Chapter 14
Pribahasa : Rajing mangkal, kaya!!!
"Man, gendangnya mana? Pertujukan sudah akan mulai lagi," tanya Liam. Pria itu sedang melihat persiapan sebelum pementasa. Tuan rumah ingin acara musik untuk mengisi waktu luang sebelum penyanyi-penyanyi ibu dangdut yang akan tampil datang.
"Sudah suruh Suryo untuk mengambilnya, Mas." Walau usia Wagiman lebih tua dari Liam, tapi dia tetap memanggil mas pada pemuda itu. Bukan rahasia lagi kalau Liam adalah gemblak yang dipelihara oleh bosnya selama beberapa tahun ini. Pria keturunan China itu yang selama ini mengatur jadwal dan keuangan kelompok Ki Darma.
Wagiman telah mengikuti Ki Darma sejak dia masih berusia lima belas tahun, berarti sudah hampir tujuh belas tahun dirinya mengikuti warok itu. Dirinya juga menemani Ki Darma ketika mereka menemukan Liam ketika kerusuhan dan revormasi terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Pemuda yang ketika itu tidak berusia tujuh belas tahun terbaring di semak tengah hutan dengan tubuh kering dan sekarat karena kelaparan.
Dia sama sekali tidak menyangka, bahwa setengah tahun sejak pria itu di bawa ke padepokan, pria itu akan menjadi gemblak Ki Darma. Walau masyarakat kini lebih melihat kegiatan tersebut sebagai hal yang tidak pantas, tapi Wagiman dapat mengerti, dirinya dibesarkan di keluarga yang menggeluti kesenian reog, jadi dia tidak heran dengan praktek gemblakan. Yang tidak habis pikir adalah keputusan Ki Darma mengangkat Liam? Walau memang wajahnya tampan, Liam telah terlalu tua ketika diangkat menjadi gemblak. Dan lagi, walau tidak bisa menari, Wagiman tahu kemampuan Liam dalam ilmu hitungan, lelaki itu sangat cerdas sekali. Dia bisa mengalahkan kalkulator dalam kecepatan berpikir. Keuangan sanggar sangat stabil walah dalam masa krisis monoter dulu karena Liam. Dia hanya menyayangkan bakat pria itu yang tenggelam dalam kelompok reog seperti ini.
Dari arah tengah lapangan, Wagiman dapat melihat Surya, pria tambun itu tergesa-gesa menuju panggung dengan tangan kosong. Kemana gendang yang dia suruh ambil?
"Kenapa kembali? Di mana gendangnya?" tanya Wagiman begitu pria itu dalam jarak dengar.
"Ndak enak aku kalau tiba-tiba masuk gudang,"seru Suryo.
"Memang kenapa?" tanya Liam.
Surya tidak segera menjawa, matanya tidak berani langsung menatap Liam. Sepertinya, dia enggan membertahu alasannya karena melihat pria itu.
"A-anu, i-itu ...."'
"Ngomong yang jelas, ada apa?"desak Liam.
"Di dalam ada Ki Darma ...."
"Trus?"
"De-dengan cucu Pak Aswono. Mereka sedang berbicara, suasananya tidak enak untuk masuk."
Bibir tipir Liam terkatup. Dia memberi anggukan pada Suryo dan berjalan menuruni panggung. Dia ingin member perintah lagi untuk mengambil gendang, tapi mengingat keenganan anggota lain untuk mengusik kegiatan Ki Darma, dia berniat turun tangan sendiri.
Segerombolan pemuda berbisik-bisik ketika dia berjalan, dia dapat melihat bagaimana mereka menunjuk-nunjuk dirinya.
"Gemblak."
"Gemblaknya si warok Darmo. Cakep, ya. Mulus." Liam tidak mengindahkan perbicaraan mereka, dia telah terlalu terbiasa mendengar percakapan seperti itu.
"Enaknya, ya jadi gemblak."
"Enaklah, disayang-sayang dapat sapi. Jadi cepet kaya." Mereka tertawa terbahak-bahak. Liam ingin mempercepat langkahnya dan melewati gerombolan itu, raut wajahnya tidak berubah. Dia tidak ingin memberikan kepuasan dengan memperlihatkan ekspresi malu karena ketahuan seorang gemblak.
"Makanya, Rajing mangkal, kaya!!!" Tawa mereka semakin membuncah.
"Enak mungkin, ya? Gmblak mulus seperti itu. Aku yo gelem dadi warok lek gemblaknya seperti ini." Salah satu pemuda dengan kaos hitam menghampiri Liam, pria itu dengan berani mencolek bokongnya.
Bersambung ...........................
KAMU SEDANG MEMBACA
TABOO - Di Balik Kelambu
Fiksi UmumArya tidak pernah melanggar norma. Taat pada aturan dan menghindari tabu. Namun keteguhannya diuji. Sosok dari masa lalunya muncul. Mengulik kenangan yang ingin dia lupakan. Menghadirkan rasa yang tidak ingin ia kecap lagi... Apa yang harus Arya l...