[ S E C O N D C H AN C E ]
Jimin menatap nanar anaknya yang kini terbaring lemah di atas bankar rumah sakit. Ucapan dokter tadi terngiang di kepalanya.
"Anak anda kekurangan banyak sekali darah, dan kami tidak mempunyai cukup darah untuknya mengingat AB negatif sangatlah langka. Jadi kalau anda mempunyai seseorang bergolongan darah sama dengannya, tolong beritahu kami secepatnya karena terlambat sedikit saja, nyawanya mungkin tak tertolong."
Jimin merasa tertohok. Mengingat golongan darahnya A, Jimin tidak bisa berbuat apa-apa. Satu-satunya orang yang dikenalnya bergolongan darah sama dengan anaknya adalah Min Yoongi, ayah anaknya itu.
Tetapi bagaimana? Dulu, sebelum anaknya lahir, Jimin mengakui anaknya adalah anak Yoongi. Tetapi pria itu tidak mempercayainya, dan mengusulkan tes DNA.
Dan hasilnya negatif. Entah bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi, tetapi yang Jimin ingat, Yoongi mendepaknya dan memakinya karena telah menipunya. Padahal sumpah demi Tuhan, Jimin hanya pernah melakukannya dengan Yoongi.
Tapi mengesampingkan egonya demi sang anak, Jimin kemudian menekan nomor telepon Yoongi yang sampai detik ini masih dihafalnya. Berharap nomornya belum diblokir pria itu.
Dan ternyata tersambung. Butuh beberapa nada sambung sebelum akhirnya suara berat yang dirindukan Jimin empat tahun belakangan ini terdengar lagi.
"Jimin?" Yoongi diseberang sana seakan tidak percaya Jimin meneleponnya lagi. "Jimin, ada apa?"
Jimin tiba-tiba kembali sesenggukkan. "Hyung," panggilnya lemas. "Hyung, t-to-tolong,"
"Jim, ada apa? Tenang, tenang. Tarik nafas, katakan ada apa, pelan-pelan."
"To-tolong dat-ang kem-mari. Ru-rumah sak-it."
"Baik, baik. Kau tenang, oke. Aku akan sampai dalam beberapa menit."
Yoongi menutup sambungan teleponnya sepihak sementara Jimin kembali sesenggukkan di depan ruang rawat anaknya.
Beberapa menit kemudian Yoongi sampai, mendapati Jimin berdiri di depan ICU sambil menangis sesenggukkan.
Pria pucat itu lantas berlari ke arahnya dan meraihnya ke dalam pelukan. Jimin yang masih mengingat betul wangi parfum pria itu langsung memeluk balik, menenggelamkan wajahnya di bahu lebar pria itu dan menangis keras-keras.
"Shh, tenang, Jim. Ada apa? Siapa yang sakit?"
Yoongi mengelus pelan rambut blonde pria dalam dekapannya ini sambil membisikkan kata-kata menenangkan. Matanya kemudian melihat ke dalam ruang ICU, dan mendapati seorang bocah kecil yang mirip sekali dengannya, dengan berbagai alat terpasang ditubuhnya.
Yoongi menelan ludahnya susah payah, kemudian merasakan Jimin melonggarkan pelukannya.
"Tolong anakku, hyung. Dia kehilangan banyak sekali darah. Darahku A, sedangkan dia AB negatif sepertimu. Kumohon tolong aku, hyung."
"Tenang, tenang. Aku akan menolongmu. Tetapi setelah itu jawab pertanyaanku, oke?"
Jimin mengangguk cepat tanpa pikir dua kali. Hanya anaknyalah yang dipikirkannya saat ini. Yoongi kemudian mengikuti dokter yang akan mentransfusi darahnya kepada anak Jimin.
Setelah melalui beberapa proses, Yoongi kembali dengan tangan kanannya di plester. Dokter mengatakan anak Jimin berhasil melewati masa kritisnya, dan tinggal menunggu bagaimana perkembangan selanjutnya, yang mana membuat Jimin menghela nafasnya keras-keras, lega.
Yoongi berdiri di samping Jimin, masih di depan ruang ICU. "Dia anakmu?" Yoongi bertanya.
Jimin mengangguk. Hatinya ingin sekali mengatakan bahwa itu anak Yoongi juga, tetapi diurungkan niatnya.
"Siapa namanya?"
"Yoon...ji."
"Dia... anakku, bukan?"
Jimin terdiam seribu bahasa mendengar perkataan Yoongi barusan. Bagaimana dia tau? Bagaimana kalau kali ini dia akan melakukan hal yang sama seperti empat tahun yang lalu?
"Sudahlah, Jim. Aku sudah tahu. Maafkan aku karena tidak mempercayaimu dan lebih memilih percaya pada tes bodoh yang bisa saja dimanipulasi itu. Dia mirip sekali denganku, dan Yoonji? Itu gabungan namaku dan namamu, bukan? Yoongi dan Jimin. Masih mau mengelak?"
Jimin kalah telak. Semua yang diucapkan Yoongi benar, kelewat benar. Tetapi Jimin hanya takut pria itu akan mendepak mereka berdua lagi, seperti empat tahun yang lalu.
"Kalau kau berpikir aku akan mendepak kalian lagi, kau salah. Aku justru mau meminta maaf. Bahkan kalau boleh, meminta kesempatan kedua. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku akan menjadi ayah yang baik untuk Yoonji, untuk anak kita dan menjadi suami yang baik untukmu. Kau bersedia?"
Bohong kalau Jimin tidak terharu mendengarnya. Munafik kalau Jimin bilang sudah tidak mencintai Yoongi lagi. Nyatanya, selama empat tahun ini, melihat Yoonji yang begitu mirip dengan ayahnya membuat Jimin malah semakin jatuh untuk pria itu, sebagaimanapun tersakiti hatinya.
Maka dari itu Jimin mengambil gerakan berputar menghadap Yoongi dengan matanya yang berkaca-kaca. Yoongi tersenyum kepadanya, tangannya bergerak menghapus jejak-jejak air mata di pipinya.
"Minta restu pada Yoonji. Semua tergantung apa katanya."
...
오후 10:39, April 10 2019
Fyi, I can't make a sad story, poor me.
icci
KAMU SEDANG MEMBACA
yoon to my min
Fanfictionkumpulan drabbles yoonmin untuk sejenak mengusir kerinduan kalian sama mini-mini couple kita. >///< ~