0,8

1.1K 94 0
                                    

[ M A K E  U P ]

Jimin bangun dengan sakit berat di kepalanya. Ranjang di sebelahnya sudah kosong, bahkan dingin menandakan seseorang yang tidur di sana sudah lama meninggalkan kasurnya, atau malah tidak menyentuh kasurnya sama sekali.

Jimin turun dari kasurnya dan berjalan perlahan menuju dapur. Kepalanya masih sakit dan jalannya sedikit oleng tetapi akhirnya dia berhasil mencapai dapur.

Ketika sampai di pintu dapur, dilihatnya makanan sudah tertata rapi di atas meja, lengkap dengan punggung seorang lelaki yang sangat Jimin kenali, membelakanginya dan sedang menggoreng sesuatu.

Lelaki yang mengenakan celemek kuning cerah miliknya itu kemudian berbalik, nampak sedikit terkejut akan kehadirannya kemudian mengulas senyum.

"Sudah bangun?" Tanyanya lembut. "Duduklah, sudah ku buatkan sarapan. Kau pasti lapar dan kepalamu sakit."

Jimin menaikkan satu alisnya kemudian mendecih. Lelaki itu, Yoongi, mengangkat wajahnya yang tadi sedang menata meja ke arah Jimin begitu mendengar decihan tersebut.

"Sekarang kau peduli?"

Jangan pikir hanya Yoongi saja yang bisa berkata sinis dan sarkastis. Hitung saja sudah berapa banyak waktu yang Jimin habiskan tinggal bersama pria itu sehingga bisa mempelajari skill ketusnya.

"Kau kenapa, baby?"

"Ck, jangan panggil aku seperti itu. Serius. Aku muak."

"Yah, Jiminie. Aku minta maaf kalau sering pulang larut malam dan pergi kelewat pagi. Itu semua diluar kehendakku, baby."

Jimin memutar bola matanya terang-terangan kemudian berbalik menuju sofa ruang tamu, menidurkan tubuhnya di sana. Kepalanya masih sangat pusing.

Yoongi menghela nafasnya. Melepas celemek milik Jimin yang dipakainya, kemudian mengambil segelas air putih lalu menghampiri kekasih imutnya yang sedang merajuk itu.

"Ini, minumlah. Aku tahu kepalamu pusing dan terasa mutar-mutar."

Yoongi menyodorkan segelas air tersebut yang diterima Jimin secara terpaksa. Jimin hanya ingin segera menghilangkan pusing di kepalanya.

"Jim,"

"Jangan bicara padaku."

"Dengar dulu, baby."

Yoongi menarik nafas melihat sikap Jimin yang kadang kekanakan. Kadang dirinya berpikir bagaimana bisa bertahan dengan sikap Jimin yang seperti ini?

"Aku tidak bermaksud meninggalkanmu begitu saja setiap pagi atau membiarkanmu terlelap kelelahan karena menungguku setiap malam. Semuanya diluar kendaliku. Bang PD terus-terusan memberiku pekerjaan yang tak mungkin aku tolak."

"Oh," Jimin melirik kekasihnya. "Lalu, apa tidak bisa meninggalkan secarik kertas? Bahkan sticky notes?"

"Maaf, baby."

"Aku tidak butuh maafmu."

Oh. Apa ini Park Jimin. Kau sudah kelewat batas. Yoongi sudah diujung puncak kesabarannya. Apalagi begitu melihat Jimin bangkit dan berjalan ke arah kamar mereka.

"Yah, Park Jimin!" Yoongi setengah berteriak membuat Jimin otomatis menghentikan jalannya.

Yoongi yang setengah berteriak dan menyebut nama panjangnya adalah bahaya. Tubuh Jimin menegang seketika begitu menyadari apa yang telah dilakukannya.

"Ulang sekali lagi perkataanmu."

Yoongi sudah berhasil membalikkan badan Jimin menghadap ke arahnya dengan menarik pergelangan tangan pria imut itu.

"Ulang sekali lagi."

Perintah Yoongi. Jimin menggeleng, nyalinya mendadak ciut. Yoongi mencengkram pergelangan tangan kekasihnya erat-erat.

"Kau. Aku sudah berbaik hati meminta maaf bahkan membuatkanmu sarapan dan memaafkan ketidakpatuhanmu yang malah mabuk semalaman, dan ini balasanmu? Kau tahu apa yang kau dapatkan ketika tidak patuh, kan?"

Jimin mengangguk pelan. Membuat Yoongi mendengus keras-keras sekali lagi. "Katakan."

"Hukuman."

"Yes, it is. Apa kau ingin hukumanmu?"

Jimin menggeleng cepat. Wajahnya yang tadi menunduk kemudian diangkatnya, menampilkan matanya yang berkaca-kaca memohon pada Yoongi.

"Jangan gunakan mata itu. Sebutkan apa yang kau inginkan, maka akan kupertimbangkan."

Jimin terdiam. Matanya melirik ke segala arah mencari jawaban sebelum akhirnya kembali menatap mata Yoongi yang tajam, dengan tatapan sensualnya.

Jimin maju selangkah, entah darimana mendapatkan lagi keberaniannya. Yoongi hanya menatapnya intens dengan satu alis terangkat.

"Aku suka seks." Jimin maju selangkah lagi. "Kau tahu, hyung, memperbaiki hubunganmu dengan seks. Well, orang-orang menyebutnya make up sex. Kau tertarik?"

Yoongi menaikkan satu alisnya. Senyum miringnya tercetak tipis di wajah pucatnya. Jimin sudah sangat dekat dengannya. Hidung mereka bahkan bertabrakan.

"Ya. Dan kau tahu apa yang mereka katakan tentang itu?"

Jimin menaikkan satu alisnya.

"Make up sex is the best sex."

Dengan itu, Yoongi menarik Jimin ke dalam kamar mereka dan memulai hari mereka dengan panas, melupakan makanan lezat yang sudah tersaji di meja makan.

...

오후 10:36, April 11 2019
Not so rated, right?
icci

yoon to my minTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang