Menunggu

96 2 0
                                    

Harusnya abi menjemputku 2 jam yang lalu tapi kenapa sampai sekarang belum ada tanda tanda abi datang?mana awan sudah menghitam,pasti sebentar lagi hujan.
Gara gara mobilku masuk bengkel aku terpaksa harus ngrepotin abi. Sebenarnya aku nggak tega jika harus nyusahin abi lagi,melihat pekerjaan abi yang mengunung saja aku nggak tega apalagi lihat abi sakit.Mau pulang takut abi nanti jemput,mau telpon abi hpku lobet.
Dan sepertinya aku harus pulang menerjang titik titik hujan yang mulai basahi permukaan.Awan udah gelap padahal baru pukul 5 sore.
Dengan seketika tubuhku terguyur derasnya hujan.Tiba tiba hujannya berhenti.Eh bukan lebih tepatnya ada yang melindu giku.Seketika jantungku serasa tak berdetak lagi,setelah melihat siapa yang melindungiku.Ya Gus Fahri.

"Ngapain ukhti  hujan hujanan?"
Tanyanya sambil menaruh jaket miliknya diatas kepalaku
"Ini saya mau pulang.Tapi abi belum jemput."
"Mobil ukhti?"
"Masuk bengkel." jawabku sambil menunduk
"Saya antarkan pulang,jalan kaki nggak papakan?"
"Tapi rumah saya lumayan jauh akhi.Sebaiknya akhi pulang saja biar saya pulang sendiri."
"Tidak saya akan mengantarkanmu,saya rasa kalau kita naik mobil,kita harus kerumah saya buat ambil mobil tapi itu tidak mungkin karna itu membuang waktu.Lebih baik kita segera jalan,ntar keburu malam."
"Emm."
Disepanjang perjalanan kudan Gus Fahri tidak ada pembicaraan sama sekali lebih tepatnya sama sama cangung.Tapi dia sepertinya mengigil.Entah jin apa yang berhasil membujukku seketika aku menaruh jaket yang diberikan Gus Fahri kepadaku diatas kepalanya.
"Tidak ini untukmu,aku sebagai laki laki sudah seharusnya melindungi kaum hawa seperti ukhti."
"Tidak,aku terbiasa main hujan.Eits tidak menerima penolakan!" Ujarku saat Gus Fahri hendak memberiku jaket

Haciu
"Tuhkan apa saya bilang,pasti Gus Fahri nggak tahan dingin,untung rumah saya udah dekat."
Tapi kenapa kepalaku mendadak pening dan pandanganku mulai kabur.

Bug
Tiba tiba kesadaranku sudah hilang.

Gus fahri pov

Seketika langkahku terhenti ketika menyaksikan yang disebelahku ambruk.Aku angkat bukan mukhrim,nggak aku angkat gimana kalau terjadi apa apa?Semoga tindakanku me dapat ridho Allah Swt.
Untung saja sebelum Reina pingsan dia sempat menujuk rumahnya.Kupercepat langkahku agar cepat sampai dirumahnya.
Lumayan berat sih tapi tak apa ini juga karna aku yang tak berhasil membujuknya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, eh ada apa ini?"
"Ini Reina pingsan tante,karna kehujanan."
"Yaudah bawa masuk nak!"
"Assalamualaikum." ujar laki laki paruh baya yang kupikir itu ayahnya Reina
"Yaampun Reina,kenapa nggak direbahkan?"
"Ini baru masuk bi!" jawab tante itu yang kubalas dengan angkukan kepala sambil merebahkan Reina diatas sofa
"Sebelumnya saya minta maaf sama om dan tante karna telah lancang menyentuh anak om dan tante,saya nggak tau lagi harus berbuat apa.Tadi saya kasihan saat melihat dia berjalan dibawah guyuran hujan teryata dia hendak pulang."
"Tidak apa apa nak,abi paham kok.Ini juga salah abi karna tadi abi lupa jika harus menjemput Reina."
"Yaudah saya pulang dulu om,sudah magrib."
"Jangan pangil saya om panggil saya abi.Kamu ganti dulu pakaian kamu nanti masuk angin.Trus sekalian sholat disini aja nak.Nanti abi antarkan pulang,kamu tadi kesini jalan kan?"
"Iya om eh abi,tapi..."
"Sudah nak jangan membantah hitung hitung ucapan trimakasih kita."
"Makasih tante.Tapi saya ikhlas tolongin Reina!"
"Panggil saya Umi nak!"
"Iya umi."
"Nama kamu siapa nak?" Tanya ayah Reina
"Fahri abi."
"Anaknya anwar sama Halimah?"
"Iya abi kok tau?"
"Sudahlah cepat ganti pakaianmu nanti masuk angin." ujar ibu Reina sambil menyerahkan baju koko dan sarung
"Makasih mi."
"Iya."

Setelah aku sholat kemudian aku diantarkan pulang oleh ayahnya Reina.

•••••••

"Re,kamu nggak papa?"
"Iya nggak papa!"
"Abi tega masa biarin Reina nunggu lama,untung tadi ada yang nemenin Re!"
"Maafin Abi sayang!"
"Tapi Gus Fahri mana?"
"Dia udah pulang sayang!"
"Syukurlah."

"Semoga kau tak sama dengan hujan,datang hanya menyejukkan selebihnya hanya akan membuat kekacauan.Meskipun nanti kita tak bersama tapi izinkan aku mencintaimu dalam kebisuan ku."
     ~Fahri~

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang