Chapter 15

2.8K 160 1
                                    

Chapter 15

Pribahasa : Datang tampak muka, pulang tampak punggung.

Bukan sekali orang menujuk-nunjuk Liam. Berbicara dengan cekikikan dan nada tidak percaya ketika mereka tahu dirinya adalah gemblak Ki Darma. Dia sudah terbiasa, muka dan telinganya telah menebal. Tidak ada lagi rasa malu. Perkataan dari orang-orang yang tidak ikut memberinya makan, tidak akan lagi mempengaruhinya.

Liam menepis tangan yang meremas bokongnya, dia bahkan tidak menoleh untuk kedua kalinya sebelum jari tenggah Liam terangkat ke atas, persetan dengan mereka.

Bergitu mendekati gudang penyimpanan, telinga Liam dapat mendenger bunyi gendang yang di tabuh. Dirinya telah diperingatkan, jika Ki Darma sedang berbicara dengan Bayuaji, tapi pemandangan yang dilihatnya lebih mengejutkan.

Suara gendang yang dia dengar, ternyata datang dari Ki Darma yang tengah menabuh mengiringi Bayuaji yang sedang menari. Jarinya lentik menirukan para penari jaranan, langkah kakinya lincah seirama tabuhan gendang Ki Darma. Kesan amatir masih terlihat, tapi gerakannya mantap dan membuat penonton tidak bisa lepas. Sebagai orang yang telah mengikuti sanggar seni reog ini selama beberapa tahun, Liam tahu, pemuda itu sangat berbakat.

Namun, yang paling membuat kaget Liam adalah Ki Darma. Warok itu tidak lepas melihat Bayuaji menari. Biasanya, sang warok hanya akan ikut dalam latihan jika dia sedang bersemangat. Itupun, dia akan memberikan kritik pedas pada anggotanya jika ditemui kesalahan, tidak pernah Liam melihat Ki Darma tersenyum melihat latihan-latihan itu. Tapi, kini pria itu tidak hanya tersenyum, dia tertawa hingga kumisnya bergetar.

"Ki," ucap Liam lebih keras dari seperlunya.

Suara tabuhan berhenti, Bayuaji menjatuhkan kuda kepang yang dipegangnya. Pemuda itu kembali salah tingkah, tidak menyangka akan dilihat orang lain ketika dirinya sedang menari. Dia bahkan tidak mengerti bagaimana obrolan dengan Ki Darma jadi berubah ajang dia menari mendandak. Tapi, ternyata menirukan tarian yang kemarin dia lihat sangat menyenangkan, sehingga sewaktu tabuhan gendang berhenti, Bayuaji menjadi sedikit kecewa.

"Ada apa?" tanya Ki Darma.

"Saya ada perlu sebentar dengan Ki Darma." Liam mengalihkan tatapannya dari Ki Darma.

Bayuaji menunduk ketika dipandangi Liam. Pemuda itu jadi salah gelisah, rasa-rasanya pengalaman sama dengan ketika dirinya tertangkap melihat kegiatan malam Liam kemarin lusa.

"Sa--saya mohon diri dulu, Ki. Mas Arya pasti sedang mencari Bayu." Pemuda itu tidak menunggu persetujuan, dirinya langsung melesat ke luar gudang.

"Liam," panggil Ki Darma.

"Iya, Ki."

"Jangan bohong." Liam tidak berani menatap Ki Darma. Walau tidak melihatnya secara langsung, Liam dapat merasakan tatapan pria itu padanya. Rasanya masih sama, dirinya seolah tidak bisa berbohong di depan warok ini.

"...."

"Liam." Liam melangkahkan kakinya, menuruti nada memanggil dalam suara sang warok. Ki Darma menepuk-nepuk tempat duduk di sebelahnya, menyusuh peria yang jauh lebih muda darinya itu untuk duduk di sampingnya.

"Kamu tambah ganteng," puji Ki Darma.

"Dari dulu saya memang sudah ganteng, Ki." Ucapan sombong disertai dengusan Liam membuat Ki Darma tersenyum. Tangannya mengelus-elus rambut lurus halus yang sudah lama menemaninya.

"Pasti sekarang banyak gadis yang mengejarmu."

"Siapa yang mau. Miskin gini."

"Miskin apanya? Otakmu ini lebih kaya dari uang siapapun juga."

Tangan besar dan kasar menggenggam tangan Liam, tangan mereka sungguh kontras. Kulit putih tangan Liam, menjadi sangat mencolok ketika digenggam tangan Ki Darma.

"Anak itu punya bakat nari." Liam meremas tangan Ki Darma. Bertahun-tahun ini, dia telah terbiasa dengan suhu panas yang di atas rata-rata dari sentuhan Ki Darma.

"Iya, dia punya kaki penari. Pasti terkenal nantinya."

"Suka?"

"...." Warok itu tidak menjawabnya. Dia hanya mengangkat tangan Liam dan menciumnya. Genggaman Liam di lepas, sang warok mengangkat gendang yang dia mainkan tadi dan membawanya. Sebelum dia sampai ke pintu, Ki Darma berhenti. "Liam, datang tampak muka, pulang tampak punggung."

Bersambung ...............

TABOO - Di Balik KelambuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang