3,0

667 47 0
                                    

[ J U S T   O N E   D A Y ]

Yoongi hanya minta satu hari. Satu hari dari tujuh hari dalam seminggu yang Jimin miliki. Satu hari dari tiga ratus enam puluh lima hari dalam setahun yang Jimin punya.

Satu hari saja, dimana Yoongi tidak perlu mengiriminya pesan agar tidak pulang larut malam dari studio menarinya, tidak memaksakan diri menghafal tariannya, juga makan yang teratur.

Satu hari saja, dimana Yoongi bisa menikmati harinya tanpa ulah Jimin yang membuatnya kelimpungan, tanpa teriakan Jimin yang mengganggu tidurnya, tanpa kepanikan seluruh personil ketika buntalan lemak itu hilang entah kemana.

Juga satu hari saja, dimana Yoongi bisa merasakan sebaliknya, dikirimi pesan, dibuatkan kopi, didatangi di studio, diselimuti ketika ketiduran di sofa, dimanja ketika baru bangun.

Yoongi hanya minta satu hari saja, untuk bisa bersama Jimin, untuk bisa merangkul Jimin, untuk bisa berdua dengan Jimin saja.

Sebab pria imut itu nyaris tak pernah ada waktu. Hidupnya bahkan lebih sibuk dari jadwalnya. Entah mengapa. Tak pernah ada yang tahu.

Bahkan setajam apapun mata Yoongi mengawasinya, buntalan lemak itu tetap bisa menghilang tanpa diketahui, padahal sudah dicari ke seluruh penjuru bumi.

Hingga di satu hari Yoongi berpikir, hampir ingin menyerahkan rasanya, kemudian di situlah Jimin muncul. Di depan pintu asrama, tersenyum jumawa walau terlihat lelah.

Langkahnya pasti, sambil berjalan ke arah Yoongi yang duduk di sofa ruang tamu menatap lurus-lurus ke arahnya.

"Terima kasih, Yoongi-hyung." Dan disitulah kali pertamanya Jimin memeluk Yoongi. Membuat jantung pria pucat itu tak karuan, sambil membalas pelukannya.

Yoongi tidak pernah merasa perlu memeluk Jimin, sebab pelukan hanya berguna bagi mereka yang berjiwa lemah. Yoongi tidak tahu, bahwa di dalam tubuh Jimin, tersimpan rapi jiwa lemah itu.

Hingga ketika pelukannya dibalas Yoongi, di situlah luluh lantak segala pertahanan Jimin. Membuat figurnya yang ceria bagai hilang ditelan tangisnya.

"Tidak apa, aku di sini." Yoongi bukan seorang penasihat yang bijak seperti Jung Hoseok, pun pendengar yang baik seperti Jin-hyung. Hanya kata-kata menenangkan sederhana yang bisa diucapkannya.

Selama ini, mataharinya ternyata tidak pernah baik-baik saja. Selama ini, Yoongi kira menjadi pengamat di balik layar untuk Jimin sudahlah cukup. Menjadi penyangga bila kedua sayap kebanggaannya terhuyung menahan beban. Menjadi penerang bila mataharinya mulai redup tertutup awan gelap.

Jimin hanya bisa mengucapkan terima kasihnya berulang kali. Biarpun kerap mengabaikan pesan-pesan singkat Yoongi, menghiraukan kehadirannya di studio menarinya, melupakan perlakuan manisnya saat Jimin sedang manja sebab baru bangun tidur, Jimin memperhatikan itu semua.

Membaca pesan singkatnya, merasakan kehadirannya, menikmati perlakuannya. Semua itu Jimin perhatikan dan rekam baik-baik dalam ingatannya. Dan Jimin akan berikan satu harinya, untuk Yoongi merasakan semuanya.

Atau mungkin tidak. Bukan saja satu harinya. Selamanya, pikir Jimin.

...

오후 05:15, May 15 2019
Kamis nanti aku mau publish cerita baru. Yoonmin lagi hehehe. Dibaca ya!
icci

yoon to my minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang