, April 12 2019
icci
KAMU SEDANG MEMBACA
yoon to my min
Fanfictionkumpulan drabbles yoonmin untuk sejenak mengusir kerinduan kalian sama mini-mini couple kita. >///< ~