1,3

700 59 0
                                    

[ R E M E D Y ]

Jimin memandangi punggung seorang pria yang membelakanginya dan berjalan menjauh daripadanya.

"Yoongi!" Jimin berteriak berusaha menghentikan derap langkah kaki pria itu. "Min Yoongi!"

Namun pria itu tetap saja berjalan, menghiraukan teriakan paraunya seakan pria itu memang tuli dari sananya.

Jimin berlari mengejar pria itu. Tidak peduli lagi akan celana sekolahnya yang basah terciprat air bekas hujan tadi pagi.

"Yah, Min Yoongi!"

Jimin menarik pergelangan tangan kiri pria itu dan memutarnya keras-keras. Menampakkan pria itu wajahnya yang memerah dan bulir-bulir air mata yang menghiasi pipinya.

"Sudahlah, Jim."

Pria itu menyangkal rasa kasihan dan sakit hatinya melihat air mata yang terus berjatuhan di pipi mantan kekasihnya itu.

"Yah," Jimin memanggil pelan, terisak-isak. "Tidak bisakah kita mulai ulang lagi? Semuanya, dari awal kembali?"

Yoongi menggeleng. Memperhatikan setiap detail wajah Jimin yang semakin memerah dan air matanya yang turun begitu deras.

"Kenapa?"

"Karena sudah tidak ada yang bisa diperbaiki dalam hubungan ini. Kau dan aku sudah tidak sejalan, Jim. Kita sudah berbeda entah sejak kapan."

Jimin merogoh saku celananya, mengeluarkan kalung dengan liontin dua sayap berwarna keemasan.

"Lalu bagaimana dengan ini? Dengan janji kita?"

"Simpan saja. Dan lupakanlah janji kita, Jim. Semuanya sudah rusak."

"Kalau begitu," Jimin mengambil telapak tangan Yoongi dan menaruh kalungnya di atas telapak tangan yang dulu selalu menggenggam tangannya ketika berjalan itu.

"Kau saja yang simpan kalungnya. Kau yang beli kalung ini, bukan aku. Jadi kalung ini punyamu, bukan punyaku."

"Tapi aku sudah memberikannya padamu."

"Dan aku mengembalikannya."

Jimin menatap Yoongi lagi. Matanya sembab, hidungnya tersumbat, dan wajahnya memerah.

"Kalau aku yang simpan, kalung itu hanya akan mengingatkanku padamu dan kenangan kita dan janji-janji kita dan semua tentang kita, sementara kau menyuruhku melupakannya. Sudah. Kau saja yang simpan, biar aku tangani luka ini."

"Jim-"

Jimin menggeleng. Tidak membiarkan Yoongi menyelesaikan kalimatnya. "Baiklah Min Yoongi, maaf, Yoongi sunbaenim, ayo kita akhiri semua ini."

Jimin menarik nafasnya dalam-dalam. Tahu dia akan menyesali ini semua, tetapi mundur dan memaksa semuanya kembali seperti dulu bukanlah pilihan yang baik.

"Ayo kita putus."

Jimin berbalik tanpa menunggu balasan Yoongi, seakan tahu pria itu hanya akan mengatakan maaf. Jadi akhirnya, Jimin berjalan pelan-pelan sembari terisak memegang dadanya, meninggalkan Yoongi di pinggir jalan dekat halte sekolah mereka.

Jimin kembali ke halte sekolah mereka, duduk diam sambil terisak menunggu bus datang. Peduli setan dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Hatinya patah. Hatinya hancur, kalau kalian mau tahu.

Begitu busnya datang, Jimin memilih duduk di pinggir kiri dekat jendela. Sebelahnya kosong, tidak seperti hari-hari yang lalu dimana Yoongi akan duduk di sebelahnya dan tertidur di pundaknya.

Jimin memejamkan matanya, menggeleng menghapus ingatan itu. Ketika busnya mulai berjalan dan melewati tempat tadi dirinya memutuskan mengakhiri semuanya, dilihatnya Yoongi juga memandang ke arahnya yang duduk di tempat biasa mereka setiap naik bus, sambil mulutnya bergerak mengucap; mianhae.

Jimin memejamkan matanya erat-erat. Seandainya ini hanya mimpi, tetapi rasa sakitnya begitu nyata. Seandainya ini hanya mimpi, Jimin ingin terbangun saat ini juga dan menelepon Yoongi agar dia datang dan merengkuhnya.

Seandainya ini mimpi, namun tidak. Ini bukan mimpi. Jimin menatap semuanya. Setelah banyak kegagalan di hidupnya, kenapa baru kali ini rasanya pedih sekali?

Jimin tertawa sengau, air matanya masih mengalir. Bodoh bukan, bagaimana Jimin bisa gagal dalam mencintai Yoongi. Min Yoongi dengan segala kesempurnaannya, dan dirinya gagal.

Seandainya kegagalan ini bisa diremedikan, Jimin rela remedi berulang-ulang agar bisa berhasil mencintai Yoongi.

Ah, tetapi tidak. Akan ada banyak orang yang bisa berhasil mencintai Yoongi tanpa remedi seperti dirinya.

Dia harus merelakannya.

...

오후 09:00, April 14 2019
Aku janji ini chapter terakhir penuh curahan hatiku. Maaf bikin kalian muak sama kesedihan ini.
icci

yoon to my minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang